Bagus Rangin, 'Pangeran Diponegoro' dari Cirebon, Tokoh Penting Paling Ditakuti Melawan Penjajahan

Bagus Rangin, 'Pangeran Diponegoro' dari Cirebon, Tokoh Penting Paling Ditakuti Melawan Penjajahan

Bagus Rangin tokoh Perang Kedondong yang berjuang layaknya Pangeran Diponegoro. -Istimewa-radarcirebon.com

BACA JUGA:Target Sudah di Depan Mata, Bojan Hodak Senang Bukan Main, Ciro dan Alberto Tidak Ada Keluhan

Hingga akhirnya Daenlas mengembalikan tahta Kanoman sebagai Sultan Cirebon pada 25 Maret 1808.

Pada tanggal 22 Juli 1810, pasukan gabungan Belanda di Priangan dan Karawang di bawah komando Bupati Sumedang Pangeran Kusumahdianata dan Bupati Kerawang RA Surialaga dan major dari Batavia bertempur dengan pasukan Rangin. 

Pertempuran terjadi di lapangan Jawura 5 km dari Jatitujuh dan dekat desa Kertajati. Pasukan Bagus Rangin berhasil mengalahkan lawannya.

Setelah itu disusul pasukan pemberontak di bawah Buyut Merat dan Buyut Deisa di Karawang. Belanda berhasil menahan dan memukul mundur pasukan Bagus Rangin ke desa Panongan.

BACA JUGA:Lahan Kosong di Jl Perjuangan Kebakaran, Diduga karena Cuaca Kering dan Angin Kencang

Perang sempat terhenti akibat transfer kekuasaan Belanda ke Inggris dan dimanfaatkan Rangin untuk mengumpulkan kekuatan yang sempat tercerai-berai.

Raffles yang menjadi Letgub di Jawa mengirim pasukan Sepoy Bengali. Terjadi pertempuran di Banjarjati dari 16 hingga 29 Febuari 1812.

Pasukan Bagus Rangin melarikan diri ke Pangayoman dan mundur lagi ke kampung Sindang. Bagus Rangin bersama keluarganya ke hutan Ujung Jaya Sumedang.

Intensifnya pasukan Inggris memburu Bagus Rangin membuat ia tertangkap pada 27 Juni 1812 di Panongan. Dia dihukum mati di Batavia.

BACA JUGA:Pasukan Gabungan Menghalau Massa dari Balaikota Cirebon, Ini yang Terjadi

Setelah pemeberontakan usai, babad-babad lokal menuliskan kekejaman dan kebengisan pemberontakan Bagus Rangin. Terlebih Bagus Rangin dijelmakan sebagai sosok buta menyeramkan.

Sementara dalam sandiwara pun, Gubernur Jenderal digambarkan sebagai sosok bijaksana dan suka menolong. 

Stereotip tersebut ditanamkan oleh pemerintah Belanda setelah Inggris pergi. Hal itu seperti stereotip kepada Tenku Umar dan Pangeran Diponegoro.

Namun sesungguhnya Bagus Rangin adalah Pangeran Diponegoro-nya masyarakat Cirebon. Karena sosoknya yang dihormati, dipercayai, dan dibela mati-matian oleh masyarakat setempat. Bahkan tak tergiur oleh hadiah untuk menangkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: