Kisah Maskapai Palestinian Airlines Kebanggaan Rakyat Palestina yang Akhirnya Berhenti Terbang

Kisah Maskapai Palestinian Airlines Kebanggaan Rakyat Palestina yang Akhirnya Berhenti Terbang

Sejarah Palestinian Airlines maskapai kebanggaan rakyat Palestina yang kini suda berhenti beroperasi.-Istimewa via X Gerry Soejatman-radarcirebon.com

RADARCIREBON.COM - Palestina sempat memiliki maskapai yang beroperasi selama puluhan tahun, lantas punah yakni Palestinian Airlines.

Bahkan, selain Maskapai Palestinian Airlines, Palestina juga memiliki bandara. Sebelum akhirnya hancur karena perang.

Palestinian Airlines sendiri didirikan pada 1 Januari 1995. Pendiriannya dilandasi bahwa Palestina yakin bakal ada kesepatakan dengan Israel di tengah negosiasi yang berjalan.

Rute pertama yang dioperasikan Maskapai ini adalah carter umrah dari Port Said di Mesir ke Jeddah Arab Saudi.

BACA JUGA:Sudah Ada Rencana Pembangunan Jalan Tol Cirebon – Kuningan, Masih Perlu Pembagunan Jalan Baru Lingkar Utara?

Kemudian mulai mengoperasikan penerbangan terjadwal dari El Arish Mesir ke Jeddah dengan mengoperasikan Pesawat Boeing 727-200.

Bahkan sempat memiliki pesawat kedua jenis yang sama pada Mei 1998 untuk mengoperasikan penerbangan reguler.

Kendati sudah memiliki maskapai, tetapi pesawat pembawa bendera Palestina itu belum beroperasi dengan rute domestik.

Barulah setelah Oslo Agreement II (Taba Agreement) di September 1995, didirikan Gaza Airport. Maskapai Palestinian Airlines pun pindah ke Gaza Airport setelah bandara terebut dioperasikan.

BACA JUGA:Tyronne Kembali ke Persib, Usulan Bobotoh Masuk Akal

Pengamat penerbangan umum dan pertahanan udara, Gerrry Soejatman menjelaskan bahwa setelah krisis melanda dan inifada Al Aqsa, bandara tersebut akhirnya kembali tutup.

Imbasnya, maskapai Palestina tersebut kembali pindah ke Bandara El Arish di Mesir dan terus berkembang hingga memiliki berbagai rute seperti ke Larnaca (Cyprus) hingga Dubai (UAE).

Namun di tahun 2005 maskapai harus berhenti operasi hingga 2012. Sejak 2012, maskapai ini terus beroperasi namun kondisi keuangan yang semakin sulit.

"Kondisi ini mengakibatkan berhentinya kesepakatan leasing dengan Niger Airlines untuk 2 Fokker F-50 di September 2020 dimana kedua pesawat itu ditawarkan untuk dijual," tulis Gerry Soejatman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: