Direksi Tutup Mulut
KEJAKSAN - Adanya keanehan dalam laporan realisasi anggaran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon, belum bersedia ditanggapi direksi perusahaan daerah milik pemkot itu. Setelah gagal dikonfirmasi sebelumnya, jajaran direksi PDAM saat dikonfirmasi di kantornya malah saling lempar untuk memberikan pernyataan mengenai kejanggalan dalam laporan tersebut. “Nanti yah, nunggu Pak Wiem (Direktur Utama PDAM) dulu. Mohon waktunya,” ucap Direktur Umum PDAM, Sofyan Satari SE MM, saat dikonfirmasi di ruang kerjanya, Selasa (11/1). Setelah menghubungi atasannya itu, Sofyan pun sempat mencatat beberapa pertanyaan yang diajukan wartawan koran ini untuk kemudian dijawab dirut PDAM. Namun pertanyaan-pertanyaan tersebut tak kunjung terjawab, lantaran dirut PDAM yang sedang tidak berada di tempat. “Nanti saya hubungi dulu, Pak Wiem lagi di pemkot,” katanya. Lantas, Sofyan pun menjanjikan akan menghubungi wartawan koran ini setelah dirinya bertemu dengan pimpinannya itu. Namun, hingga berita ini diturunkan, Sofyan hanya menyampaikan pesan dari Dirut PDAM via telepon selular. Disampaikannya bahwa Dirut PDAM berpesan agar semua pihak memaklumi kondisi PDAM saat ini. Direksi khususnya, saat ini sedang melakukan kajian soal rencana kenaikan tarif. “Mohon maaf, mohon dimaklumi. Pak Wiem bilang saat ini kita sedang konsentrasi untuk mengkaji rencana kenaikan tarif,” tuturnya via sambungan telepon selular. Sofyan mengakui, jawaban yang disampaikan pimpinannya itu memang belum menjawab substansi persoalan. Atas dasar itu dirinya mohon maklum, sebab konsentrasi direksi saat ini sedang difokuskan pada kajian untuk kenaikan tarif PDAM. Seperti diberitakan sebelumnya, ada kejanggalan bila melihat laporan realisasi anggaran 2010, PDAM mencatatkan keuntungan kurang lebih Rp4 miliar, kejanggalan tersebut kentara lantaran dalam audit Deputi Akuntan Negara PDAM dinyatakan merugi Rp136,77/meter kubik. Data yang dilansir dari sumber Radar di lingkungan PDAM mencatatkan total pendapatan perusahaan mencapai Rp33 miliar sedangkan total biaya perusahaan mencapai Rp29 miliar. Anggota Komisi B DPRD, Priatmo Adji menyatakan keheranannya dengan angka-angka yang muncul. “Saya belum pelajari utuh, tapi kalau lihat sekilas ada yang aneh,” ucap dia, Senin (10/1). Keanehan tersebut di antaranya terlihat dari selisih antara pendapatan dan biaya perusahaan yang kurang lebih Rp4 miliar. “Ini aneh ini, kok bisa-bisanya, lha wong per meter kubiknya aja rugi Rp136, kok direalisasi anggarannya bisa untung?” ujar dia dengan nada bertanya. Selanjutnya, Adji pun menaruh curiga pada keengganan direksi mengungkapkan angka-angka pembentuk komponen harga pokok produksi. Sebab, selama ini PDAM hanya menyatakan kalau harga jual air mereka di bawah harga pokok produksi, sehingga mendapatkan teguran dari Deputi Akuntan Negara, dan oleh karena itu tarif harus disesuaikan. “Ini harus dibuka dulu harga pokok produksinya itu apa aja, kok bisa ketemu Rp1.635/meter kubik?” tanya dia lagi. (yud)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: