Yuk Intip Kehidupan Kampung Nelayan Cangkol, Jaga Habitat Ikan hingga Kembangkan Ekowisata Mancing

Yuk Intip Kehidupan Kampung Nelayan Cangkol, Jaga Habitat Ikan hingga Kembangkan Ekowisata Mancing

BERTAHAN: Suparman, nelayan tradisional asli Kampung Cangkol Kelurahan/Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Ia sudah melaut sejak usia 9 tahun dan menghabiskan hampir sebagian besar hidupnya sebagai nelayan. -KHOIRUL ANWARUDIN-radarcirebon.com

BACA JUGA:7 Rekomendasi Tempat Wisata di Cirebon yang Lagi Hits, Murah dan Seru 2023. Wajib Banget Dikunjungi

Ikan-ikan seperti jenaha, kakap merah, kerapu, dan sebagainya merupakan ikan buruan utama. Ikan yang berkumpul di rumpon itu kemudian ditangkap dengan cara dipancing oleh para nelayan.

Agar benda-benda tersebut bisa tetap berada di bawah air, kata Suparman, rumpon biasanya akan disertai dengan alat pemberat berupa beton, bebatuan, dan lainnya. Untuk membuat satu titik rumpon, setidaknya diperlukan biaya sekitar Rp1,5 juta yang terdiri dari 15-20 blok rumpon.

“Biasanya tergantung ukuran. Masing-masing nelayan yang menentukan sendiri. Mau pakai ban bisa, pakai bambu juga bisa,” ungkapnya.

Menurut Suparman, masing-masing nelayan di Cangkol mempunyai rumpon yang telah ditanam. Jaraknya antara 20-30 mil dari pesisir. Rumpon yang sudah ditanam, kemudian diberi tanda atau ditentukan titik koordinatnya. Sehingga memudahkan mengidentifikasi jika sedang berada di tengah laut.

BACA JUGA:5 Rekomendasi Objek wisata di Cirebon Dekat Stasiun yang Wajib Dikunjungi Wisatawan

Dengan menggunakan rumpon, kata Suparman, nelayan tak perlu pusing. Sebab, hasilnya sudah dapat diprediksi. Rumpon-rumpon tersebut membuat kerja nelayan menjadi semakin mudah. Pasalnya, ikan-ikan di laut tersebut sudah berkumpul di rumpon-rumpon tersebut.

Ikan-ikan yang didapat pun merupakan ikan-ikan layak tangkap yang sudah dewasa. “Nelayan tinggal menangkap ikan dengan cara dipancing. Jadi tidak seperti dulu, harus cari-cari dulu di mana tempat yang banyak ikannya,” jelasnya.

Dari sisi penghasilan, masih kata Suparman, saat ini kehidupan nelayan sudah lebih baik. Berbeda dengan penghasilan nelayan beberapa puluh tahun silam yang memang selalu dipandang sebelah mata.

Setengah hari melaut saja, nelayan Cangkol bisa mencukupi kebutuhan sehari hari. “Setengah hari melaut sudah dapat Rp150 ribu. Cukup untuk makan sehari-hari. Kerja jadi nelayan sebenarnya enak. Karena bebas,” ungkapnya.

BACA JUGA:Manfaat Konsumsi Brokoli Bagi Penderita Diabetes, Patut Dicoba

Selain hasil tangkapan yang menjadi semakin “pasti” dan meningkat, rumpon-rumpon tersebut juga dimanfaatkan sebagai destinasi wisata. Ya, mereka menjadikan rumpon-rumpon itu sebagai wahana rekreasi bagi para wisatawan, khususnya bagi mereka yang hobi mancing.

Para nelayan biasanya membawa para wisatawan ke lokasi rumpon yang telah mereka sebar sebelumnya di ujung teluk laut Cirebon. Sekitar 15-30 mil dari pesisir Cirebon. Menurut Suparman, dengan adanya wisata mancing ini para nelayan mendapatkan pemasukan yang lumayan.

Sebab setiap satu kali mengantar pemancing, nelayan bisa mendapatkan Rp1,2 juta. Satu kali trip sendiri mulai dari keberangkatan pada pukul 02.00 dini hari sampai pukul 16.00 WIB. “Kami juga menyewakan perahu dan sekaligus area rumpon yang kami sebar dengan tarif sebesar Rp1,2 juta sampai Rp1,5 juta untuk sekali berangkat," katanya.

Menurut Suparman, pengembangan titik rumpon sebagai ekowisata mancing oleh nelayan Cangkol sendiri telah ada sudah cukup lama. Namun sejak tahun 2014 hingga sampai saat ini, ekowisata bahari tersebut terus mengalami peningkatan, seiring dengan semakin dikenalnya hobi memancing di kalangan masyarakat. Wisatawan yang berkunjung kebanyakan berasal dari kota kota besar seperti Bandung dan Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: