Pengecer Elpiji Minim Stok
SUKRA - Tingginya harga elpiji 3 kilogram atau biasa disebut gas melon disebabkan pengecer membeli di tingkat pangkalan pun dengan harga tinggi. Pengecer membeli di pangkalan hingga Rp21 ribu per tabung, sementara dijual ke warga antara Rp24 ribu hingga Rp25 ribu per tabung. Pengecer juga merasa kesulitan memenuhi stok, karena pihak pangkalan enggan menjual dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan warga. Salah satunya seperti diungkapkan Tali (50), salah seorang pengecer di Sukra. Dirinya mengaku kesulitan membeli gas melon di pangkalan. “Bahkan saya sampai membeli ke wilayah Kabupaten Subang, karena di wilayah Sukra susah sekali. Kalau alasan pihak pangkalan untuk kebutuhan warga, kami juga buat warga. Harga di pangkalan Rp21 ribu sedangkan kita jual ke warga atau pelanggan Rp24 ribu per tabung,” ungkapnya kepada Radar, Senin (10/2). Hj Sa’adah (56) salah seorang warga mengatakan, ia membeli gas elpiji 3 kilogram per tabung Rp24 ribu. “Bahkan sebelumnya saat terjadi kelangkaan saya membeli sampai Rp30 ribu per tabung. Saya juga bingung saat ini harga masih mahal,” katanya. Sementara Tanisah (34) warga Patrol mengatakan, dirinya membeli gas melon seharga Rp25 ribu per tabung. Sebelumnya sempat turun hingga Rp22 ribu. “Itu saya beli seminggu yang lalu, tadi pagi (kemarin, red) harganya Rp25 ribu per tabung. Sebagai warga kami berharap harga gas tidak terlalu tinggi. Karena harga eceran tertinggi ke tingkat pengecer harusnya Rp14 ribu lebih,” ujarnya. Sebelumnya, sejumlah pemilik pangkalan di wilayah Kabupaten Indramayu menolak disalahkan terkait tingginya harga elpiji 3 kilogram. Mereka berdalih, distribusi tabung elpiji bersubsidi yang masih carut-marut menjadi penyebabnya. Imbasnya, pangkalan selalu kekurangan suplai hingga berdampak kelangkaan. Hj Darmini (48) salah satu pemilik pangkalan gas elpiji 3 kg di Desa Karangmulya Kecamatan Kandanghaur menyebutkan, sejak dua bulan terakhir jatah dari distributor hanya 120 tabung per minggu. Itupun tidak dikirim melainkan mengambil sendiri. Jumlah tersebut dinilai tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan warung-warung di dua desa. Sebab, hanya dalam hitungan hari langsung habis. “Idealnya suplai minimal 500 tabung per minggu. Jadi kalau sekarang langka ya wajar, karena stok di pangkalan sendiri memang kurang,” kata Darminih didampingi suaminya, Abah Acong (50) kepada Radar, Jumat (7/2) lalu. Dia mengaku, harga yang dijual kepada konsumen sesuai dengan aturan yakni Rp15.500 per tabung. Ketika kemudian terjadi lonjakan harga gas melon hingga mencapai Rp25 ribu per tabung, pangkalan tidak mau kembali disalahkan. “Yang menaikkan harga itu bukan pangkalan, tapi dari warung-warung karena memang stoknya kurang,” ungkap Abah Acong, yang mengaku tokonya hampir dibakar massa yang berebut elpiji. (kom/kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: