Sejarah Nama Masjid Merah Panjunan, Ternyata Bukan Karena Warna Temboknya yang Merah
Bangun Masjid Merah Panjunan tampak luar, Minggu (17/3/2024).-Dedi Haryadi-Radarcirebon.com
Lebih lanjut, Nasirudin menjelaskan, bahwa Masjid Merah Panjunan lebih dulu dibangun dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Menurutnya, Sunan Gunung Jati membangun masjid ini sekitar tahun 1480 atau 18 tahun sebelum pembangunan Masjid Agung Sang Cipta.
Kemudian, Sunan Gunung Jati sebagai penguasa di Cirebon membeikan tanggung jawab kepada Sayid Abdurahman atau Pangeran Panjunan untuk mengelola masjid ini.
BACA JUGA:Selasa Diperiksa, Irfan Nur Alam Anak Mantan Bupati Majalengka Bisa Langsung Ditahan Kejati Jabar
Keunikan lain dari desain masjid ini adalah keberadaan 17 tiang yang menjadi penyangganya. Antara lain adalah 16 tiang berbentuk silinder dan 1 tiang yang berbentuk persegi.
Selayaknya desain masjid kuno yang dibangun pada masa Wali Songo, arsitektu Masjid Merah Panjunan juga berbeda dari masjid pada umumnya.
Lebih mirip bangunan Jawa yang memiliki nuansa Hindu. Uniknya lagi, terdapat hiasan piring-piring asal Tiongkok yang ditempel di tembok masjid.
Oleh karena itu Masjid Merah Panjunan sering disebut sebagai simbol akulturasi budaya di Cirebon.
Masjid peninggalan kanjeng Sunan Gunung Jati ini berada di lingkungan kampung Arab Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Mayoritas penduduk di sekitar Panjunan merupakan keturunan Arab.
"Awalnya Mbah Kuwu Cirebon bersama Syarif Abdurahman atau Pangeran Panjunan melakukan babad alas di Cirebon," tutur Nasirudin mengenai awal mula pembangunan Masjid.
"Namun, ada satu pohon tinggi besar menjulang ke langit yang sulit ditebang," imbuhnya.
"Setelah Mbah Kuwu Cirebon dan Pangeran Panjunan bermunajat kepada Allah, akhirnya pohon tersebut berhasil ditebang, dan kayu pohonnya dijadikan tiang Masjid Merah Panjunan sebanyak 17 tiang," pungkas Nasirudin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: