Tajug Agung Pangeran Kejaksan Bakal Direvitalisasi, Begini Penjelasan Pj Walikota

Tajug Agung Pangeran Kejaksan Bakal Direvitalisasi, Begini Penjelasan Pj Walikota

Tajug Agung atau Masjid Agung Pangeran Kejaksan berada di Jl Siliwangi, Gg Pangeran Kejaksan, Kota Cirebon, Rabu (8/4/2024).-Dedi Haryadi-radarcirebon.com

CIREBON, RADARCIREBON.COM - Tajug Agung atau Masjid Agung Pangeran Kejaksan yang berada di Jl Siliwangi, Gg Pangeran Kejaksan merupakan tempat ibadah bersejarah peninggalan para wali di Cirebon.

Bangunan Tajug Agung Pangeran Kejaksan yang didirikan pada abad 15 Masehi, atau tahun 1480 satu zaman dengan pembangunan Masjid Agung Sang Ciptarasa Keraton Kasepuhan Cirebon ini rencananya dalam waktu dekat bakal direvitalisasi.

Penjabat Walikota Cirebon Drs H Agus Mulyadi ditemui radarcirebon.com usai menghadiri Halal Bihalal bersama DKM dan DMI di Tajug Agung Pangeran Kejaksan, Rabu malam (8/5/2024) membenarkan rencana revitalisasi Tajug Agung tersebut.

"Tadi dalam Halal Bihalal ada lanjutan diskusi berkaitan dengan rencana revitalisasi Tajug Agung Pangeran Kejaksan ini. Kita patut bangga dengan yang dimiliki Kota Cirebon salah satunya keberadaan masjid-masjid bersejarah penyebaran Islam. Secara prinsip, rencana revitalisasi ini salah satu menghargai karya leluhur,"ucapnya.

BACA JUGA:Mainan Tersangkut di Jari Anak, Damkar Kuningan Turun Tangan

Agus mengatakan, Pemkot Cirebon mendukung revitalisasi Tajug Agung Pangeran Kejaksan tersebut.

"Pemkot Cirebon mendukung penuh dan nanti kami persiapkan dan fasilitasi, tapi administrasi harus semua disiapkan. InsyaAllah akhir bulan Mei 2024 ini semua proses administrasi termasuk proposal sudah selesai. Setelah itu selesai semua, selanjutnya kami akan soal ke anggota Watimpres Habib Lutfhi untuk memperoleh arahan dari beliau,"katanya.

Pejabat yang akrab disapa Gus Mul ini berharap tahun ini revitalisasi Tajug Agung Pangeran Kejaksan sudah bisa diwujudkan.

"Kalau anggaran APBN bisa intervensi rasanya revitalisasi bisa selesai tahun 2024 ini,"ujarnya.

BACA JUGA:Banyak yang Penasaran, Segini Biaya Servis Skutik Terbaru Yamaha LEXi LX 155 Selama 3 Tahun

Terkait status tanah Tajug Agung Pangeran Kejaksan, Agus menyebutkan, hal tersebut masih harus dilakukan pengkajian.

"Hal itu menjadi dari bagian dari kajian. Kalau ini masuk dalam aset Pemkot Cirebon maka akan kita segera laksanakan. Namun kalau masih berstatus tanah milik masyarakat, ya kita harapkan proses wajahnya bisa dilakukan. Nanti kita minta dukungan dari badan wakaf atau kementerian agama untuk membantu proses pewakafan,"sebutnya.

Bukan hanya Tajug Agung Pangeran Kejaksan, lanjut Dia, Pemkot Cirebon secara bertahap akan melakukan revitalisasi tehadap masjid-masjid bersejarah di Kota Cirebon.

Perlu diketahui, sebelumnya nama tajug ini adalah Tajug Muhajirin yang tercatat terbangun tahun 1480 M dan sudah menjadi cagar budaya yang ada di Kota Cirebon.

BACA JUGA:VIRAL Video Mesum 29 Detik Pemeran Pria Diduga Oknum Kepala Desa

Tajug ini dibangun oleh kakak ipar dari Sunan Gunung Jati atau yang akrab disapa Syekh Syarif Hidayatullah. Beliau bernama Pangeran Kejaksan atau Syarif Abdurohim. Masjid ini juga satu zaman dengan Masjid Bata Merah Panjunan dan juga Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Tajug ini berada di tengah-tengah permukiman penduduk Kejaksan, sehingga terlihat sempit dan sulit untuk kendaraan parkir. Namun, tajug tersebut masih terawat hingga kini. Beberapa benda pun masih terlihat asli dari awal pembangunan masjid ini.

Tiang-tiang penopang atau saka, mimbar, kolam atau bak, sumur, memolo, dan juga hiasan piring perpaduan Tiongkok dan Arab yang masih awet tidak dirombak. Namun, bata yang asli sudah ditembok.

Pangeran Kejaksan juga bersaudara dengan Pangeran Panjunan. Keduanya merupakan anak dari Syekh Datul Kahfi dan Syarifah Halimah. Selain itu, terdapat dua anak lainnya, yakni Syarifah Baghdad dan Syarif Hafidz.

BACA JUGA:KPPIP Lakukan Kunjungan ke Proyek GI 150 kV Teluk Jambe II

Kedatangan Syekh Datul Kahfi sembari membawa keempat anaknya itu terjadi pada tahun 1478 M ke Amparan Jati atau Gunung Jati. Beliau mendarat di Pelabuhan Pancerjati dengan 1.200 orang pengikutnya.

Kemudian, ia melanjutkan perjalanan menuju Keraton Pakungwati yang dipimpin Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon. Hingga setelah kekuasaan Galuh lemah dan Cirebon lepas dari Galuh, maka Mbah Kuwu Cirebon memberikan kepada keponakannya yakni Sunan Gunung Jati.

Nantinya, Pangeran Kejaksan dan Pangeran Panjunan akan diberi jabatan sebagai Adhiyaksa dan Abu Dampul atau Panglima Perang. Sedangkan, Syarif Hafidz diberi tugas membantu mengajar Agama Islam dengan ayahnya di Gunung Jati.

Sampai saat ini, tajug yang menempati area tanah seluas 400 meter persegi dan memiliki ketinggian sekitar 10 meter ini masih terbagi menjadi dua ruang ibadah. Luas dari ruang ibadah utama sekitar 9 meter x 7 meter, sedangkan ruang ibadah tambahan sekitar 13 meter x 7 meter. Kedua ruangan ibadah ini terpisahkan dengan dinding bata merah dan terdapat pintu penghubung di tengah-tengahnya.

BACA JUGA:Gara-gara Ini, Izin Usaha PT Tani Fund Madani Indonesia Dicabut OJK

Selain itu, terdapat dinding yang dihiasi oleh keberadaan keramik tua yang bercorak Eropa dan Tiongkok sebanyak 33 buah yang berada di bagian atas dan bawah. Kemudian ada tiang atau saka guru yang berjumlah 16 buah dan masih kuat menyangga tajug ini. (rdh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: