Menyingkap Akar Politik Paternalistik di Indonesia: Sebuah Tantangan Bagi Demokrasi

Menyingkap Akar Politik Paternalistik di Indonesia: Sebuah Tantangan Bagi Demokrasi

Antonius Benny Susetyo--

Tindakan seperti ini tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. 

Untuk mencabik politik paternalistik, kita harus memastikan bahwa para pemimpin memiliki kesadaran etika yang tinggi. 

Ini bisa dilakukan melalui pelatihan dan pendidikan yang menekankan pentingnya etika dan integritas. 

Selain itu, kita juga harus memiliki mekanisme yang jelas untuk menilai dan menghukum pelanggaran etika.

Salah satu masalah utama dalam politik Indonesia adalah kecenderungan untuk mencari jalan pintas. 

Banyak pejabat yang lebih suka menggunakan koneksi dan hubungan pribadi untuk mendapatkan posisi atau keuntungan tertentu, daripada melalui proses yang adil dan transparan. 

Ini harus diatasi dengan menegakkan meritokrasi dan memastikan bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama berdasarkan kemampuan dan prestasi mereka. 

Masyarakat harus diberdayakan untuk memahami pentingnya etika dan integritas dalam penyelenggaraan negara. Ini bisa dilakukan melalui pendidikan, kampanye publik, dan partisipasi aktif dalam proses politik. 

Masyarakat yang sadar dan kritis akan lebih mampu menuntut akuntabilitas dari para pemimpin mereka. Media massa memiliki peran penting dalam mengawasi perilaku para pemimpin dan mengungkap pelanggaran etika. 

Media harus independen dan berani dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas publik. Selain itu, media juga harus berperan dalam mendidik masyarakat tentang pentingnya etika dan integritas dalam penyelenggaraan negara.

LSM dan organisasi masyarakat harus aktif dalam mengawasi pemerintah dan menegakkan etika. Mereka harus memiliki kapasitas untuk melakukan penelitian dan investigasi, serta menyampaikan temuan mereka kepada publik. 

Selain itu, mereka juga harus berperan dalam mendidik masyarakat dan mendorong partisipasi aktif dalam proses politik. Pendidikan harus memainkan peran sentral dalam menanamkan nilai-nilai etika dan integritas sejak dini. 

Kurikulum harus mencakup materi tentang etika, integritas, dan meritokrasi. Selain itu, pendidikan juga harus menekankan pentingnya partisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Sistem nilai yang objektif harus dibangun untuk memastikan bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama berdasarkan kemampuan dan prestasi mereka. Ini termasuk memiliki mekanisme yang jelas untuk menilai dan menghukum pelanggaran etika. 

Hanya dengan demikian kita bisa memastikan bahwa etika dan integritas menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: