Literasi DKIS
Kepala DKIS Kota Cirebon, Ma’ruf Nuryasa, mengecek buku biografi Nashrudin Azis dan Eti Herawati, sebelum peluncuran akhir tahun lalu.-Mochamad Rona Anggie-
Kembali ke Ma’ruf. Ia ingin setelah pimpinannya selesai mengabdi. Ketika publik butuh referensi. Atau anak-cucunya ingin tahu kiprah orang tua dan mbah-nya memajukan Kota Cirebon. Bisa membuka lembaran buku yang DKIS terbitkan.
“Bentuk penghargaan kepada pimpinan. Sekaligus mendukung program literasi di Indonesia,” ujar Ma’ruf mengungkap alasan membukukan perjalanan hidup kepala daerah Kota Cirebon.
Tak hanya buku biografi wali kota dan wakil, DKIS meluncurkan pula buku berisi kisah warga dan aparatur negara di masa Covid-19. Rasa kesal, duka, getir dan beratnya menjalani kehidupan saat wabah melanda, terangkum apik dalam buku ini.
Selain DKIS, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB), menerbitkan pula buku terkait program keluarga berkualitas dan kota layak anak.
Temasuk cerita “Cirebon Undercover” tentang perilaku seksual menyimpang. Tak terkecuali problem kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Oya, politisi muda Suhendrik juga pernah mengulas mantan Wali Kota Cirebon periode 1960-1965, RSA Prabowo. Kamerad Hendrik – biasa saya menyapanya – sampai mendatangi keluarga RSA Prabowo di kawasan Bintaro, Jakarta, demi melengkapi karya jurnalistiknya tahun 2010.
Pada 2022, gantian mantu RSA Prabowo yang warga negara Australia, Rood Gibbon, mengunjungi Suhendrik di kantor Jabar Ekspres, Kota Bandung.
Saya diminta Suhendrik membuat tulisan tentang pertemuannya dengan Rood Gibbon itu.
Sedikit kilas-balik. Rubrik Evergreen di Radar Cirebon, mengasah kemampuan jurnalistik saya, dalam menuliskan sisi personal banyak tokoh.
Ada owner Grage Group mendiang Drs H Boediman Kusika (ayah Bamunas Setiawan Boediman); bos restoran Padang Sinar Budi, H Nahrir (adik ipar pendiri Sinar Budi, H DS Mangkuto); Pemilik Toko Obat Mandjur, Sutikno Aling (papa Hudhiarta Sutikno / politisi Nasdem), sampai pimpinan Japfa Comfeed yang disegani pada masanya, drh. Afiful Haq.
Ma’ruf sadar, dinas yang dipimpinnya bukan tempat persemayaman buku-buku. Lebih kepada “laboratorium” ide-ide segar. Mengemasnya menjadi karya nyata.
Begitulah ia, peduli literasi. Sejak bertugas di Humas Pemkot memproduksi Warta Balai Kota cetak, sampai versi digital belakangan. Pandangannya futuristik. Menjawab tantangan ke depan.
Tak keliru apa yang disampaikan Wakil Ketua DPRD, Harry Saputra Gani, dalam sebuah obrolan sore dengan penulis.
“Orang sekarang tuh kepo. Ingin tahu sisi personal seseorang, ketimbang baca acara gunting pita atau seremonial,” ucapnya.
Terima kasih untuk para kakanda di Graha Pena.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: