Seruan “Save Ciremai” Batal Dihapus

Seruan “Save Ciremai” Batal Dihapus

KUNINGAN - Janji Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) Kabupaten Kuningan untuk menghapus coretan “Save Ciremai” tidak dilakukan. Setelah terjun ke lapangan, mereka menilai apa yang dilakukan itu bukan aksi vandalisme, namun seruan untuk menyalamatkan Gunung Ciremai. “Jujur kami menilai permasalahan ini rumit. Tadinya mau dihapus, namun setelah dipikirkan lebih baik dibiarkan dan menunggu perintah resmi,” ujar Kepala BPLHD Kuningan Ir H Dodi Nurochmatudin, kemarin (12/3). Menurut dia, yang membuat BPLHD yakin langkah yang diambil tepat adalah karena warga yang bangunannya ditempel tulisan tersebut tidak protes. Padahal, mereka harusnya melarang kalau memang itu mengganggu. Kemudian Dodi menyebutkan, tulisan itu dibuat tidak sembunyi-sembunyi. Ia yakin ada yang mengetahui, namun ia sendiri hingga saat ini tidak mengetahui siapa pelakunya. “Saya kira setelah ditulis di Radar ada yang mengaku tapi ternyata tidak yah, setelah ada pengakuan kan akan memudahkan,” tambahnya. Sementara itu, Kasatpol PP Kuningan Deni Hamdani SSos ketika dikonfirmasi terkait tindakan tersebut, menyayangkan aksi itu. Pasalnya, para pengambil keputusan di Kuningan sudah membeberkan tentang Gunung Ciremai dengan gamblang dan jelas. Dan masyarakat, lanjut Deni, tidak perlu cemas atau khawatir karena prosesnya masih panjang. “Menurut saya belum bisa dikatakan vandalisme karena mereka punya maksud dan tujuan yang jelas dan sebagai bentuk cinta lemah cai Kuningan. Hanya etika dan estetika saja yang belum dipahami, sama dengan tulisan zaman perjuangan tempo dulu yang punya jargon \"Merdeka atau mati\",” ujar Deni. Dari pantuaan Radar, tulisan terserbut memang hingga saat ini belum ada yang mengklaim. Dengan banyaknya tulisan ini, membuat warga semakin resah karena mereka dibuat semakin bingung. “Sebenarnya mana yang benar? Katanya hanya dimanfaatkan panas buminya saja. Namun, ada seruan Save Ciremai, kalau ada seruan seperti ini kan berati ada apa-apa. Saya sebagai warga meminta Pemkab Kuningan bertindak tegas,” jelas Yuli yang setiap hari membaca koran. Hasil penelusuran Radar, baik dari obrolan biasa hingga pembicaraan di tempat ibadah, masalah Ciremai di kalangan warga masih menjadi isu liar. Padahal, kalau ada ketegasan dari pemerintah pasti tidak akan seperti itu. “Bayangkan pada saat salat Jumat ada pengurus DKM yang berbicara bahwa gunung akan dijual, dan ia menyerukan warga Kuningan menolaknya mati-matian. Ini kan ironi. Padahal pemkab sudah menerangkan bahwa hanya panas buminya saja yang dikelola,” ujar Opik warga Kecamatan Cilimus. Terpisah, tudingan Aktivis LSM Akar, Avo Juhartono yang menyebut Ketua DPW Partai NasDem, Eka Santosa, kontraproduktif dengan ketidaksetujuannya terhadap proyek Geothermal Gunung Ciremai, Kuningan, tetapi mendukung produksi Geothermal Kamojang, Garut ketika menjabat Ketua DPRD Jawa Barat, membuat Eka berang. Eka merasa tersinggung atas tudingan Avo. Aktivis kawakan Akar itupun diminta Eka untuk membuktikan tudingannya tersebut. “Saya menghormati perbedaan pendapat kaitan geothermal Gunung Ciremai. Tapi saya keberatan dengan pernyataan dia (Avo, red) yang menuding saya secara pribadi,” keluhnya dengan nada keras, Rabu (12/3). Tudingan bahwa ia mendukung Geothermal Kamojang, Garut ketika menjabat Ketua DPRD Jabar, harus dibuktikan. Ia ingin Avo menunjukan bukti hitam di atas putih. Jika tidak mampu membuktikan, Ia meminta Avo meminta maaf. Permintaan maaf saja tidak cukup, Ia akan memperkarakan Avo ke jalur hukum. “Saya sudah tanya Sekwan DPRD Jabar soal itu, ternyata juga tidak pernah ada dukungan DPRD Jabar untuk geothermal Garut. Saya sendiri menjabat Ketua DPRD Jabar periode 1999-2004, adapun geothermal Garut kalau tidak salah dimulai akhir 2004. Jadi gak ada korelasinya dengan saya. Tudingan itu asbun,” tegasnya. Sementara, Mantan Wakil Bupati Majalengka era Bupati Hj Tutty Hayati Anwar, HM Iqbal MI mengatakan, meskipun kegiatan ekploitasi panas bumi tidak secara langsung di area Gunung Ciremai, tapi hal itu akan berdampak terhadap kerusakan yang dapat menimbulkan bencana bagi manusia. Padahal keberadaan gunung tersebut sebagai patok bumi yang sampai saat ini menjadi salah satu sumber kehidupan jutaan masyarakat yang ada di wilayah III Cirebon. \"Allah menciptakan Gunung Ciremai itu sebagai patok bumi yang selama ini menjadi salah satu sumber kehidupan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Dikhawatirkan jika gunung tertinggi di Jawa Barat ini dibor dengan alasan dimanfaatkan sumber panas buminya untuk tenaga listrik, bagaimana nanti kalau berdampak pada bencana besar yang akan merugikan jutaan masyarakat,\" jelas Iqbal. (mus/tat/eko) FOTO: AGUS MUSTAWAN/RADAR KUNINGAN DIBIARKAN. Tulisan seruan “Save Ciremai” belum dihapus. Padahal, BPLHD berjanji akan menghapus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: