Diserang Parasit, Hafidz Berpulang

Diserang Parasit, Hafidz Berpulang

JAKARTA - Mimpi Muhammad Sayid Hafidz, pasien transplantasi hati asal Bekasi, untuk menjadi wartawan tidak akan pernah terwujud. Bocah 8 tahun itu mengembuskan napas terakhir di RS Pertamedika Sentul City, Bogor, Jawa Barat, Senin (24/3) jelang tengah malam. Direktur Operasional RS Pertamedika Sentul City dr Kamelia Faisal MARS mengatakan, penurunan kondisi Hafidz terjadi sejak Senin sore. Tim dokter pun melakukan semua prosedur medis yang diperlukan. Namun, Hafidz tidak tertolong. \"Pada tanggal 24 maret pukul 23.45, kami nyatakan Hafidz meninggal,\" ujarnya kemarin. Kamelia menjelaskan, penyebab meninggalnya Hafidz secara medis hampir tidak berhubungan dengan operasi ganti hati yang dijalani bocah tersebut sebulan lalu. Hafidz mengalami gagal napas akibat pneumonia (radang paru). Di paru-parunya terdapat cairan yang setelah diteliti ditemukan parasit amoeba yang bersifat pathogen (menyebabkan penyakit). Amoeba itu diduga sudah ada sejak sebelum Hafidz menjalani operasi. \"Sebelum operasi memang tidak diprediksi ke sana karena memang protokolnya tidak memerintahkan atau meminta untuk memeriksa ke arah amoeba,\" tuturnya. Pemeriksaan paru-paru Hafidz sebelum operasi menunjukkan sudah ada gangguan pneumonia ringan. Namun, hal itu telah diatasi dengan antibiotik. Tujuannya, agar kondisi putra pasangan Sugeng Kartika dan Maria Ulfa itu lebih fit dan siap menjalani operasi. Secara umum, lanjutnya, operasi ganti hati Hafidz berjalan sukses. Dia berhasil melewati masa penolakan terhadap hati baru oleh tubuhnya. Hal itu dibuktikan dengan laporan-laporan hasil medis baik lab maupun rontgen dan USG. Sambungan hati dan pembuluh darahnya berfungsi dengan baik. Kemudian, feses Hafidz berwarna cokelat. Hal itu berarti sistem sekresi dari hati sudah bekerja. Urinenya juga sudah baik. Pada pekan ketiga, Hafidz sudah mendapatkan perkembangan yang baik. Bocah yang mendapatkan cangkok hati dari sang ayah itu bisa makan berbagai makanan, juga sudah banyak bergerak dan beraktivitas seperti menggambar. Kondisi itu terjadi hingga akhir pekan ketiga pascaoperasi. Pada awal pekan keempat, Hafidz mulai merasa sesak napas. Tim dokter mendapati ada pneumonia atau radang paru yang berujung temuan amoeba. Menurut Kamelia, Amoeba merupakan parasit ganas. Umumnya Amoeba menyerang manusia di bagian usus. Dalam kasus Hafidz, kondisi tubuhnya setelah transplant memang dilemahkan agar hati barunya bisa diterima tubuh. Dia diberi obat imunosupresan untuk menguatkan sistem imun dari luar, ditambah dengan steroid. Itu membantu agar imunitas tubuh terjaga selama masa adaptasi hati. \"Imunosupresan dengan steroid itu sepertinya membangkitkan kembali amoeba yang ada di tubuh hafidz yang sudah ada sejak sebelumnya,\" kata Kamelia. Sebab, amoeba tidak mungkin tumbuh secara tiba-tiba. Pada tubuh yang sehat, keberadaan amoeba tidak menjadi masalah. Lain halnya dengan Hafidz yang saat itu kondisinya lemah. Amoeba tersebut menyerang sampai ke paru. Tim dokter telah memberikan obat untuk menurunkan dan mematikan amoebanya. Namun, karena terdapat kontradiksi dengan obat imunosupresan dan steroid, maka fungsi-fungsi dari metabolik dan sistemik tubuh Hafidz saling berlawanan. Akhirnya, terjadi gagal napas. Menteri BUMN Dahlan Iskan adalah salah seorang yang berduka atas meninggalnya Hafidz. Dahlan sendiri pernah menjalani operasi ganti hati. \"Transplantasi hatinya sudah suskses. Yang paling rawan dan sulit memang pasca transplantasi. Saya juga sudah ingatkan berkali-kali,\" terangnya. Dahlan mengaku terpukul dan menyesal. Penyesalan itu lebih karena tidak memantau Hafidz secara langsung. Bagi Dahlan, Hafidz sudah berada di tempat dan penanganan yang benar. Sehingga, dirasa tidak memerlukan kehadirannya. Dahlan tidak menyalahkan siapapun. Dia meminta kejadian itu dijadikan sebagai pembelajaran. \"Kasusnya memang sulit, karena ini yang pertama. Tapi, kita harus akui bahwa proses ganti hati sukses. Hanya pasca transplantasinya gagal,\" ucapnya. Kegagalan pascacangkok hati, kata Dahlan, tidak boleh menyurutkan semangat tim dokter yang menangani Hafidz. \"Kejadian ini tidak boleh menjadikan rumah sakit patah semangat dan surut menangani hal yang sama. Tapi, harus dibuktikan dan dicatat kalau transplantasi berjalan sukses,\" katanya. (byu/chi/JPNN/ca)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: