Melihat dari Dekat Tradisi Ruwatan yang Mulai Langka, Tontonan Sekaligus Tuntutan yang Syarat Makna

Melihat dari Dekat Tradisi Ruwatan yang Mulai Langka, Tontonan Sekaligus Tuntutan yang Syarat Makna

Pertunjukan wayang kulit dalam ruwatan yang digelar oleh keluarga Indrawati Giok.-Cecep Nacepi-Radarcirebon.com

"Tradisi harus saya pegang. Karena orang tua saya dari dahulu tradisi tidak pernah boleh dilepaskan. Karena, dengan tradisi kita belajar banyak mengenai kehidupan," terangnya.

Ia menceritakan, waktu orang tuanya masi hidup mempunyai empat anak perempuan dan satu laki-laki. 

BACA JUGA:7 Tersangka Dugaan Korupsi Kabupaten Cirebon Langsung Ditahan 20 Hari Kedepan

BACA JUGA:Ketahui Ketentuan Kurban yang Benar: Mulai dari Syarat hingga Proses Pelaksanaannya

Sehingga, orang tuanya dulu mengadakan acara ruwatan untuk anak laki-lakinya. 

Nah sekarang, Indrawati Giok memiliki dua anak perempuan dan satu laki-laki, yang harus diruwat. 

Kemudian tradisi ruwatan itu pun digelar untuk cucunya, dari anak yang paling besar sendirian, atau otang-ating. 

Sehingga, tradisi ruwatan ini memiliki harapan besar agar anak menjadi sosok yang lebih baik.

"Dalam tradisi ini, kita sebagai orang tua, harus selalu memohon kepada yang maha kuasa agar selalu anak-anak yang kita lahirkan, yang kita didik ini menjadi anak-anak yang baik, penuh dengan cinta kasih, selalu berguna untuk masyarakat, untuk negara, dan untuk sesama," tandasnya. 

Di tempat yang sama, Budayawan Cirebon Akbarudin Sucipto menjelaskan, ruwatan adalah salah satu adat atau tradisi masyarakat, atau sebuah ikhtiar orang dewasa untuk menjaga kesempurnaan dalam hidup.

"Artinya seluruh apa yang terjadi bagi kita sebagai manusia, sudah takdir dari yang berkuasa. Tetapi kemudian ketika menjalani takdir, terkadang manusia memiliki tafsir dan memiliki persepsi yang berbeda. Sehinggaruwatan ini, adalah ikhtiar dari para sepuh dan orang tua di masalalu untuk berusaha menjaga kesempurnaan dari para anak cucunya," terangnya. 

Dia menambahkan, bahwa apa yang dilakukan oleh para sesepuh terdahulu, dengan ruwatan, itu lebih mengedepankan prasangka baik. 

Bahwa ketika Tuhan menciptakan makhluknya itu sudah pada posisi yang terbaik. Tetapi terkadang manusia punya kacamata dan punya persepsi yang berbeda.

"Jadi mempertemukan energi ketuhanan dengan hal-hal yang positif dan normatif, itulah maka kemudian ruwatan lahir dalam masyarakat kita," terangnya.

Adapun adanya pertunjukan seni seperti wayang kulit, topeng kelana, dan kidung adalah sebuah media untuk menyampaikan pesan tentang kehidupan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: