Sikapi Tragedi Siswi di Tengah Tani, Tokoh Pemuda Cirebon Timur Ingatkan Soal Ini ke Pengelola Pendidikan

Sikapi Tragedi Siswi di Tengah Tani, Tokoh Pemuda Cirebon Timur Ingatkan Soal Ini ke Pengelola Pendidikan

Ilustrasi depresi.-pixabay-

CIREBON, RADARCIREBON.COM - Tragedi percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh seorang siswa menengah pertama di wilayah Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, mengejutkan banyak pihak.

Peristiwa memilukan ini diduga dipicu oleh tekanan psikologis yang dialami sang siswa akibat tidak mampu membayar uang sekolah dan ancaman tidak diperbolehkan mengikuti ujian karena belum melunasi tunggakan.

Menanggapi kejadian tersebut, tokoh pemuda Cirebon Timur, Raden Hamzaiya SHum, menyampaikan seruan terbuka kepada seluruh sekolah dan pengelola pendidikan di Indonesia agar tidak lagi menjadikan aspek administratif sebagai dasar untuk memberi tekanan kepada peserta didik.

“Tragedi ini bukan hanya persoalan tunggakan biaya. Ini adalah kegagalan kita sebagai masyarakat dalam melindungi anak-anak dari tekanan yang tidak semestinya mereka tanggung.”

BACA JUGA:Trayek BRT Cirebon Diperluas ke Kuningan hingga Subang Tapi Ada Syaratnya, Simak Saran Direktur PD Pembangunan

BACA JUGA:Pernyataan Lengkap Pihak SMAN Tengah Tani yang Dituding Pecat Siswi hingga Depresi

BACA JUGA:Penghujung Cuti Bersama Hari Raya Idul Adha, Penumpang Kereta Api Daop 3 Cirebon Meningkat

“Sekolah harus menjadi ruang tumbuh yang aman, bukan arena tekanan ekonomi terselubung,” tegas Raden Hamzaiya saat ditemui di kediamannya, Senin 9 Juni 2025.

Ia menyoroti sejumlah praktik yang masih jamak ditemukan di berbagai sekolah, seperti penahanan kartu ujian, pemblokiran akses akademik, bahkan pengucilan secara tidak langsung terhadap siswa yang belum membayar biaya pendidikan.

“Tindakan seperti menahan kartu ujian karena belum bayar bukan hanya keliru secara administratif, tapi juga tidak berperikemanusiaan.”

“Anak-anak tidak boleh dijadikan korban sistem yang meminggirkan mereka karena latar belakang ekonomi,” lanjutnya.

BACA JUGA:Indosat Manfaatkan AI untuk Efisiensi dan Memperkuat Bisnis Jangka Panjang

BACA JUGA:Sahabat-AI Kini Punya Layanan Chat Multi Bahasa, Dari Bahasa Internasional Hingga Bahasa Daerah

Raden Hamzaiya menekankan bahwa tekanan semacam ini, jika tidak ditangani, akan menumpuk dalam psikis siswa dan dapat menyebabkan stres berat, depresi, bahkan tindakan ekstrem seperti bunuh diri.

Ia menegaskan bahwa pendidikan harus berpihak pada keadilan sosial dan memperhatikan aspek mental siswa, bukan sekadar menagih kewajiban administratif.

Selain menyerukan perubahan sikap di tingkat sekolah, Hamzaiya juga mendorong keterlibatan aktif pemerintah daerah, khususnya Dinas Pendidikan (Disdik) dan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Cirebon, dalam merespons tragedi ini.

“Harus ada investigasi menyeluruh terhadap peristiwa ini. Dan lebih dari itu, perlu segera dibuat panduan dan pengawasan terhadap kebijakan administrasi sekolah agar tidak bersifat represif terhadap siswa. Jangan sampai kejadian ini terulang,” ujarnya.

Ia juga mengusulkan dibentuknya sistem subsidi silang atau mekanisme solidaritas berbasis masyarakat, di mana siswa dari keluarga mampu secara sukarela membantu meringankan beban siswa lain yang kesulitan ekonomi melalui program resmi sekolah.

BACA JUGA:Outlet Fashion Golf Pertama di Cirebon, Hadir di Eagle Golf Aston Cirebon

BACA JUGA:SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon Gelar Penyembelihan Hewan Kurban

Sebagai tokoh yang aktif dalam isu-isu kebudayaan dan hak pendidikan, Hamzaiya berharap tragedi di Tengah Tani ini menjadi titik balik dalam penyelenggaraan pendidikan yang lebih inklusif dan berempati.

“Kita harus mengembalikan ruh pendidikan, yakni mendidik, bukan menekan. Mendampingi, bukan mempermalukan.”

“Tidak semua keluarga mampu, tapi semua anak berhak atas kesempatan belajar yang setara dan bermartabat,” pungkasnya.

R Hamzaiya meminta agar Dinas Pendidikan segera mengambil langkah preventif dan evaluatif agar praktik tekanan psikologis terhadap siswa akibat masalah biaya tidak lagi menjadi norma diam-diam di institusi pendidikan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase