JIS Akui Predator Pedofil Adalah Mantan Gurunya

JIS Akui Predator Pedofil  Adalah Mantan Gurunya

JAKARTA – Kabar mengejutkan sekali lagi datang dari Jakarta International School (JIS). Ternyata, sekolah yang tengah digoyang oleh kasus sodomi bocah usia 6 tahun tersebut, sebelumnya pernah memperkerjakan seorang buronan Federal Bereau of Investigation (FBI) bernama William James Vahey sebagai salah satu tenaga pengajar di sana. Vahey diketahui menjadi buronan FBI terkait kasus sodomi di negara asalnya, Amerika Serikat (AS). Berdasarkan situs resmi milik FBI, www.FBI.gov, Vahey diketahui tercatat menjadi pengajar di JIS selama sepuluh tahun, yakni sejak tahun berdirinya JIS pada 1992 hingga 2002. JIS merupakan sekolah yang kesekian kalinya yang dimasuki Vahey untuk bersembunyi sekaligus mencari mangsa bocah yang bisa diajak indehoi. Selain di Indonesia, dia juga terlacak menjadi mengajar di banyak negara seperti Nikaragua, Inggris, Venezuela, Iran, Arab Saudi, Yunani, Lebanon, dan Spanyol. Terkait adanya boronan FBI di JIS tersebut, Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadivhubinter) Polri Irjen (Pol) Sugeng Priyanto mengatakan bahwa Polri tidak mengetahui keberadaan Vahey di Indonesia serta status buron yang melekat padanya. Alasannya, Vahey tidak tercatat di dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) di Interpol, baik di luar negeri maupun Indonesia. \"Tidak tahu ada buron FBI di Indonesia karena tidak ada di dalam catatan Interpol,\" kata Sugeng kepada Jawa Pos (Radar Cirebon Group), kemarin (23/4). Sugeng menjelaskan, terkait dengan keberadaan Vahey selama satu dekade di Indonesia, FBI tidak pernah menjalin komunikasi, baik dengan Polri maupun dengan Interpol. \"Jadi dia itu kan buronan AS. Kalau FBI tidak mengirim data tentang Vahey ke Interpol kita juga tidak tahu,\" sesalnya. Dia menjelaskan bahwa pihaknya selalu menaati mekanisme permohonan pencarian buronan internasional dalam wadah Interpol. \"Jadi, mekanismenya kalau FBI mengirim surat ke kita, maka kita akan langsung menyampaikannya ke Interpol,\" ucap dia. Hal senada juga diungkapkan Kadiv Humas Polri Irjen (Pol) Ronny F Sompie. Dia bilang bahwa FBI tidak pernah meminta bantuan Polri maupun Interpol terkait dengan buronannya tersebut. Dia menjelaskan, langkah selanjutnya yang diambil pihaknya adalah mencari tahu perilaku Vahey selama menjadi pengajar di JIS. \"Yang utama sekarang adalah mengetahui tindakan tersangka apakah ada korban selama dia mengajar di JIS atau tidak. Ini menjadi acuan bagi Polri untuk mengungkap kasusnya di Indonesia,\" terangnya. Kendati demikian, Ronny mengatakan bahwa pihaknya tidak dapat berbuat lebih untuk mengusut keberadaan Vahey selama sepuluh tahun di Indonesia. \"Dia kan sudah meninggal. Jadi berdasarkan Pasal 109 KUHP kasus-kasus yang pelakunya sudah meninggal tidak bisa dilanjutkan,\" ujar Ronny. Pernyataan Ronny tersebut didukung data yang dilansir di situs FBI. Biro investigasi tersebut mengungkapkan bahwa Vahey tewas dengan jalan bunuh diri saat digrebek FBI di Minnesota, AS, pada 21 Maret 2014 lalu. Lebih jauh, dia juga menyatakan bahwa pihaknya tidak mau tergesa-gesa mengambil langkah terkait hal tersebut dengan melakukan investigasi kepada pihak JIS. \"Kami tidak mau dianggap mencari-cari kesalahan. Itu juga menjadi hal yang tidak baik bagi Polri,\" ucap dia. Sementara, pihak Jakarta International School (JIS) mengakui bahwa buronan Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat William James Fahey merupakan mantan guru di JIS. William berhenti pada tahun 2002 lalu setelah mengajar selama 10 tahun. Kepala Sekolah JIS Timothy Carr mengungkapkan, pihaknya baru mendapat informasi dari sekolah internasional yang berada di Caracas, Venezuela mengenai penyelidikan yang dilakukan oleh FBI Amerika Serikat terkait kasus William. Setelah memperoleh informasi tersebut, pihaknya segera menghubungi pihak FBI untuk melakukan verifikasi. \"Kami mendapat konfirmasi dari United States Department of Justices bahwa tersangka adalah mantan karyawan Jakarta International School dan investigasi terus dilakukan,\" ujarnya di JIS, jakarta, kemarin. Tim mengatakan, saat ini masalah tersebut saat ini sedang berada di bawah penyelidikan pihak FBI. Ia juga menjanjikan akan bekerjasama sepenuhnya dengan pihak FBI. \"Kami akan mensupport FBI terkait masalah ini. Sementara itu, kami juga akan tetap fokus dengan situasi yang saat ini masih berlangsung, termasuk keputusan penutupan sementara sekolah Early Childhood Program kami,\" ungkapnya. Tim sendiri mengklaim bahwa pihaknya tidak sembarangan dalam melakukan perekrutan pengajar. Ia mengatakan, JIS memiliki standar yang tinggi untuk merekrut mereka. Akan tetapi, ia tidak menjelaskan lebih lrinci standar apa yang yang digunakan untuk para pengajar asing dapat mengajar di JIS. \"Kami punya standar internasional yang tinggi yang harus dipenuhi para pengajar. Kami juga mengikuti standar perekrutan yang berlaku di Indonesia. Itu akan terus kami lakukan ke depannya,\" katanya. Sementara itu, mengetahui kasus pencabulan yang dilakukan oleh mantan guru JIS, William ini, pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) semakin mendesak JIS untuk melakukan investigasi terhadap semua guru terkait kasus pelecehan seksual pada MAK, 6 tahun. Ketua KPAI Asrorun Niam menilai, setelah terkuaknya kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh mantan guru JIS membuat segala kemungkinan bisa saja terjadi pula pada kasus MAK. Fakta tersebut, lanjut dia, meruntuhkan klaim JIS soal kebersihan dan tidak adanya potensi pelaku kekerasan seksual dari pihak guru JIS. \"Ya betul (harus ada investigasi guru). Kami sudah sampaikan dan kemudian dia janji akan konsolidasi dengan pihak internal,\" ungkap Asrorun saat dihubungi kemarin. (dod/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: