Orang Finlandia Datangi Gedung Dewan

Orang Finlandia Datangi Gedung Dewan

**Bicara Tentang Geothermal Gunung Ciremai KUNINGAN – Bada salat Jumat kemarin (9/5), muncul pemandangan langka di gedung dewan. Warga berkebangsaan Finlandia mendatangi gedung tersebut dan langsung memasuki ruang kerja Ketua DPRD, Rana Suparman SSos. Awalnya, beberapa pihak menduga ia mata-mata PT Chevron Amerika. Namun ternyata, orang bule itu merupakan aktivis lingkungan hidup di negaranya yang kini bekerja di Siemens Foundation Jerman. “Awalnya saya aktif di Friends Of The Eart, NGO semacam Walhi di Indonesia. Selama 10 tahun banyak melakukan penelitian tentang lingkungan seperti di India dan Afrika. Dan sekarang bekerja di Siemens Foundation yang bergerak di bidang bibit atau perbenihan,” terang Tony Haapanen menggunakan bahasa Inggris. Pria bule yang tampak masih muda itu mengatakan, ke Indonesia merupakan kunjungannya yang pertama. Ia datang ke gedung dewan didampingi para aktivis Huma (Hukum Masyarakat), perkumpulan pembaruan hukum berbasis masyarakat dan ekologi. Bahkan terlihat pula aktivis Gempur, Oki Satrio dan Zakial Fuad. Sedangkan kedatangan mereka disambut Ketua DPRD, Rana Suparman SSos dan Ketua Komisi C, Nuzul Rachdy SE. Diskusi serius pun berlangsung yang membahas tentang pertambangan panas bumi alias geothermal di Gunung Ciremai. Beruntung, pembicaraan Tony diterjemahkan oleh Sisil, aktivis perempuan dari Huma, sehingga komunikasi pun berlangsung lancar. Dalam kesempatan itu, Tony mengaku belum mendatangi lokasi yang hendak direncanakan sebagai titik pertambangan geothermal. Namun ketika mendengar WKP (wilayah kerja pertambangan) mencapai sekitar 24 hektare, dirinya merasa heran. “Kok geothermal membutuhkan areal yang luas? Itu aneh. Padahal hanya butuh power plan yang dimasukkan ke tanah. Tidak sampai puluhan hektare,” ungkap Tony. Siemens Foundation, lanjut dia, mendukung upaya untuk menjaga komunitas local. Dalam kesempatan itu, dirinya tidak terlalu bisa bicara banyak hal. Hanya saja ia menekankan agar mencari tahu kenapa geothermal membutuhkan lahan yang luas. “Jangan-jangan nantinya ada komoditas lain yang mau ditambang, semisal emas dan lain-lain,” kata Tony. Digali tentang hasil penelitiannya tentang geothermal, ia mencontohkan Negara Islandia di laut atlantis. Wilayahnya sangat vulkanis yang terdapat banyak gunung. Mereka memenuhi kebutuhan listriknya hanya dari pertambangan geothermal. “Karena populasi penduduknya juga sedikit hanya berkisar 300 ribu orang. Di sana tidak banyak pohon seperti di Indonesia. Karena merupakan Negara dingin di kutub utara,” terangnya. Dilanjutkannya, ada beberapa proyek power plan di Islandia namun tidak punya banyak lahan. Tony juga membenarkan bahwa proyek geothermal membutuhkan banyak air. Ini karena di Islandia ada sungai yang ditutup salju. Selain itu banyak salju yang runtuh yang menghasilkan banyak air. “300 ribu penduduk Islandia tinggal di ibu kota negaranya. Sedangkan yang di desa-desa tidak banyak. Konflik di sana ada, tapi saya tidak bisa memastikan,” jawab Tony saat diwawancara wartawan. Disinggung soal Taman Nasional, dia mengawali dengan akuan belum membaca dokumen. Namun dirinya merasa aneh apabila status taman nasional kemudian dijadikan wilayah tambang. Untuk penetapan status gunung menjadi taman nasional, menurut dia, prosedur tersebut terjadi umum di negara lain. “Prosedur ini terjadi umum di negara lain, seolah diseting taman nasional kemudian jadi wilayah tambang,” tuturnya. (ded)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: