Prabowo: Saya Jamin Kebebasan Pers dan Tolak Totaliter

Prabowo: Saya Jamin Kebebasan Pers dan Tolak Totaliter

CALON presiden Prabowo Subianto secara khusus bertandang ke redaksi Jawa Pos (Radar Cirebon Group), tadi malam. Dari Solo, menumpang jet pribadi, Prabowo terbang ke Surabaya. Setelah berdiskusi bersama awak redaksi, pria 63 tahun tersebut langsung balik ke Jakarta. Dalam kesempatan kemarin, Prabowo juga didampingi kader partai koalisi, Ketua Tim Pemenangan Moh Mahfud MD, Viva Yoga Mauladi (PAN), Romahurmuzi (PPP), Anis Matta, Fahri Hamzah (PKS), Nurul Arifin (Golkar), KH Fuad Amin, Ali Mochtar Ngabalin. Diskusi gayeng diselingi gelak tawa pun berlangsung dua jam. Dengan intonasi tegas, Mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) itu bercerita banyak hal mengenai kebangsaan hingga calon ibu negara kelak bila terpilih. Berikut petikannya. Mengapa Anda ingin jadi presiden Selama sepuluh tahun terakhir saya berjuang di bidang politik ini saya menjadi tahu banyak hal. Saya ingin melihat keberhasilan bangsa itu sendiri. Kalau cita-cita proklamasi itu membikin rakyat sejahtera dan melindungi segenap bangsanya. Itu cita-citanya. Tapi bagaimana itu sekarang? Tadi pagi, di meja di rumah saya, ada buku pemberian Ibu Rachmawati Soekarno Putri. Di bawah bendera revolusi. Kalau tidak salah ditulis 1931. Di buku itu, Bung Karno sudah menuliskan komoditas-komoditas bangsa. Bung Karno mengelompokkan dengan baik. Semua itu kini mengalir ke luar negeri. Kita hanya jadi sumber bahan baku saja. Ini membuat saya sedih. Pernah saya, ke Sukabumi. Saya bertemu dengan seorang petani yang kaya. Tapi sekarang, dia sudah tidak bertani lagi. Dia jualan barang-barang luar negeri. Dia bilang jadi petani tidak untung. Saya sedih sekali. Kita ini negara besar, luasnya saja setara 27 negara Eropa. Kita ini anggota PBB, tapi hidup masih seperti ini. Apakah ini takdir Bangsa Indonesia. Saya kira tidak. Pernyataan Anda terlalu normatif Negara saya selama ini tidak kompetitif. Bahkan tidak produktif. Nasionalisme saya terusik. Kita ini sudah menjadi bangsa kuli. Anda tahu di Bali, Hotel punya orang asing. Saya tak membenci mereka. Orang kita hanya jadi satpam. Pelayan !!! (Prabowo lantas berdiri dan menyorongkan air putih di mejanya ke awak redaksi gaya pelayan). Apakah kita semua tidak mungkin makmur. Bahkan Batik. Ya, batik kita harus impor. Batik itu. Batik !! (kembali berdiri dengan suara meninggi). Bila terpilih sebagai presiden nanti, apa komitmen Anda terhadap kebebasan pers? Begini. Saya ini percaya prinsip-prinsip demokrasi. Saya percaya bahwa kekuasaan itu akan langgeng apabila didapat dari rakyat secara sah. Rakyat pula yang harus memberi mandat kepada pemimpinnya. Terhadap kebebasan pers saya sangat mendukung sekali. Saya punya komitmen mengenai masalah itu. Saya juga percaya bahwa saya bisa seperti ini karena kebebasan pers. Tanpa kebebasan pers tidak akan muncul gagasan baru. Saya dukung budaya pers bebas. Ada juga kekhawatiran saya, bahwa kebebasan pers itu akan disalahgunakan. Misalnya, dimanfaatkan kartel-kartel perusahaan. Mengapa Anda akhirnya memilih Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden? Begini saya tidak lolos 20 persen. Perolehan suara Gerindra hanya 13 persen. Karenanya saya harus realistis, yakni koalisi. Saya harus bermitra. Tapi yang saya salut dan terkesan. Banyak jiwa besar di negeri ini. Golkar itu menang 14 persen dan pemenang kedua. Namun tidak mencalonkan presiden dan wapres. PPP memberikan dukungan tanpa syarat. PKS juga tanpa syarat. Untuk menyusun kabinet seharusnya tak perlu besar alias banyak menteri. Orang seperti Mahfud MD harus masuk sebagai tim hukum karena sudah berpengalaman. (Mahfud MD yang duduk di samping Prabowo hanya tersipu mendengar pernyataan itu). Ya, saya memang tim yang terbaik. Bahkan sangat baik. Saya katakan otak dan dan jiwa akhlak yang terbaik. Siapa saja orangnya bisa dari manapun. Bahkan kalau PDIP, Nasdem dan PKB ada yang baik. Saya tak segan-segan untuk mengajaknya bergabung. Tapi menurut Pak Anis Matta, saya dikasih ilmu. Dalam politik itu hanya ada dua saja how to win dan how to govern. Dan, sekarang how to win dulu yang utama. Selama terjun ke dunia politik Anda mengucurkan anggaran yang besar. Ada yang menghitung ada 32 jenis iklan yang tayang di televisi. Bagaimana cara mengembalikan pengeluarannya? Saya selama ini punya filosofi rezeki datangnya dari Tuhan. Kalau mati itu tidak dibawa. Bahkan mati pun kita harus telanjang. Kalau rezeki nggak ada itungan. Sejak letnan dua saya sudah teken kontrak memberikan nyawa ini untuk negara. Nggak ada hitung-hitungannya. Ini murni pengabdian untuk tanah air. Lihat saja, saya ini tentara bukan yang duduk di belakang meja. Semua orang tahu saya perang di mana-mana. Murni untuk tanah air. Tapi kesan yang tampak sekarang Anda itu cukup tempramental. Banyak yang khawatir akan berubah menjadi totaliter. Anda perlu tampil agak lembut Tidak mungkin saya diktator atau totaliter itu. Saya dikontrol oleh Anda semua. Saya ini datangnya dari rakyat juga. Kalau mau kudeta, waktu jadi panglima, saya menguasai 34 batalyon. Tapi tidak. Saya tegaskan, saya sekarang sama dengan Anda semua. Saya tidak punya pangkat. Saya tidak punya pasukan. Sepertinya, Anda itu perlu belajar sejarah TNI. Tentara itu datangnya dari rakyat. Bahkan bisa dibilang tentara Indonesia satu-satunya yang keluar dari gelanggang politik. TNI itu selalu sejalan dengan kehendak rakyat. Anda perlu mengubah gaya? (Tertawa). Bagaimana ya. Harus mengubah gaya. Ya, sudah dari sononya begitu. Saya ini Jawa, Banyumas. Keluarnya keras, tapi hatinya sejatinya lembut (kembali tertawa). Saat di Jawa Tengah, saya dikasih wayang oleh Ki Manteb Sudarsono, Werkudara. Itu artinya, tegas, tapi sejatinya lembut. Baik juga.... Apabila Anda terpilih sebagai presiden, siapa sebenarnya yang akan menjadi ibu negara? (Terdiam sejenak) Kita lihat saja perkembangan bagaimana. (Sambil bergurau) nanti di koalisi harus digelar fit and proper test calon ibu negara (kembali tertawa). (git)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: