Dolly Masih Nekat Buka

Dolly Masih Nekat Buka

*Penindakan Setelah Pembayaran Kompensasi SURABAYA - Deklarasi penutupan Dolly yang dilakukan pemerintah pada Rabu (18/6) tampaknya dibuktikan di lapangan. Tadi malam, lokalisasi tertua yang masih eksis di Surabaya tersebut masih buka seperti biasanya. Hanya, penjagaan cukup ketat. Untuk menghindari gerebekan yang dilakukan aparat, di setiap ujung akses masuk Dolly sudah ada yang berjaga. Akses dari Utara yang dari Jalan Kupang terlihat ada enam orang berjaga. Kendati terlihat berbincang, mata mereka selalu melihat awas ke arah jalan. Begitu pula dari sisi Timur dari makam Tiongkok Kembang Kuning dan dari Selatan dari Dukuh Kupang ada yang berjaga. “Kalau intel masuk biarlah. Karena hanya satu orang atau beberapa. Tidak cukup untuk menggerebek,” kata seorang anggota Front Pembela Lokalisasi (FPL) yang berjaga di mulut gang. Perhitungannya benar. Karena untuk melakukan gerebekan, aparat pasti membawa serombongan pasukan yang mudah terlihat. Jika melihat ada kemungkinan gerebekan, mereka langsung mengabarkannya ke lokalisasi. Baik melalui sirine, maupun melalui telepon seluler. “Kami akan melawan,” ucapnya. Penjagaan cukup ketat ini memang mereka lakukan karena mereka masih beroperasi. Deklarasi penutupan yang dilakukan kemarin memang membuat tidak buka seratus persen, tapi sekitar 90 persen. Di Gang utama Dolly sendiri, dari 56 wisma, tercatat hanya empat yang tutup. Yakni, Wisma Sumber Rejeki, Wisma Lancar Jaya, dan dua wisma yang disebut-sebut terbesar di Dolly. Yakni, Wisma Barbara dan Wisma New Barbara. Informasi yang dihimpun Jawa Pos (Radar Cirebon Group) menyebutkan bahwa para pemain lokalisasi Dolly mencurigai bahwa keempat wisma tersebut sudah tutup karena sudah dibeli Rp9 miliar. Namun, kebenarannya masih belum bisa dikonfirmasi. Pemilik wisma Barbara, Saka, sulit dihubungi. Bahkan, semua makelar yang diwawancarai Jawa Pos mengatakan, mereka tetap akan buka. Tutup sebentar waktu puasa, dan kembali buka lagi setelah Lebaran. “Persis seperti tahun-tahun sebelumnya,” kata Toni, salah seorang makelar. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Koordinator FPL Saputra alias Pokemon. “Kami bebas saja. Kalau ada yang mau buka, akan kami lindungi. Kalau mau tutup, ya silakan tutup. Begitu pula dengan PSK. Mereka mau pulang ya monggo. Kalau tidak ya silakan juga,” ucapnya. Tidak takut digerebeg? Pokemon menjawab santai. “Ya kami akan melawan,” jawabnya. Menurutnya, apa yang dilakukan adalah untuk mempertahankan hak warga dalam mendapatkan penghasilan. Kalau warga setuju dengan penutupan, tentunya tidak akan gejolak. Tapi, kalau masih bertahan, karena warga memang tak punya pilihan lain. Menurutnya, pemerintah harus bisa mencarikan ganti penghasilan yang hilang bila lokalisasi ditutup. Kemarin, FPL memang membuka diri kepada media untuk melakukan liputan. Namun, mereka juga selektif untuk memilih siapa saja yang boleh ikut. Kalau dianggap medianya tidak objektif, maka tidak akan boleh ikut. Mereka ingin agar berita yang keluar berpihak pada mereka. Pantauan di lapangan tadi malam menyebutkan bahwa jalanan di Gang Dolly memang padat. Tapi, bukan padat pengunjung. Melainkan padat orang berjaga-jaga dan para makelar yang menawarkan layanan esek-esek. Begitu ada satu tamu terlihat, dipastikan langsung menjadi rebutan para makelar. Mereka menawarkan layanan lebih. Tarifnya memang masih sama. Yakni, antara Rp90 ribu hingga Rp125 ribu. Hanya, mereka menawarkan keleluasaan waktu. “Pokoknya dijamin puas dan gak kesusu-susu,” kata para makelar tersebut, mempromosikan.. Para PSK sendiri memilih pasrah dengan perkembangan yang ada. “Kami manut saja. Takut kalau ada apa-apa,” terang Fani, salah seorang PSK di Wisma Madona. Bagaimana kalau ada gerebekan? Fani menggeleng lemah. “Tidak ada gerebekan. Katanya, sudah ada yang berjaga. Tapi, kalau pun ada, paling saya dipulangkan,” ucap PSK yang mengaku berasal dari Solo tersebut. Para PSK yang manut tersebut memang rata-rata PSK yang masih mempunyai \"utang\" kepada pengelolanya. Sekadar diketahui, PSK yang baru memang biasanya dibelikan baju, kosmetik, dan segala kebutuhannya seperti kasur, sprei, bantal, dan uang pegangan. Ditambah dengan uang transport mereka dari daerah asal ke Dolly berikut fee para makelar Wisma. Untuk semua kebutuhan tersebut, PSK baru bisa mempunyai utang hingga Rp15 juta. Inilah faktor yang membuat para PSK tersebut \"terikat\" dengan wismanya. Tak ada pilihan lain untuk menurut, karena kalau melawan mereka pasti juga akan kalah. Apakah setelah Lebaran nanti juga akan kembali ke Dolly? Fani mengaku tidak tahu. “Kemungkinan besar kembali, apalagi kalau disuruh. Karena, saya mau bekerja apa lagi?” katanya. Sementara itu, pengamanan di lokalisasi Dolly-Jarak lebih longgar kemarin. Tak begitu banyak polisi yang berjaga atau patroli di sekitar lokalisasi itu. Polisi berseragam hanya terlihat berjaga di kantor kelurahan Putat Jaya dan Koramil Sawahan. Polisi memang masih terus memantau situasi yang berkembang. Tapi, mereka lebih mengedepankan langkah preventif atau pendekatan terlebih dahulu. Kapolrestabes Surabaya Kombespol Setija Junianta mengungkapkan langkah preventif itu memang lebih diutamakan. Hal itu juga sejalan dengan upaya pemkot untuk menutup secara bertahap. Mulai dari deklarasi penutupan, pemberian kompensasi berupa dana, baru setelah itu menindakan. “Kami preventif dulu. Ada peralihan psikologis di sana,” ujar dia saat ditemui di lokasi pemberian kompensasi di Koramil Sawahan. Dia menyebutkan bila proses pemberian ganti rugi itu telah selesai, tak menutup kemungkinan akan ada penegakan undang-undang perdagangan manusia. “Sekali lagi kami melihat situasi yang berkembang,” tegas Setija. Sementara itu, Polda Jatim belum berencana menarik pasukan meski deklarasi penutupan Dolly sudah selesai dilakukan. Korps Bhayangkara itu justru menyiapkan langkah tegas jika ada pun yang membuat kisruh di tempat tersebut. Kalau sampai memblokade jalan, akan dibuka paksa,” kata Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Awi Setiyono. Menurut dia, usai deklarasi polisi mengeluarkan imbauan agar semua warga baik yang pro maupun kontra, bersikap tertib. Menurut dia, imbauan itu tak diindahkan, maka akan ada maklumat Kapolda. Maklumat itu isinya, larangan, perintah, dan sanksi. Bukan hanya itu, polisi juga akan menggiatkan razia pengunjung lokalisasi dan melakukan penggeledahan secara ketat. Hal itu untuk mencari kemungkinan adanya tindak pidana human trafficking di dalam lokalisasi. “Kalau memang ada unsur pidananya, langsung diproses. Kalau persuasive terus, nanti tak ada efek jeranya,” terang Awi. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kemarin juga menyatakan akan menempuh jalur hukum bila masih ada yang nekat membuka praktik prostitusi di kawasan itu. Namun lima hari ke depan pihaknya akan memfokuskan pencairan kompensasi untuk PSK lebih dahulu. “Kalau masih ngeyel, ya hukum yang bicara. Polisi nanti akan turun tangan. Kami juga minta pelanggar trafficking ditindak tegas,” terang Risma di ruang kerjanya, kemarin. Dia mengatakan, memasuki puasa nanti, para petugas akan masuk mencopoti semua atribut-atribut yang terpasang yang menandakan permukiman tadi lokalisasi. Karenanya, kawasan itu akan segera bersih. Bila semua persoalan tersebut tuntas, pemkot akan memulihkan trauma yang d ihadapi anak-anak yang terdampak akibat praktik prostitusi. Banyak psikolog akan dilibatkan untuk pemulihan. Kepala Satpol PP Surabaya Irvan Widyanto mengungkapkan saat ini memang belum akan ada razia khusus di lokalisasi Dolly-Jarak. Razia untuk mencari para pelanggar perda nomor 7/1999 itu baru akan digencarkan usai Lebaran tahun ini. ”Kami selesaikan dulu proses pemberian dana stimulan untuk PSK dan mucikari terlebih dahulu,� ujarnya. Pada bulan Ramadan, semua pelatihan juga akan digeber lagi untuk para PSK dan mucikari. Jadi, pelatihan itu tak sebatas pra deklarasi penutupan. Tapi, pasca penutupan pelatihan untuk memudahkan pekerja lokalisasi bisa beralih profesi. (ano/shy/eko/jun/git/kim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: