Darurat Air Bersih di Samadikun

Darurat Air Bersih di Samadikun

DERITA TIADA AKHIR Air bersih bagi sebagian warga Samadikun merupakan barang langka, apalagi dalam kondisi musim kemarau seperti saat ini. Karena kesulitan mendapatkan air bersih, sebagian dari mereka pun akhirnya memanfaatkan air dari limbah CUDP. =============================== SEBAGIAN besar warga yang berada di wilayah yang jauh dari jalan raya, tak mendapatkan aliran air sama sekali. \"Di sini ada sekitar 10 orang yang pakai ledeng tapi mati total. Gak ada air PDAM sama sekali. Kalau pun ada, itu malam. Itu pun ngalirnya kadang-kadang,\" ujar Aman (48), warga RT 02 RW 11 Samadikun Utara, kemarin (14/9). Dikatakan, untuk keperluan mandi dan mencuci, warga menggunakan air limbah CUDP. Air limbah CUDP itu dialirakan melalui pipa ke dekat pemukiman warga dengan biaya swadaya masayarakat. Sementara untuk kebutuhan memasak dan minum, warga membeli air galon. \"Masih bersyukur ada air CUDP. Kalau nggak, kita nggak tahu dapat air dari mana. Ya sekarang minimal untuk keperluan mandi dan buang air masih bisa dari CUDP,\" sebutnya. Pantauan Radar, sebagain besar warga memang menggunakan air limbah CUDP. Mereka menampung air itu secara bergantian. \"Kalau air CUDP sih ada terus, tapi kalau lagi banyak yang ngisi air, kadang airnya kecil,\" tukasnya. Aman menjelaskan, dulu pernah ada satu rumah yang mengalir selama 24 jam. Hanya saja, kemudian setelah diketahui PDAM, aliran air itu berhenti. “Mungkin takut airnya dijualbelikan,\" katanya. Selain itu, PDAM juga pernah memberikan solusi dengan mengirimkan air bersih dengan tangki air. Namun itu hanya berlangsung beberapa kali saja. Kondisi berbeda dirasakan Pamu, warga RT 02 lainnya. Rumah Pamu yang lebih dekat ke jalan memang masih bisa mendapatkan air bersih melalui jaringan PDAM. Tapi itu tidak normal. Aliran air PDAM baru bisa mengalir ke rumahnya di malam hari sekitar pukul 23.00 sampai 00.00 dini hari. \"Kalau pagi, siang, dan sore tidak ngalir. Kita harus menampung air dulu di ember,\" katanya kepada Radar. Sementara warga RT 01 RW 11, mencoba memanfaatkan sumur bor dan sumur bekas yang berada di pinggir jalan Samadikun. Sumur itu sudah lama tidak dipakai. \"Kalau sumur bor itu bekas tempat pencucian motor, kita coba manfaatkan untuk kepentingan warga untuk mendapatak air bersih,\" kata Muhammad Hadi, salah satu warga RT 01. Aliran air PDAM ke wilayah RT 01 Samadikun Utara, kata Muhammad Hadi, sudah lama mati. Sehari-hari mereka menggunakan air limbah CUDP untuk mandi dan mencuci. Sementara untuk minum, warga membeli air galon. Ada juga yang sudah memiliki sumur sendiri. \"Ya mudah-mudahan bisa dimanfaatkan. Kami inginnya nanti kalau airnya bagus, bisa mendirikan penampungan air di area sini,\" ucapnya. Dikatakan lagi, pihaknya akan mencoba menggali lebih dalam lagi agar sumur bor bisa digunakan oleh warga. \"Sekarang baru bisa mengalir sedikit, mungkin kurang dalam. Ini baru 4 meter, kita coba untuk memperdalam sumur bor lagi. Kalau tetap gak bisa, maka alternatifnya bisa memanfaatkan sumur yang sudah tidak digunakan,\" ucap Muklas, warga lainnya. Selama ini, PDAM Kota Cirebon selalu berdalih masih terus memfokuskan diri dalam menjalankan program Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Kebijakan itu diyakini akan menjadi solusi utama dalam mengatasi persoalan ketersediaan air minum bagi pelanggan. Namun, program SPAM membutuhkan anggaran besar. Hingga saat ini, PDAM terus berupaya agar proyek besar tersebut terlaksana dengan baik. Secara bertahap, program SPAM dilakukan guna memenuhi kebutuhan 24 jam air mengalir lancar. Direktur Utama PDAM Kota Cirebon, Sopyan Satari SE MM mengatakan program SPAM merupakan salah satu langkah untuk memberikan kelancaran distribusi air bagi pelanggan. Saat ini, program itu sedang memasuki proses tahap akhir. Meskipun fokus mengerjakan SPAM, pihaknya tetap menjalankan secara reguler program pemasangan pipa Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan kegiatan non MBR lainnya. “Semua masih berjalan baik. Hanya saja, kesibukan ditambah dengan pengerjaan SPAM ini,” ujarnya kepada Radar, akhir pekan lalu. Pria yang akrab disapa Opang itu menegaskan, program SPAM tidak mengganggu pelayanan lain. Dikatakan Opang, perkembangan rencana pelaksanaan program SPAM mendapatkan dukungan penuh dari DPRD dan Pemerintah Kota Cirebon. Setelah mendapatkan persetujuan dari dewan untuk PDAM melanjutkan program penyediaan air minum tersebut, selanjutnya Opang dan direksi serta tim lainnya mempersiapkan rencana pengembangan bisnis di perusahaan air minum milik Pemkot Cirebon itu. Termasuk didalamnya, proposal pinjaman kepada pihak ketiga seperti perbankan. “Program SPAM membutuhkan anggaran sekitar Rp142 miliar,” terangnya. Secara bertahap, hal itu mulai terwujud. Selain itu, PDAM Kota Cirebon akan mengajukan ke Kementerian Keuangan untuk jaminan dan subsidi bunga pinjaman. Hal itu sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009. Jika program SPAM sudah berjalan, Opang yakin pelayanan untuk para pelanggan air minum akan optimal. Bahkan, target air mengalir 24 jam akan terwujud. Sebab, lanjutnya, program tersebut menyasar dua hal mendasar, yaitu pembangunan bak penampung raksasa di Plangon Kabupaten Cirebon, dan menambah pipa distribusi utama dari Plangon sampai Kalitanjung. Tahun 2014 ini, PDAM Kota Cirebon memiliki empat pilar program utama yang akan dijalankan dari tahun ini hingga 2018. Yaitu, penambahan pipa jaringan distribusi, revitalisasi SPAM, pembayaran rekening melalui bank dan reklasifikasi pelanggan. Keempat hal itu, lanjutnya, dijalankan secara berkelanjutan. Tujuan akhirnya, meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dan peningkatan kualitas kinerja PDAM. “Itu sudah menjadi komitmen bersama seluruh keluarga besar PDAM Kota Cirebon bersama Dewan Pengawas PDAM Kota Cirebon,” terang Opang. Seperti diketahui, kata Opang, air PDAM Kota Cirebon berasal dari Kabupaten Kuningan melalui Kabupaten Cirebon. Karena itu, pihaknya akan membangun bak penampung raksasa di wilayah Plangon. “Di Plangon sudah ada bak penampung milik kami. Tapi ukurannya belum dimaksimalkan. Ke depan, diharapkan reservoir raksasa dapat menampung hingga 10 ribu liter kubik. Itu cukup untuk mengalirkan air bagi pelanggan kami sepanjang 24 jam,” ujarnya. Jika air yang ditampung cukup, penyaluran ke pelanggan harus maksimal. Karena itu, penambahan pipa distribusi utama menjadi solusi. (jml/ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: