Ebola Renggut Nyawa Dokter PBB

Ebola Renggut Nyawa Dokter PBB

BERLIN - Ada satu lagi pasien ebola di luar Afrika Barat yang menemui ajal. Kemarin (14/10) St Georg Clinic di Kota Leipzig, Jerman, mengabarkan kematian dokter asal Sudan yang bekerja untuk PBB. Lelaki yang identitasnya masih dirahasiakan itu terinfeksi ebola saat bertugas di Liberia. St Georg Clinic mulai merawat sang dokter pekan lalu, tepatnya pada Kamis (9/10). Saat itu kondisi karyawan PBB yang berusia 56 tahun tersebut cukup parah. Dia pun langsung diisolasi. \"Pasien ebola tersebut meninggal pada Senin malam di St Georg Clinic,\" kata pihak rumah sakit dalam pernyataan resminya. Sebelumnya, Jerman merawat dua pasien ebola saat menjalankan tugas di Sierra Leone. Salah seorang di antaranya adalah pakar kesehatan asal Senegal. Setelah dirawat intensif di Kota Hamburg, pasien tersebut boleh pulang pada 4 Oktober. Sementara itu, seorang lainnya adalah dokter asal Uganda yang kini dirawat di Kota Frankfurt. Sejauh ini ebola telah menewaskan sekitar 4.000 orang. Sebagian besar di antaranya terjadi di Guyana, Sierra Leone, dan Liberia. \"Angka kematian rata-rata karena virus ebola telah meningkat 70 persen\" jelas Badan Kesehatan Dunia atau WHO. Salah satu badan PBB itu menyatakan bahwa sekitar 10.000 kasus ebola baru muncul tiap pekan selama dua bulan terakhir. \"Ini merupakan angka kematian tertinggi akibat satu penyakit,\" ungkap Bruce Aylward, wakil direktur jenderal WHO, dalam konferensi pers di Kota Jenewa, Swiss, kemarin. Dia lantas mengimbau masyarakat internasional untuk segera bergerak. Menurut dia, dunia harus merespons wabah ebola tersebut dalam waktu 60 hari.  Jika tidak, angka kematian akan melonjak. \"Akan ada lebih banyak orang yang mati karena ebola. Dunia juga harus menghadapi wabah yang jauh lebih besar,\" papar Aylward. Saat ini terdapat sekitar 8.914 kasus ebola yang terjadi di Afrika Barat. Sebagian besar kasus tersebut muncul di Kota Freetown, ibu kota Sierra Leone; Kota Conakry, ibu kota Guyana; dan Kota Monrovia, ibu kota Liberia. Menurut Aylward, WHO masih berusaha keras menelusuri jejak virus mematikan tersebut. Mulai mengisolasi pasien-pasien ebola dan mengarantina orang-orang yang pernah berinteraksi dengan para pasien. Sayangnya, fasilitas medis dan kondisi klinik serta rumah sakit di Afrika Barat tidak memadai. Karena itu, WHO terpaksa mengirim beberapa pasien yang kondisinya kritis ke Eropa atau Amerika. (AP/AFP/hep/c15/ami)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: