Wali Kota Kesal Pejabat Kasak-kusuk

Wali Kota Kesal Pejabat Kasak-kusuk

Ano Minta Sembilan Nama Yakin pada Kemampuan KEJAKSAN - Wali Kota Cirebon Drs H Ano Sutrisno MM mengaku kesal dengan cara sejumlah pejabat yang kasak-kusuk menjelang pelaksanaan mutasi. Menurutnya, manuver dan gerak-gerik yang dilakukan sembilan pejabat yang namanya dikirimkan ke Provinsi Jawa Barat, masuk dalam pengamatannya. Ano mengatakan, pejabat tidak perlu gelisah dan melakukan segala cara untuk mendapatkan promosi eselon dua. Jika memiliki kemampuan, kompetensi dan kinerja baik, dia meyakinkan pejabat seperti itu akan lolos promosi. Karena itu, wali kota 2013-2018 itu mengingatkan kepada sembilan pejabat calon promosi eselon dua, agar tidak melakukan tindakan atau sikap yang mengganggu kinerja sebagai PNS. “Tidak usah bermanuver. Itu kurang baik,” tegasnya kepada Radar, Kamis (16/10). Siapapun yang akan mendapatkan kesempatan promosi, lanjut Ano, harus  benar-benar menunjukan semangat dan kinerja saat sudah menduduki jabatan eselon dua nanti. Pasalnya, dengan aturan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN), kesempatan untuk promosi membutuhkan waktu lebih lama. Sementara, daftar panjang antrian sudah berlaku sejak beberapa tahun lalu. Karena itu, mantan sekda ini berpesan agar setiap pejabat menunjukan kualitas kerja, kompetensi dan berprilaku baik. Sebab, dalam aturan ASN penilaian dilakukan berdasarkan kinerja dan kompetensi pejabat tersebut. “Semua dinilai. Pemkot sudah mulai menerapkan sistem reward and punishment. Kalau kinerjanya baik, diberikan penghargaan. Kalau tidak baik atau melanggar aturan, diberikan sanksi,” terangnya. Terkait mutasi November mendatang, dalam menentukan para pejabat yang akan promosi, Ano menyerahkan kepada keputusan Provinsi Jawa Barat. Sebab, Pemkot Cirebon hanya mengusulkan nama dan memberikan alasan. Meskipun demikian, pihaknya memberikan catatan masukan dan alasan atas sembilan nama yang diajukan. Mengingat, pihak Provinsi Jawa Barat tidak mengenal secara detail capaian kinerja dari sembilan nama pejabat eselon tiga yang dikirimkan ke Bandung itu. “Saya kasih catatan dan masukan kepada Provinsi Jawa Barat. Nama ini begini, nama itu begitu. Semua dijelaskan secara detail,” tukasnya. Untuk promosi pejabat eselon tiga dan empat, Ano akan menentukan dalam waktu yang singkat. Karena nama-nama sudah didata dan diajukan untuk kemudian dipilih Ano sebagai pejabat promosi eselon tiga dan empat. Terpisah, pengamat kebijakan publik Afif Rivai MA menjelaskan, menjadi pemandangan umum saat akan terjadi mutasi, para pejabat bergerilya untuk mendapatkan kursi yang diincar. Bagi yang telah menduduki, berupaya mempertahankannya agar tidak terganti. Untuk itu, dalam setiap mutasi peran Baperjakat harus dimaksimalkan. Sebab, mutasi secara ideal dilakukan berdasarkan hasil kinerja, bukan faktor kedekatan atau lainnya. “Menjelang mutasi, mereka kerap bermanuver. Itu hal yang sering terjadi di daerah manapun. Biasanya saat menjelang mutasi jabatan digelar,” tukasnya. Jika cari perhatian itu dilakukan dengan cara elegan dan sportif, hal itu patut diapresiasi. Terkadang, antara satu dengan lainnya saling menjatuhkan. Untuk itu, kata alumnus Universitas Paramadina Jakarta ini, para pejabat yang ingin menduduki jabatan di atasnya, harus menunjukan kinerja nyata dan maksimal. Sebab, dari kinerja pimpinan akan dapat memberikan penilaian. “Sah-sah saja melaporkan hasil pekerjaan. Terpenting tidak saling menjatuhkan. Sepanjang masih dalam batas kewajaran dan sportif, persaingan memperebutkan kursi eselon dua, tiga maupun empat bagian dari dinamika mutasi jabatan,” ujarnya. (ysf)       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: