Angka Kematian Bayi Masih Tinggi
IMS Menjadi Salah Satu Penyebab INDRAMAYU - Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Indramayu ternyata masih cukup tinggi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, dr H Dedi Rohendi MARS mengungkapkan, angka kematian bayi di Kabupaten Indramayu per September 2014 mencapai 335. Menurutnya, angka itu tergolong tinggi. Salah satu penyebabnya, akibat infeksi menular seksual (IMS) yang diderita ibu hamil ketika mengandung bayi. “Tentu saja ini sangat memprihatinkan. Apalagi penyebabnya bukan hanya karena masalah kesehatan tapi juga sosial,” kata Dedi. Dedi menjelaskan, dari angka 335 itu, sebanyak 126 merupakan Intra Uterin Vetal Death (lahir mati). Selain itu, sebanyak 127 bayi meninggal saat berumur 0-6 hari setelah kelahiran. Dari 126 bayi lahir mati itu, salah satu penyebabnya akibat IMS yang diderita ibunya. Dia mengaku sangat prihatin karena infeksi tersebut timbul akibat perilaku menyimpang seksual. “Perilaku seperti itu bisa dilakukan oleh suami atau istri, namun kebanyakan mendominasi karena suami dengan tingginya angka Gonorhoe (GO),” tutur Dedi. Dedi menambahkan, berdasarkan pemeriksaan, IMS diderita para ibu hamil di berbagai daerah di Kabupaten Indramayu. Seperti misalnya di Desa Tanjakan Kecamatan Krangkeng. Dari 28 ibu hamil yang diperiksa, ternyata 18 ibu hamil polsitif menderita IMS. Selain itu, di Kecamatan Bongas, dari 350 ibu hamil yang diperiksa sebanyak 129 orang di antaranya positif menderita IMS. Selain karena IMS, tambah Dedi, kehamilan yang tak diinginkan juga turut mendorong terjadinya kematian bayi. Dia menyebutkan, kehamilan yang tak diinginkan juga kondisinya cukup tinggi. Dedi mencontohkan, data yang diambil selama periode Januari-Mei 2014 di dua puskesmas di Kecamatan Indramayu, kehamilan yang tak diinginkan mencapai 106 kehamilan. Menurutnya, kondisi tersebut memprihatinkan apalagi terjadi di wilayah perkotaan. “Berbagai temuan ini menarik dan tentunya harus ada penelitian yang mendalam untuk mengupas permasalahan ini,” ujarnya. Kabid P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Nafsiah, membenarkan kejadian IMS kemungkinan memiliki korelasi yang kuat dengan kejadian kematian bayi. Dia mencontohkan, di Kecamatan Bongas pada 2011 terdapat 23 kematian bayi dan pada 2012 terdapat 19 kematian bayi. Sedangkan pada Januari–Juni 2013, terdapat sepuluh kematian bayi. Setelah itu, pada Juli 2013, dari 325 ibu hamil yang diperiksa, ternyata ada 129 orang yang positif IMS. Dari 129 orang ibu hamil yang menderita IMS tersebut kemudian dilakukan pengobatan. Hasilnya, sepanjang Juli–Desember 2013, hanya ada satu kematian bayi. “Jadi bisa dilihat, saat IMS pada ibu hamil diobati, ternyata sepanjang Juli–Desember 2013 hanya ada satu kematian bayi. Sedangkan enam bulan sebelumnya (saat IMS belum diobati) ada sepuluh kematian bayi. Itupun karena drop out (DO) pengobatan sifilis,” terang Nafsiah. Dedi menambahkan, untuk mengatasi masalah tersebut, tak hanya bisa dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Menurutnya, masalah tersebut harus sama-sama diselesaikan secara lintas sektoral. Diantaranya Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) dan pihak terkait lainnya. (oet)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: