Harga Gabah Melambung, Petani Gigit Jari
HAURGEULIS – Dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), membuat harga gabah semakin melambung. Namun, hal itu tak bisa dinikmati para petani di wilayah Kabupaten Indramayu bagian barat (Inbar). Mereka justru gigit jari. Pasalnya, mayoritas para petani kecil sudah tidak memiliki simpanan gabah karena langsung dijual saat panen untuk memenuhi kebutuhan hidup. Imbasnya, mereka saat ini justru menderita karena tingginya harga gabah membuat harga beras di pasaran tinggi. “Beban petani semakin bertambah karena naiknya harga gabah berimbas pula semakin mahalnya harga beras. Jadi bukannya senang harga gabah naik, petani kecil malah gigit jari,” ujar Rusnadi (45) salah seorang petani di Desa Kertanegara, Kecamatan Haurgeulis kepada Radar, Jumat (21/11). Sejak BBM subsidi naik, harga gabah juga ikut bergerak naik rata-rata Rp500-600/kg. Misalnya harga GKP dari Rp5000/kg menjadi Rp5500-5600/kg. Demikian pula denga harga beras yang besaran kenaikannya hampir sama dengan harga gabah. Meski harganya cukup tinggi, Rusnadi yang juga pengepul gabah ini mengaku kesulitan mendapatkan gabah dari para petani. Sebab sebagian besar mereka sudah tidak memiliki stok gabah simpanan. “Kalau petani yang sudah mapan masih punya simpanan gabah. Jumlahnya banyak. Tapi mereka gak akan mau jual sekarang, tunggu sampai harganya naik lebih tinggi,” ungkap dia. Hal itu dibenarkan Sukri, pemilik penggilingan padi Sumber Sri Wanakaya. Dia memperkirakan, harga gabah pada akhir dan awal tahun nanti akan menyentuh Rp6000/kg. Selain karena berakhirnya musim panen, kenaikan gabah juga terjadi lantaran datangnya musim paceklik. “Pastinya, harga beras juga akan naik terus,” ucap dia. Sebagai pemilik huller, kenaikan harga beras dipicu karena biaya produksi dan transportasi ikut naik imbas dari tingginya harga BBM. Karena selama ini mesin penggiling padi miliknya masih menggunakan BBM, demikian pula dengan kendaraan transportasi. (kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: