Kumpul Bareng Sambil Jajakan Karya Seni di Bilik Bambu

Kumpul Bareng Sambil Jajakan Karya Seni di Bilik Bambu

Melihat dari Dekat Komunitas Seni “Terus Semi Art”  Komunitas seni “Terus Semi Art” yang terletak di Jalan H Abbas Desa Weru Lor, Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon tetap eksis. Meski “kantornya” hanya bilik bambu kecil yang terletak di pinggir jalan raya.  SARIP SYAMSUDIN, Weru   Muhammad Esa (38) selaku ketua komunitas seni mengatakan bahwa ia dan rekan-rekan sesama seniman berinisiatif untuk tetap eksis berkarya walaupun di tempat yang penuh dengan keterbatasan. Masalah tempat, memang menjadi kendala bagi mereka, namun tidak berarti hal itu menyurutkan niat dan semangat para seniman tersebut terus berkumpul, berkreasi bersama. “Walaupun bertempat ala kadarnya namun hal ini sudah sangat berarti bagi kami untuk bisa bersatu, bersama, berkumpul demi kemajuan seni di Cirebon,” katanya kepada Radar, Kamis (27/11). Esa menambahkan, saat ini tercatat sekitar 15 seniman dari berbagai bidang keahlian masing-masing. Ada yang ahli dibidang grafis, cat lukis kain kanvas, seni pahat, seni tari, seni ukir di kayu, seni lukisan kaca dan lain-lain. Semuanya terbagi dalam lima lapak yang terbuat dari bilik bambu. Di dalam lapak-lapak tersebut, banyak dipajang hasil kreasi dari para seniman seperti lukisan kaca, sablon kaus dengan gambar wayang, patung, lukisan kanvas dan yang lainnya. Semua karya yang dipajang di tempat tersebut dijual kepada siapa saja yang berminat membelinya. Untuk lukisan berukuran sekitar 160 x 70 cm yang terbuat dari kain kanvas beserta bingkai kayunya dan bergambar seorang penari topeng dijual Rp2 juta. Sementara untuk lukisan kaca bergambar kereta Singa Barong dengan ukuran 90 x 60 cm berbingkai kayu dijual Rp1,5 juta. “Itu adalah murni kerajinan tangan dan bernilai artistik yang sangat tinggi,” ungkapnya. Salah satu anggota komunitas tersebut, Agung (38) merasa ternaungi dengan adanya perkumpulan tersebut. Ide itu bermula ketika pada tahun kemarin terdapat pertemuan para seniman di suatu acara di Talaga Remis. Setelah para seniman datang dan berbincang di sana, mereka memiliki satu kesepahaman pandangan bahwa mereka membutuhkan tempat sebagai sarana bertemu, berkumpul dan berkreasi. “Maka terbentuklah komunitas seni Terus Semi Art. Nama dari Terus Semi itu diambil dari kata-kata Terus dan Semi. Terus berarti langgeng atau terus menerus, sedangkan semi artinya bersemi atau bangkit dari keterpurukan,” jelas seniman seni ukir dan musik keroncong ini. Agung berharap agar para seniman dapat difasilitasi oleh pemerintah setempat untuk dapat leluasa berkreasi menciptakan dan melanggengkan seni. “Seni itu harus dijaga dan dikembangkan selama-lamanya,” tuturnya. (*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: