Peternak Ayam Bingung Harga Anjlok
KANDANGHAUR – Kenaikan harga BBM bersubsidi ternyata tidak membuat harga ayam broiler hidup terkerek naik. Tapi sebaliknya, dalam sepekan terakhir harganya mengalami penurunan cukup drastis dari Rp17 ribu/kg menjadi Rp11.500 per kilogram. “Kami para peternak ayam broiler dibuat kelimpungan,” kata Abah Acong, peternak ayam broiler di Desa Karangmulya Kecamatan Kandanghaur kepada Radar, Jumat (28/11). Diungkapkannya, saat ini situasi bisnis unggas memang sedang mengalami masa memprihatinkan. Sebab, bersamaan dengan naiknya harga BBM, keseimbangan harga ayam hidup sulit dicapai. Harganya justru menurun sehingga membuat para peternak menjerit karena banyak menderita kerugian. Sementara di sisi lain harga pakan, bibit ayam (day old chick/DOC), dan obat-obatan terus melambung. “Harga pakan dulu Rp6.000 sekarang naik menjadi Rp6.300 sekilo. Bibit ayam juga begitu dari Rp1.900 naik menjadi Rp2.500 per ekor. Harga sekam atau dedak kasar ikut meroket dari Rp1.500 menjadi Rp4.000 sekarung akibat naiknya biaya transportasi,” sebut Abah Acong. Dengan membengkaknya biaya produksi, modal yang dikeluarkan para peternak semakin besar. Dari perhitungannya, mulai anakan sampai siap jual per satu ekor ayam rata-rata membutuhkan modal Rp13,5 ribu. Tetapi, dengan jatuhnya harga ayam hidup hingga Rp11.500 seekor, mereka tidak bisa balik modal malah justru merugi hingga puluhan juta rupiah. “Panen kemarin saya rugi hampir Rp50 juta. Saya juga heran kenapa harganya bisa jatuh begini. Padahal stok ayam habis terus yang berarti konsumsi daging ayam tinggi,” ujarnya. Budi, peternak ayam broiler lainnya menduga terjadinya oversuplay atau kelebihan pasokan dimungkinkan sebagai penyebab utama jatuhnya harga jual di pasar. Apalagi naik-turunnya harga ayam broiler dikendalikan oleh mekanisme pasar. (kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: