Peringatan Hari Jadi Keraton Tirta Mulia Semarak

Peringatan Hari Jadi Keraton Tirta Mulia Semarak

PATROL – Memperingati hari jadi Keraton Tirta Mulia yang pertama, Paguyuban Wong Agung menggelar beragam kegiatan, Minggu (30/11). Diantaranya pementasan wayang kulit semalam suntuk, syukuran sedekah bumi dan tasyakuran. Seluruh kegiatan yang ikut dihadiri ratusan anggota paguyuban tersebut, dipusatkan di halaman serta aula Keraton Tirta Mulia di Jalan Diponegoro, Blok Bunder, Desa Patrol, Kecamatan Patrol. Ketua Paguyuban Wong Agung, Sumarto didampingi Jaya menjelaskan, seluruh rangkaian kegiatan merupakan bentuk rasa syukur telah tuntasnya pembangunan Keraton Tirta Mulya yang dirintis sejak 30 November 2013. “Keberadaan Keraton Tirta Mulya ini berbeda dengan kera­ton pada umumnya. Na­mun sebagai wadah silatu­rahmi, kumpul-kumpul ba­reng keluarga dan sahabat, tem­pat bermusyawarah, tukar pen­dapat serta tukar pikir untuk menyelesaikan berbagai masalah sekaligus tempat ngopi bareng. Jadi tidak ada maksud yang lain apalagi yang menjurus pada arah negatif,” terang Jaya. Menurut sejarah local, Tirta Mulya berasal dari nama sebuah sumur yang dikeramatkan seke­lompok masyarakat. Lantaran bentuknya bunder atau bulat pe­nampangnya, maka sumur tersebut dikenal dengan Sumur Bunder. Dikeramatkan karena meski­pun musim kemarau, air dalam sumur itu tidak pernah kering dan jernih. Bahkan sampai saat ini, masyarakat setempat memanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari dengan cara memasang bor di sekitar Sumur Bunder untuk disalurkan ke rumah penduduk. Membawa manfaat banyak bagi masyarakat sekitar, pada sekitar tahun 1960-an, oleh salah satu warga bernama Tijar, keberadaan Sumur Bunder dibenahi dan dirawat. Saking terkenalnya, kawasan Sumur Bunder lantas dikenal sebagai Blok Bunder hingga sekarang. Dalam perjalanannya, ke­be­radaan sumur kerap disa­lah tafsirkan. Inilah yang mela­tarbelakangi keturunan Tijar untuk membangun keraton Tirta Mulia. Selain sebagai peng­hormatan kepada pendahulu, juga mencegah hal-hal yang negatif. “Justru melalui Paguyuban Wong Agung ini, yang tadinya negatif itu diluruskan sesuai ajaran Islam. Tidak ada lagi istilah sakral atau keramat. Lokasi sumurnya pun kita tutup jangan sampai menjadi tempat yang disalahgunakan,” kata Jaya. Pihaknya bersyukur, niat baik dari paguyuban diapresiasi banyak pihak. Bahkan kini, anggotanya sudah mencapai 300 orang dan berasal dari berbagai daerah. Seperti Subang, Karawang, Cirebon, Kuningan, Tasikmalaya, dan Garut. Mereka rutin mengunjungi Keraton Tirta Mulia yang tempatnya teduh, nyaman dan asri untuk bersilaturahmi dan dalam momen-momen tertentu mengadakan kegiatan yang bersifat melestarikan kebudayaan lokal. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: