Harga BBM Bersubsidi Bakal Turun di 2015
Jika Subsidi Tetap Segera Diterapkan, Premium Bisa Rp8.300/Liter JAKARTA - Rencana pemerintah untuk menerapkan fixed subsidy atau subsidi tetap pada BBM mulai 2015 bakal membuat harga premium dan solar cenderung turun. Sebab, dengan tren harga minyak dunia yang landai, harga BBM bersubsidi saat ini bisa bakal terus terpangkas. Lead Economist World Bank Indonesia Ndiame Diop mengatakan, selain mengurangi ketidakpastian fiskal, upaya mengunci subsidi BBM dalam level tertentu bisa meringankan masyarakat. Sebab, skema fixed subsidy dapat mengakomodasi kondisi penurunan harga minyak dunia. ”Saat ini harga minyak sudah turun lebih dari 30 persen. Jika terus turun, kami lihat akan ada penurunan pada harga BBM di Indonesia. Yang jelas harga minyak tahun depan diperkirakan lebih rendah dari tahun ini,” ujarnya dalam pemaparan Indonesia Economic Quarterly di Jakarta kemarin (8/12). Merujuk data Bloomberg, harga minyak mentah WTI (acuan Amerika Serikat) kemarin anjlok 1,02 persen ke level USD 65,17 per barel untuk kontrak Januari 2015. Dalam periode kontrak yang sama, minyak mentah Brent (acuan Eropa) turun 1,40 persen pada posisi USD 68,10 per barel. Harga minyak dunia saat ini terus melandai. Hal itu dipicu meningkatnya suplai minyak pada negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Penemuan cadangan energi baru, yakni shale oil dan shale gas (migas yang terdapat di lapisan bebatuan) di AS, membuat perang harga energi tidak terelakkan. Negara-negara OPEC enggan mengurangi pasokan minyak agar harga minyak terus murah serta shale oil dan shale gas AS tidak kompetitif. Ndiame menegaskan, dengan penurunan harga minyak, gap antara harga yang dipatok sekarang dengan harga keekonomiannya akan semakin dekat. Tidak pelak, penghematan terhadap anggaran negara pun semakin besar. ”Harga minyak akan membuat penyesuaian terhadap margin hingga biaya lainnya sesuai dengan harga pasar. Dari situ akan tampak implikasi terhadap penghematan fiskalnya,” ujarnya. Managing Director Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan, idealnya subsidi BBM memang dikunci. Apalagi, di sebagian negara seperti Malaysia sudah sepenuhnya menghapuskan subsidi BBM. ”Ini (subsidi tetap) harus negosiasi dengan DPR. Tapi idealnya memang subsidi dikunci,” tuturnya. Dengan subsidi tetap, menurut Fauzi, akan membawa keuntungan bagi Indonesia sebagai net importer minyak. Sebab, harga minyak dunia saat ini terus turun. Dengan demikian, harga BBM bersubsidi diperkirakan juga bisa lebih rendah dari harga yang dipatok saat ini. Dengan asumsi harga minyak global stabil di level USD 65 - USD 67 per barel, dan subsidi tetap Rp 1.000 per liter, maka harga premium bersubsidi bisa turun ke posisi Rp 8.300 per liter. ”Tingkat keekonomian RON 88 (premium) sekarang Rp 9.300 per liter. Jadi kalau subsidi tetap Rp 1.000 per liter, maka RON 88 bisa Rp8.300 per liter,” ungkapnya. Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjnegoro mengatakan, pemerintah memastikan menggunakan system fixed subsidy atau subsidi tetap untuk BBM pada 2015. Di samping bisa melonggarkan ruang fiskal, subsidi tetap bakal menyelaraskan harga BBM bersubsidi dengan harga minyak dunia yang kini dalam tren penurunan. ”Nanti (harga BBM) mencerminkan pergeseran harga di internasional. Tahun depan kita terapkan,” ungkapnya. Bambang menerangkan, anggaran subsidi energi pada tahun depan juga bakal jauh berkurang apabila menggunakan subsidi tetap. Pada APBN 2015, subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM), BBN, LPG, dan LGV dipatok Rp 276,01 triliun. Sebaliknya, dengan subsidi tetap, penurunan subsidi bahan bakar bisa mencapai 50 persen. ”Pokoknya, (subsidi BBM) turunnya jauh, di bawah Rp 140 triliun,” terangnya. Dengan demikian, penghematan oleh pemerintah bisa mencapai Rp 136 triliun. Terpisah, usai mengumumkan tiga direktur baru, Dirut PT Pertamina Dwi Soetjipto menyatakan dukungannya terhadap rencana penerapan subsidi tetap BBM. (gal/sof/dim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: