Banjir Bandung, Ribuan Warga Mengungsi

Banjir Bandung, Ribuan Warga Mengungsi

JAKARTA - Bencana banjir terjadi menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia. Setelah sebelumnya Surabaya ditenggelamkan, kini giliran Bandung yang harus mengalami nasib sama. Akibatnya, ribuan warga harus mengungsi. Dari laporan yang diterima Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir terjadi di wilayah Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, Bojongsoang, Banjaran, Cicalengka, dan Ketapang. Dengan ketinggian air mencapai 50 cm hingga 2,5 meter. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, banjir terjadi karena hujan lebat yang terjadi sejak Kamis (18/12) lalu. Derasnya air yang mengguyur, membuat debit air naik dan tidak mampu dibendung oleh Sungai Citarum. Imbasnya, ribuan warga harus diungsikan. Dari pendataan sementara, di Kecamatan Dayeuhkolot, tercatat 473 unit rumah warga yang terendam banjir yang dihuni sekitar 1.316 jiwa. Di Kecamatan Baleendah sebanyak 758 unit yang dihuni sekitar 2.179 jiwa dan Kecamatan Bojong Soang sebanyak 400 unit yang dihuni sekitar 1.151 jiwa. Sementara kecamatan lainnya masih dalam proses perhitungan. “Kerugian materil juga masih dalam pendataan. BPBD setempat sudah melakukan pendataan dan dropping logistik,” ujarnya. Atas banjir yang terus berulang ini, Sutopo mengakui jika perbaikan telah dilakukan, na­mun tidak menyeluruh. Hal ini dika­renakan kurangnya dana yang dialokasikan tidak dapat dipenuhi oleh peme­rintah. sehingga saat musim hujan datang, banjir masih menghampiri. “Tahun 2010 lalu kita sudah alokasikan dana Rp3 triliun untuk perbaikan struk­tural dan non-struktural. Namun sayangnya tidak keluar. Jadi pena­nganan pun tidak bisa dilaku­kan dengan massif,” ungkapnya. Melihat kondisi ini, Sutopo memprediksi, banjir masih akan terus terjadi. Terlebih, kondisi tata ruang daerah yang tidak sesuai dengan aturan. Selain itu, kerusakan daerah aliran sungai (DAS) Citarum yang tak segera kunjung diper­baiki. “Kementerian Pekerjaan Umum sudah memiliki master plan-nya. Lengkap. Itu yang kita minta untuk segera direalisasikan,” tegasnya. Selain itu, Sutopo pun me­min­ta agar penertiban tata ruang bisa tegas. Pihak Peme­rintah Daerah (Pemda) harus mem­berikan sanksi bagi mereka yang menyalahi aturan tata ruang yang sesuai dengan aturan. Sementara itu, kejadian bencana diperkirakan akan terus terjadi di Indonesia. BNPS memperkirakan puncaknya pada bulan Januari 2015. Sebab, lebih dari 90 persen bencana Indonesia adalah bencana hidro­meteorologi. Yakni, berko­relasi positif dengan pola curah hujan. Seperti banjir, longsor, puting beliung, kekeringan, cuaca ekstrem, dan kebakaran hutan lahan. “Sedangkan hujan puncaknya pada Januari. Sehingga pada bulan ini banyak banjir, long­sor dan puting beliung,” urainya. Sutopo menuturkan, benca­na hidrometeorologi ini tidak terjadi tiba-tiba. Namun, aku­mulasi dan interaksi dari berbagai faktor. Seperti faktor sosial, ekonomi, degradasi ling­ku­ngan, urbanisasi, kemiskinan, dan tata ruang. Misal, banjir yang saat ini menggenangi beberapa wilayah di Indonesia. Sutopo menyebut, pertamabahan penduduk turut berpengaruh pada bencana ini. sebab, hampir seluruh warga tinggal di daerah rawan bencana. “Seperti banjir di daerah Dayeuhkolot, Baleendah dan lainnya di Bandung Selatan. Banjir serupa pernah terjadi sejak tahun 1931 karena wilayah tersebut adalah Cekungan Bandung yang seperti mangkok di DAS Citarum. Hal yang sama juga terjadi di banjir Bojonegoro, Tuban, Gresik, Cilacap dan sebagainya yang saat ini banjir,” jelasnya. Sejatinya, lanjut dia, bencana banjir dan longsor dapat diminimalisir resikonya. Pasalnya, kapan, di mana dan apa yang harus dilakukan telah diketahui bersama. “Dengan syarat itu tadi, aturan benar-benar dijalankan. Semuanya patuh,” tandasnya. Sementara itu Menteri Penda­ya­gunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Yuddy Chrisnandi kemarin mengunjungi lokasi banjir di Kecamatan Baleendah, Kabu­paten Bandung. Menteri kelahiran Bandung itu didam­pingi Gubernur Jawa Barat Ah­mad Heryawan dan Wakil Bupati Bandung Deden Rumaji. “Kedatangan saya ini diutus langsung oleh Pak Presiden dan Pak Wapres menyampaikan keprihatinan dan empati dari pemerintah,” kata Yuddy. Selain meninjau titik banjir, Yuddy kemarin membagikan bantuan berupa bahan makanan, selimut, dan kain sarung kepada korban bencana banjir yang ada di tempat pengungsian. Menteri yang juga kader Partai Hanura itu menuturkan, perlu ada koordinasi lintas lembaga untuk mengatasi banjir hebat di Bandung ini. Seperti dari Pemprov Jawa Barat, Pemkab Bandung, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Setelah mengunjungi korban banjir, Yuddy mengunjungi Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. Dia meminta BBWS yang ada di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rak­yat untuk melakukan peren­canaan kawasan sungai Cita­rum. Informasi dari Pemkab Bandung, program itu mem­butuhkan anggaran sekitar Rp 150 miliar. Anggaran itu diantaranya dipakai untuk pembe­basan lahan seluas 5 hektar guna membuat waduk penam­pung luapan air sungai Citarum. Pada bagian lain, Anggota DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi menyayangkan banjir yang merendam tiga kecamatan di kabupaten Bandung. Usai turun ke lokasi banjir, Dede mengatakan banjir yang menimpa kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang itu disebabkan beberapa permasalahan. Yakni sampah kiriman dari kota Bandung, pembangunan sungai citarum yang belum selesai dan kurangnya waduk dan embung untuk menyimpan air. (mia/wan/aph)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: