Perintahkan Distanbunakhut Respons Kelangkaan Pupuk
KARANGSEMBUNG- Bupati Cirebon, Drs H Sunjaya Purwadisastra MM mengakui, Kabupaten Cirebon sering mengalami kelangkaan pupuk. Pihaknya pun sudah memerintahkan Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan untuk melakukan tindakan. “Saya juga dapat laporan dari dinas tentang adanya kelangkaan pupuk. Kepala dinas sudah melakukan komunikasi dengan pihak Pupuk Kujang. Nah hasilnya belum dilaporkan ke saya, tapi mudah-mudahan bisa diselesaikan. Itu memang sering terjadi seperti itu,” ujar Sunjaya, kepada Radar, Rabu (30/12). Di tempat terpisah, Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian, Ir Adi Yuliyanto mengatakan, pihaknya sudah melakukan berbagai macam langkah terkait dengan kelangkaan pupuk di Kabupaten Cirebon. “Kita sudah lakukan berbagai langkah terkait dengan kelangkaan pupuk. Termasuk kita sudah lakukan komunikasi dengan Petrokimia. Selain itu juga kita sudah melakukan peninjauan langsung ke lapangan,” ujar Adi. Adi mengklaim, tidak semua daerah di Kabupaten Cirebon mengalami kelangkaan pupuk. Kelangkaan ini hanya terjadi di beberapa daerah saja. Kondisi ini diperkirakan disebabkan pasokan pupuk di akhir bulan Desember sedikit berkurang. “Ppasokan pupuk berkurang tidak seperti biasanya. Karena sekarang ini para petani jarang yang melakukan penanaman, sehingga penggunaan pupuk juga berkurang. Karena kalau dikasih pasokan jumlah besar, itu penjual pupuk juga bingung. Tapi ternyata, petani malah memulai musim tanam,” bebernya. Adanya kelangkaan pupuk, menurut Adi, karena banyaknya petani khususnya petani pangan yang menyimpan stok pupuk di rumahnya. Kelangkaan pupuk ini menjadi pelajaran tersendiri. Sebab, petani masih kurang tertib terhadap perencanaan. Ada ketentuan, bawa para petani khususnya pangan, k harus punya RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok). Dengan adanya perencanaan ini, kelangkaan dapat diatasi. Menurut Adi yang lebih sengsara yaitu petani holtikultura yang saat ini memang mengalami kekurangan pupuk bersubsidi. “Menurut saya sekarang yang prihatin itu petani holtikul atau petani bawang. Karena saat ini mereka beli pupuknya secara kecil-kecilan. Petani bawang itukan nomaden. Dia rumahnya di Gebang, tapi mengelola sawahnya itu di Asjap. Tidak seperti dengan petani padi nanam dan rumahnya ya di Desa yang sama. Petani bawang itu tidak punya RDKK,” paparnya. (den)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: