Warga Tak Tahu Harga Bensin Bakal Naik Turun

Warga Tak Tahu Harga Bensin Bakal Naik Turun

Harga bahan bakar minyak (BBM) turun per 1 Januari 2015. Untuk premium di angka Rp7.600, solar Rp7.250, sementara pertamax menjadi Rp9.600 dan pertamax plus Rp10.750. Harga ini kecuali solar yang masih bersubsidi, berlaku fluktuatif alias mengikuti harga minyak dunia. Bagiamana tanggapan masyarakat dan dampak penurunan BBM pada sektor kebutuhan pokok? Tidak banyak masyarakat yang mengetahui jika harga BBM fluktuatif atau mengikuti harga minyak dunia. Berdasarkan data yang dihimpun Radar, setiap awal bulannya, pemerintah pusat akan menetapkan harga dasar bahan bakar minyak. Salah seorang pengendara motor, Doddy R (19), sempat kaget lantaran premium turun harga menjadi Rp7.600. Dirinya tidak mengetahui jika di awal tahun 2015 akan ada penurunan harga premium. “Ternyata sudah Rp7.600. Baguslah kalau begitu. Agak ringan lagi pengeluaran untuk transpornya,” tutur pelajar salah satu SMK itu. Doddy pun tidak mengetahui jika harga premium tersebut akan berbeda setiap bulannya. “Memangnya nanti beda? Wah saya enggak tahu kalau itu. Saya harap sih kalau bisa terus turun. Jangan naik lagi,” lanjutnya. Pengguna motor lainnya, Kurniawan juga belum mengetahui jika harga bensin akan berlaku naik turun. Kurniawan memang sudah mengetahui premium akan turun di awal tahun 2015. Namun dirinya sempat kaget jika premium berlaku naik-turun mengikuti harga minyak dunia. “Wah kalau kayak gitu, pas lagi naik, harganya naik banget. Kalau turun kayak sekarang memang enak, jadinya lumayan murah, tapi kalau naik lagi bahkan sampai Rp9 ribu, ya memberatkan,” tukasnya. Asissten Manager External Relation Marketing Operation (Unit Pemasaran) Region III PT Pertamina (Persero) Milla Suciyani saat dikonfirmasi mengatakan, penurunan harga premium dari Rp8.500 menjadi Rp7.600 merupakan kebijakan pemerintah pusat. Sebagai distributor, Pertamina pun hanya mengikuti kebijakan dari pusat. “Sementara kalau pertamax, memang selama ini ada penyesuaian harga setiap dua minggu,” ujarnya melalui pesan singkatnya. Untuk diketahui, pemerintah pusat mengumumkan pencabutan subsidi untuk BBM jenis premium. Tanpa subsidi, maka premium dijual dengan harga sebesar Rp7.600 per liter yang merujuk pada harga minyak mentah yang saat ini berada pada kisaran US$ 50-60 per barel dan nilai tukar yang berada pada posisi Rp12.300 per US dollar. BBM jenis pertamax juga mengalami penurunan dari Rp9.950 menjadi Rp9.600, pertamax Plus Rp11.100 menjadi Rp10.750. Sementara harga jual BBM saat ini yang mendapat subsidi pemerintah hanya jenis solar. Saat ini solar juga mengalami penurunan meski hanya Rp250 dari harga sebelumnya Rp7.500 menjadi Rp7.250. Harga baru ini mulai berlaku sejak pukul 00.00 tanggal 1 Januari 2015. Harga bahan bakar minyak jenis premium memang sudah turun per 1 Januari 2015. Namun penurunan harga tersebut belum memengaruhi harga-harga kebutuhan pokok di pasar. Pantauan Radar di Pasar Sumber kemarin (1/12), harga-harga kebutuhan pokok seperti cabai, tomat, hingga beras masih stabil atau tidak mengalami penurunan. Bahkan untuk komoditas cabai merah masih tetap gagah di angka Rp60 ribu per kilo. Salah seorang pedagang sembako di Pasar Sumber, Hj Yati mengatakan, dampak penurunan harga BBM belum memengaruhi harga-harga sembako yang dijualnya. “Turunnya baru semalam, jadi sekarang masih stabil. Belum ada pengaruhnya,” tuturnya. Untuk cabai rawit, lanjut Yati, dibanderol Rp25 ribu per kilo. Sementara cabai hijau seharga Rp15 ribu dan tomat Rp10 ribu per kilonya. “Hanya tidak tahu nanti. Mungkin saja bisa turun. Kan kalau BBM-nya turun, berarti ongkos transpornya juga jadi turun,” lanjutnya. Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Cirebon H M Sofyan SH MH mengatakan, penurunan bahan bakar minyak ini diakuinya akan selalu berhubungan dengan harga kebutuhan pokok masyarakat (pokmas). Khusus untuk saat ini, bisa saja harga-harga di pasar masih menggunakan stok lama. Artinya, penghitungan harga masih juga mempertimbangkan harga BBM yang masih Rp8.500. Sehingga bisa saja, setelah stok lama di pasaran habis, harga kebutuhan pokok masyarakat bisa ikut menurun. “Kita lihat saja perkembangan pasar seperti apa. Karena sangat dimungkinkan pokmas ini turun setelah stok yang ada habis. Karena penurunan atau kenaikan harga pun tidak bisa seketika,” tukasnya. Untuk bahan pemantauan harga sendiri, Sofyan mengaku akan menunggu laporan dari delapan pasar yang ada di wilayah Kabupaten Cirebon. Nantinya akan diketahui perkembangan harga yang ada di pasaran. “Standardisasi harga kita lihat dari harga di delapan pasar yang ada,” tukasnya. (ida ayu komang)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: