Membela IAIN Cirebon

Membela IAIN Cirebon

Oleh : Mamang M. Haerudin IAIN Syekh Nurjati Cirebon (selanjutnya IAIN Cirebon) menjadi lembaga pendidikan (perguruan tinggi) yang sedang marak dibicarakan. Puncaknya karena pimpinan kampus, sang rektor Prof Dr H Maksum Mukhtar diduga terlibat dalam korupsi pengadaan tanah senilai Rp8,6 miliar. Alih-alih tuntas segala masalah, IAIN Cirebon kembali diterjang ujian bahwa katanya, pemilihan rektor baru oleh senat tidak prosedural dan masalah-masalah lainnya. Sebagai salah seorang alumni kampus ini, tentu saja saya menanggung beban moral. Karena bagaimana pun kampus ini banyak menjadi tumpuan masa depan masyarakat. Kampus yang digadang-gadang dapat membawa perubahan baik tentang masa depan pendidikan dan Islam di Cirebon. Saya tidak ingin terjerumus pada sumpah serapah yang tidak berarti. Turut menyumpah serapah kampus Islam ini. Saya juga tidak bermaksud berburuk sangka, karena memang tiada berguna. Saya menulis ini sebagai orang yang merasa memiliki bahwa IAIN Cirebon adalah kampus kita bersama, bukan milik rektor atau lainnya, maka dari itu harus kita bela dan jaga. PROPORSIONAL Apapun kasus korupsi memang harus diungkap. Siapapun pelakunya, tak pandang bulu harus ditangkap. Karena korupsi adalah kejahatan yang sangat berat. Namun demikian, kita tidak boleh kehilangan sikap proporsional. Bersikap sewenang-wenang, apalagi sampai memanfaatkan keadaan yang genting ini hanya untuk kepuasaan sebagian kelompok atau pribadi. Kalau ini sampai terjadi tentu sangat disayangkan. Bahwa banyak terjadi kemungkinan, mengapa kemudian rektor sampai terbukti menjadi tersangka dan ditahan. Kemungkinan-kemungkinan itu bisa terjadi salah satu di antaranya karena ada motif (maaf) balas dendam lawan politik. Bukan rahasia umum lagi, bahwa iklim politik di perguruan tinggi, persaingan menduduki jabatan menjadi isu yang selalu seksi dan banyak diperebutkan. Maka dari itu, mari kita membuka mata, bersikaplah arif dan proporsional, bahwa kasus korupsi di banyak sektor kehidupan memang semakin menggila di negeri ini. Kepada para penegak hukum agar bekerja dengan hati nurani dan sejurus prosedur yang berlaku. Para penegak hukum harus kebal dari tekanan para pihak yang berkepentingan, menunaikan tugas karena niat suci untuk mengabdi kepada negeri, dan tidak tendensius. Kepada pihak internal kampus, juga untuk tidak terbawa arus, kondusivitas kampus harus terjaga. Kepada media, pun harus objektif terbebas dari tunggangan-tunggangan atau pesanan-pesanan oknum. Tak kalah penting kepada masyarakat, untuk melihat kasus ini secara jernih bahwa kasus korupsi itu bisa terjadi di mana saja dan oleh siapa saja. Ia dilakukan oleh individu, sementara IAIN Cirebon adalah lembaga. Oleh karena itu, keberadaan IAIN Cirebon harus tetap kita jaga. MENGHIDUPKAN TRADISI AKADEMIK Saya meyakini (potensi) kasus korupsi akan mudah terjadi di mana-mana, termasuk di berbagai lembaga pendidikan. Hanya saja persoalannya belum terendus aparat penegak hukum. Waktulah yang akan menjawabnya. Kasus korupsi ini memang mengakar kuat sampai ke lapisan bawah. Ini tidak lain sebagai akibat dari mental para pemangku kekuasaan di atas, yang juga begitu korup. Sulit memang untuk segera melenyapkan korupsi dari negeri ini. Korupsi seperti sudah membudaya dan sistemik. Maka dari itu kita sekalian harus kompak untuk menjaga lembaga pendidikan dan menjaga negeri ini dari jeratan ganas korupsi. Mulai dari diri sendiri, kepada keluarga, saudara, dan di mana pun kita berada. Dalam konteks pendidikan, korupsi hanya bisa ditumpas salah satunya dengan cara menghidupkan kembali tradisi akademik. Salah satu faktor utama yang bisa menghancurkan keberadaan sebuah lembaga pendidikan (perguruan tinggi) adalah ketika hilangnya tradisi akademik. Ketika tradisi membaca, menulis, dan kajian ilmiah menjadi aktivitas yang tidak diminati lagi. Maka dari itu, sepenuhnya saya meyakini jika kita ingin melenyapkan korupsi dan memajukan perguruan tinggi, hidupkanlah kembali tradisi akademik yang telah lama mati. Korupsi bisa terjadi karena civitas akademikanya jauh dari tradisi akademik. Mereka sibuk bukan dengan memikirkan perdebatan, diskusi, dan kajian-kajian ilmiah, melainkan sibuk dengan lawan politik untuk kemudian bagaimana caranya duduk di pucuk pimpinan. Terkhusus untuk IAIN Cirebon, saya tahu betul, tradisi akademik di kampus ini masih lemah. Para pimpinan, dosen, dan mahasiswa yang belum sadar betapa pentingnya menghidupkan tradisi akademik. Ini terbukti jika keberadaan perpustakaan, geliat budaya membaca, menulis, dan kajian ilmiah masih belum membudaya. Sudah lama saya mendambakan sebuah atmosfer kampus di mana di dalamnya antara pimpinan, dosen, dan mahasiswa bersama-sama bergeliat dalam aktivitas-aktivitas akademik; membaca, menulis, dan kajian ilmiah. Karena hanya dengan tradisi akademiklah, IAIN Cirebon akan maju. Tentu saja tradisi akademik yang tidak kehilangan spiritualitas. Karena kita sekalian tahu, IAIN Cirebon merupakan kampus yang bernuansakan Islam. Sudah sepantasnya kampus Islam selevel IAIN Cirebon menjadi kampus peradaban, kampus yang dapat memberikan teladan dalam upaya memajukan tradisi-tradisi ilmiah yakni membaca, menulis, dan kajian ilmiah. IAIN Cirebon hanya bisa dibela dan maju jika tradisi akademik menjadi garapan bersama. Wallahua’lam bis-Shawab. (*)   *) Kandidat Master Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: