BBM Turun, Tarif Angkutan Bisa Turun
Lusa, Dishub dan Organda Ambil Keputusan KUNINGAN – Pemerintah akan menurunkan harga BBM per tanggal 19 Januari dari harga Rp7.600 per liter menjadi Rp6.400 per liter, Senin (19/1) pukul 00.00. Dishub Kuningan dan organisasi angkutan darat (Organda) langsung ambil siikap. Setelah harga BBM turun, Senin (19/1) rencananya akan melakukan rapat untuk membahas penurunan tarif angkutan. “Benar kita akan rapat. Hari ini (kemarin, red) kami membuat surat undangan kepada pihak terkait selain organda,” kata Kadishub Kuningan, Drs Jaka Chaerul kepada Radar, kemarin (16/1). Jaka menyebut, melihat angka penuruan yang mencapai Rp1.000 per liter dari harga semula Rp7.600 dianggap wajar jika tarif angkutan dikembalikan ke awal, yakni untuk umum Rp3.000 dan pelajar Rp1.500. Pihaknya yakin Organda akan paham hal tersebut. Mengenai kenaikan harga BBM yang disesuaikan dengan harga minyak dunia, maka mau tidak mau tarif juga harus disesuaikan. Sebagai contoh, ketika bulan Januari harga BBM turun, otomatis tarif angkutan juga turun. Begitu pun sebaliknya. Sementara itu, Sekretaris DPC Organda Kuningan, Didi Suhardi membenarkan akan dilakukan rapat membahas masalah tarif menyusul diumumkannya penurunan BBM oleh Presiden Jokowi Jumat (16/1) sore. Namun, pihaknya menginginkan rapat dilakukan hari ini (17/1). Hal itu agar hasil rapat bisa langsung disosialisasikan kepada pengusaha jasa angkutan di Kuningan. Sehingga pada Senin lusa, tarif penurunan sudah diterapkan. Mengenai penurunan tarif, kata dia, pihaknya sebenarnya kurang setuju karena kenyataan di lapangan suku cadang belum turun meski sebelumnya harga BBM turun Rp900 per liter. Ketika diturunkan lagi menjadi Rp6.400 atau turun Rp1.000 per liter pun, dia pesimis harga suku cadang juga turun. “Tahu sendiri kan, di Indonesia kalau namanya sudah naik, itu sulit untuk turun. Kalau seperti ini tentu merugikan pengusaha angkutan,” ucap dia. Meski begitu, mau tidak mau tarif harus turun karena BBM turun. Untuk tarif angkutan umum memang bisa kembali ke semula, Rp3.000 dari Rp4.000. Tapi untuk kalangan pelajar tidak akan diturunkan, tetap Rp2.000. “Sebenarnya tarif ideal adalah Rp1.750. Namun karena sulit pembayarannya, maka dibulatkan ke Rp2.000,” ucap Didi. Sementara itu, Sujat, seorang sopir angkutan kota (angkot) Cirendang-Kuningan Kota mengaku akan menunggu keputusan Organda. Apapun keputusannya, dia akan mengikutinya. “Selama ini juga saya banyak diprotes ketika harga BBM turun dari Rp8.500 ke Rp7.600 per liter. Tapi karena organda tidak memberikan keputusan, maka tarifnya tetap. Organda bertahan karena harga suku cadang tidak mengalami penurunan,” ucap Sujat, yang mengaku penumpang masih sepi akibat ongkos tidak turun. (mus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: