Empat Calon Kapolri tanpa Suhardi Alius
JAKARTA- Pembatalan pelantikan Komjen Budi Gunawan (BG) sebagai Kapolri memang belum bisa dipastikan. Tapi Kompolnas sudah menyiapkan empat calon pengganti apabila Presiden batal melantik BG. Salah satu nama adalah Kabareskrim Budi Waseso yang baru saja mendapatkan pangkat Komjen. Kemarin, para komisioner Kompolnas bertemu dengan empat perwira tinggi Korps Bhayangkara di Baharkam Polri. Selain Budi, ada Wakapolri Komjen Badrodin Haiti, Irwasum Komjen Dwi Priyatno, dan Kabaharkam Komjen Putut Eko Bayu Seno. Keempat pati tersebut hanya dipersiapkan, namun belum akan diajukan. Sekretaris Kompolnas Syafriadi Cut Ali menjelaskan, pertemuan dengan empat pati itu bukan atas permintaan Presiden Joko Widodo, melainkan inisiatif Kompolnas. “Kami hanya berjaga-jaga, seandainya Presiden batal melantik pak BG dan meminta kami mengajukan nama,” ujarnya kemarin. Dia menjelaskan, meski nama-nama itu disiapkan, namun bukan berarti nanti seluruhnya akan diajukan. Kompolnas akan kembali meminta masukan berbagai pihak untuk menentukan kelayakan para pati tersebut. “Bisa kurang dari empat, namun yang jelas kami tidak mengajukan satu nama,” lanjutnya. Komisioner Kompolnas M Nasser menjelaskan, pihaknya menetapkan empat syarat untuk calon kapolri. Pertama, senioritas. Kedua, kemampuan manajerial. Ketiga, mampu menyatukan internal polri, dan terakhir mampu bekerjasama dengan institusi lain. “Tidak ada kami main-main dengan pencalonan ini,” tutur Nasser. Nama Komjen Suhardi Alius yang sebelumnya masuk dalam bursa calon Kapolri terpental. Sebelum dimutasi ke Lemhanas, Suhardi masuk sebagai satu dari sembilan calon Kapolri yang diajukan Kompolnas ke Presiden yang akhirnya menunjuk BG. Mantan Kapolda Jawa Barat itu merupakan Komjen termuda di tubuh Polri saat ini. Disinggung mengenai terpentalnya Suhardi, anggota Kompolnas Adrianus Meliala beralasan pihaknya melihat unsur sisa usia karir. Alumnus Akpol 1985 itu baru pensiun pada 2020. Sementara, meski belum ada aturan bakunya, rata-rata jabatan Kapolri dibatasi dua tahun. “Kalau dia Jadi kapolri sekarang, dua tahun menjabat, lalu tiga tahun menganggur,” ucapnya. Menurut Adrianus, Suhardi sebaiknya dimasukkan dalam pencalonan Kapolri periode berikutnya. Saat itu, usianya sudah ideal untuk menjadi pimpinan Polri. Lagipula, menurut Krimonolog Universitas Indonesia itu, penempatan Suhardi sebagai Sekretaris Utama Lemhanas justru menguntungkan dia. Suhardi akan lebih banyak berinteraksi dengan lembaga negara lain, sehingga bisa menambah poin plus dia sebagai Kapolri. Di antara keempat calon Kapolri, Badrodin merupakan perwira paling senior. Menurut Adrianus, pihaknya memang menetapkan standar sisa usia minimum dua tahun bagi calon Kapolri. Namun, khusus untuk Badrodin yang sisa karirnya tinggal 17 bulan ada pengecualian. “Karena jabatannya sebagai Wakapolri, maka kami masukkan,” ucapnya. Badrodin memiliki banyak pengalaman memimpin selama berdinas di Korps Bhayangkara. Alumnus Akpol 1982 itu pernah empat kali menjadi Kapolda. yakni, Kapolda Banten dan Sulawesi Tengah (Polda Tipe B), kemudian Kapolda Sumatera Utara, dan Jawa Timur (Polda Tipe A). Perwira kelahiran Jember itu juga menimba pengalaman saat menjadi Asisten Operasi Kapolri maupun Kabaharkam. Badrodin juga sempat diisukan memiliki rekening gendut, meski belakangan hal tersebut dia bantah dengan menyatakan telah mengklarifikasi PPATK. Dwi Priyatno yang merupakan rekan seangkatan Badrodin juga perwira yang komplet. Nyaris semua bidang di kepolisian pernah dilakoninya, kecuali reserse dan intelkam. Pria kelahiran Purbalingga itu pernah dua kali menjadi Kapolda tipe A, yakni Jawa Tengah dan Metro Jaya. Perwira ketiga, Putut, merupakan alumnus Akpol 1984. Karirnya cukup banyak dihabiskan di bidang lalu lintas. Meski begitu, dia juga berpengalaman memimpin Polda. Putut pernah menjadi Kapolda Banten, Jawa Barat (Polda tipe A), dan Metro Jaya. Sedangkan, Budi waseso merupakan perwira tinggi yang hanya satu kali menjadi Kapolda, itu pun untuk Polda Tipe B. Dia menjabat kapolda Gorontalo pada 2012. Dia juga pernah tersandung masalah saat menjadi Karopaminal, yakni terkena kasus dugaan surat mutasi palsu. Hingga kini Budi Waseso juga belum mencatatkan hartanya di LHKPN. Nama Budi Waseso mencuat setelah menjadi satu-satunya perwira tinggi Polri yang mendampingi BG sejak awal proses fit and proper test di Komisi III DPR. Kemudian, belum seminggu menjabat kabareskrim, dia memerintahkan penangkapan wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. Meski begitu, dia juga sempat terkenal saat menangkap mantan kabareskrim Komjen Susno Duadji pada 2010. Salah satu calon kapolri, Badrodin Haiti memilih memberikan pernyataan diplomatis saat disinggung tentang namanya yang menyusul masuk. Termasuk ketikan kesiapannya menjadi kapolri, dia juga enggan menanggapi terlalu jauh. “Yang jelas, sekarang, saya ditugaskan untuk menjabat wakapolri, sekaigus melaksanakan tugas dan wewenang kapolri,” kata Badrodin saat ditemui di Istana Negara, Jakarta, kemarin. Dia mengaku, hingga kemarin sore, juga belum bertemu dengan kompolnas berkaitan dengan namanya yang ikut masuk sebagai salah satu calon. “Pastinya, semua sangat bergantung kompolnas, bukan inisiatif saya,” elaknya, menanggapi lebih lanjut. (byu/dyn/end)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: