Banjir Renggut Korban Jiwa

Banjir Renggut Korban Jiwa

Warga Meninggal, Posko Kesehatan dan Bantuan Belum Efektif CIREBON- Hujan lebat kemarin (15/3) membuat beberapa desa di wilayah timur Cirebon (WTC) kembali terendam. Sungai Ciputih di Desa Cipeujeuh Wetan, Blok Peradenan, meluap sekitar pukul 17.15. air pun luber ke pemukiman warga serta jalan raya. Menghindari kejadian yang tidak diinginkan, warga akhirnya mengungsi ke tempat yang aman. Pantauan Radar, ketinggan air di Jl Raya Cipeujeuh Wetan mencapai 80 cm. Hal ini membuat kepolisian dari Polsek Lemahabang mengalihkan jalur lalu lintas ke jalan yang agak tinggi. Namun demikian, ada juga kendaraan yang mogok dan terpaksa didorong. Beruntung sekitar pukul 19.00 banjir mulai surut. Herman, warga setempat, merasa khawatir banjir besar seperti Sabtu (14/3) kembali terulang. “Waktu air sudah masuk rumah, saya sudah mulai kalut. Saya langsung bawa keluarga keluar rumah. Hujan besar juga saya bawa keluarga ke tempat yang aman dari banjir,” ujar Herman kepada Radar. Berbeda dengan wilayah Cipeujeuh, di Desa Japura Kidul Kecamatan Astanajapura, banjir susulan baru terjadi sekitar pukul 18.00. Hingga tadi malam, ketinggian air mencapai selutut orang dewasa. “Iya ini banjir sudah mulai lagi Mas. Sekarang ini tinggi air sudah selutut orang dewasa,” ujar salah satu warga Desa Japura Kidul, Dio Sanjaya. Masih pantauan Radar, dinding pembatas antara perumahan BTN Mertapada Permai dan Sungai Kali Agung jebol lantaran tak kuat menahan arus air yang deras akibat hujan yang turun kema­rin. Jebolnya dinding itu pun mem­buat 50 unit rumah yang ber­ada di kompleks itu teren­dam. Ketinggian air hingga 1 meter lebih. Air menggenangi kenda­raan pribadi, pakaian, barang elek­tonik, lemari, dan kasur. Tak hanya itu, sebagaian rumah adapula yang rusak diterjang angin. Disinyalir kontruksi bangunan yang sudah rapuh. Subur (48), warga BTN Mertapada Permai, mengatakan dinding pembatas sebelum hujan memang sudah rusak. Akan tetapi, karena ada arus air yang liar. Dinding itu menjadi tambah rusak dan jebol diterjang arus. Sehingga aliran sungai pun masuk ke perumahan. “Kejadiannya sebelum magrib, tiba-tiba lagi ngumpul air sudah masuk dan naik, kemarin-kemarin lebih parah lagi, baru tiga menit, kita belum ngungsikan barang air sudah masuk,” tukas Subur. Kejadian banjir ini diakuinya sudah dialami selama tiga kali dalam setahun terakhir. Di samping itu pula, air juga datang dari jalan. Posisi perumahan yang lebih rendah dari jalan, membuat air hujan dari jalan masuk ke perumahan tersebut. Semua barang-barang yang tidak terselamatkan pun teren­dam banjir. Banjir sendiri mener­jang sekitar pukul 18.00 WIB, hingga pukul 23.30 WIB air belum juga surut. Kini warga pun mengungsi ke tempat sau­dara terdekat. Sementara ada pula yang tetap berada di ru­mah untuk menjaga dan member­sihkan rumah yang kotor. Di sisi lain, Rohman, warga BTN Mertapada Permai mejelaskan penyebab air juga karena volume air yang cukup tinggi di kali tersebut. “Ini aliran sungai nampung dari berbagai desa ke sini semua,” katanya. Sementara posisi jembatan yang berada tak jauh dari perumahan terlalu rendah dan juga gorong-gorong yang kecil. Di tengah gorong-gorong juga terdapat tiang. Sehingga sampah-samaph tertahan dan membuat aliran sungai terhambat. “Karena terhambart aliran air jadi liar, karena dinding pembatas juga sudah rusak, air lari ke sini semua,” ungkapnya. Sedangkan di Sungai Singraja Desa Sindang Laut Kecamatan Lemahabang juga meluap. Air sungai masuk ke pemukiman warga hingga mencapai ketinggian 50 cm. Edi Sukardi, salah seorang warga setempat mengatakan kejadian sendiri terjadi sekitar pukul 18.00. Tak hanya itu, air juga meremdam Desa Kanci, Kecamatan Astanajapura. Tak hanya rumah dan jalan, SMA 1 Astanajapura juga ikut terendam air. WARGA MENINGGAL Tak hanya harta benda, ban­jir di WTC juga menelan kor­ban jiwa. Rohaiman (19), warga Desa Getrakmoyan, Keca­matan Pangenan, tewas teng­gelam di su­ngai Cidulang Jero, Desa Ender, Pa­ngenan. Kor­ban hi­lang sejak Sabtu (14/3), dan ja­sadnya baru dite­­mu­kan Minggu pagi (15/3). Saat desanya tergenang banjir, Rohaiman dan beberapa rekannya diketahui berenang di sungai yang tak jauh dari desanya. “Korban berenang pakai batang pohon pisang sebagai pelampung. Mereka berenang dari Getrakmoyan sampai jembatan dekat Ponpes Gedongan,” ujar Warsidi, tetangga korban. Sampai di jembatan, peristiwa itu terjadi. “Waktu itu sebenarnya sudah sampai di jembatan. Tapi mereka diam dulu di air. Tiba-tiba seperti ada ombak yang muter di sungai. Korban dan teman-temannya coba selamatkan diri. Yang lain bisa naik, tapi Rohaiman tenggelam,” cerita Warsidi. Di sela-sela mengunjungi korban banjir, kemarin, Bupati Cirebon Sunjaya Purwadisastra menyempatkan untuk bertakziah ke kediaman korban. “Mudah-mudahan keluarganya dapat menerima. Karena ini musibah murni, siapa pun tidak ingin terjadi musibah atau bencana,” ujar Sunjaya. BELUM TERIMA BANTUAN Sementara itu, para korban banjir di Desa Cipeujeuh Wetan, Kecamatan Lemahabang, hingga saat ini belum menerima bantuan apapun. Desa Cipeujeuh Wetan ini lumayan parah, karena terdapat belasan rumah yang mengalami kerusakan. Meski kemarin ada kunjungan bupati, tapi mereka belum mendapatkan bantuan. Bantuan yang dibawa bupati disebut-sebut baru sampai di Kecamatan Pangenan dan Astanajapura. Salah seorang korban banjir di Desa Cipeujeuh Wetan, Suhada, mengaku belum menerima bantuan apapun dari Pemkab Cirebon. “Belum dapat bantuan dari mana-mana. Nggak tahu kenapa, padahal sih sudah ada yang data. Tapi cuma data-data saja, bantuannya sih belum ada,” ujar Suhada. Warga lainnya, Asih, mengatakan hal serupa. “Dari kemarin sampai sekarang (kemarin) nggak ada yang ngasih apa-apa. Jangankan untuk bantuan bangun rumah saya yang rusak, untuk bantuan makanan saja belum ada sama sekali,” ujar Asih. Kuwu Cipeujeuh Wetan, Suprapto, membenarkan warganya yang menjadi korban banjir belum menerima bantuan. “Bantuan belum ada sama sekali. Yang ninjaunya saja nggak ada sama sekali Mas. Yang ninjau cuma dari intel kodim saja,” ujar Suprapto. Masih kata Suprapto, warganya sangat membutuhkan bantuan. “Ya jelas sangat perlu bantuan. Apalagi yang rumahnya rusak karena terjangan banjir. Dari kecamatan saja nggak ada yang ninjau,” keluh Suprapto. Sementara itu posko kesehatan korban banjir di Desa Pengarengan dinilai kurang maksimal. Hal tersebut diungkapkan Rasmi, warga Pengarengan. “Saya mau mengobati anak saya jam 3 sore kok sudah tidak ada posko kesehatan. Katanya ada, tapi saya ke posko sudah nggak ada orang,” ujar Rasmi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon M Sofyan mengatakan jika ada warga yang masih ingin berobat bisa langsung dilayani di puskesmas. “Posko kesehatan sangat efektif. Tadi (kemarin, red) jam 1-an saja masih ada. Mungkin jam dua warga sudah tidak ada, jadi mungkin petugas beralih ke puskesmas. Namun jika masih ada warga yang membutuhkan layanan kesehatan bisa langsung ke puskesmasnya saja, di sana pasti ada petugas,” ujar Sofyan. (den/jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: