Jembatan Ranji Wetan Ambruk
MAJALENGKA - Bencana banjir yang menimpa sejumlah kawasan di Kabupaten Majalengka, Minggu malam (15/3), merobohkan satu unit jembatan di Desa Ranji Wetan Kecamatan Kasokandel. Jembatan yang membentang di atas kali Cigasong sepanjang 27 meter dan lebar 1,5 meter itu ambruk terhempas air deras dan material lainnya yang menyangkut di rangka jembatan pada saat kali tersebut meluap. Konstruksi jembatan tidak kuat menahan aliran air yang sangat deras dan roboh. Bagian besi rangka jembatan tampak bengkok, dan bagian cor-coran dan aspal di alas jembatan terbelah dua jatuh ke dasar tepian ujung-ujung kali. Yang tersisa hanya bagian pondasi jembatan pada ujung-ujungnya saja. Kepala Desa Ranji Wetan, H Saeful Imam menjelaskan, peristiwa robohnya jembatan blok pesantren dusun Sabtu dan dusun Senen itu awalnya tidak diduga. Mengingat kondisinya memang cukup kokoh dan sering dilalui warga pejalan kaki maupun berkendara. Jembatan tersebut dibangun sejak tahun 1996. “Jadi waktu kali itu banjir jembatannya ikut terendam, pegangannya saja nggak kelihatan sama sekali karena tertutup luapan air. Pas air surut, warga geger karena mendapati jembatan sudah tidak ada di posisinya. Untung saja waktu itu nggak ada yang lewat situ,” terangnya dibenarkan Sekdes Cucu Sukarsa. Menurutnya, robohnya jembatan itu karena banyak material yang terseret arus pada sungai, serta yang terparah diduga diakibatkan oleh tertabraknya bagian rangka tiang penopang jembatan oleh batang pohon besar yang menyangkut dan membentur bagian rangka maupun alasnya berulang-ulang kali. Sehingga mengakibatkan rangka dan alas jembatan tidak kuat menahan benturan dan arus besar. Dia memperkirakan, pada saat itu ketinggian air dari dasar jembatan mencapai sekitar 1,5 meter. Sedangkan posisi ketinggian air dari dasar sungai Cigasong ke atas jembatan lebih dari 10 meter. Kondisi ini menurutnya merupakan yang terparah sejak 30 tahun terakhir, karena di desanya memang sempat terjadi banjir di tahun 1984 tapi tidak separah ini. Akibat runtuhnya jembatan tersebut, kata dia, akses perekonomian warga dan aktivitas keseharian warga di Blok Sabtu dan Blok Senen terhambat, yang didalamnya terdapat sekitar 210 kepala keluarga. Namun, dengan robohnya jembatan itu, maka kini warga yang biasanya menggunakan jembatan untuk mempersingkat akses dan jarak tempuh mesti memutar ke jembatan di Blok Desa, dan memperpanjang jarak tempuh sekitar 1,5-2 kilometer. Pihaknya telah melapor ke pemerintah kabupaten, dan berharap agar jembatan yang roboh itu bisa dibangun ulang. Dia juga mengeluhkan robohnya jembatan, mengingat jembatan tersebut sudah jadi prioritas rencana pembangunan desa. Di tahun 2016 mendatang bakal direhab dan diperlebar supaya bisa dilintasi mobil. (azs)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: