Majalengka Potensial Usaha Kebun Energi
MAJALENGKA - Sejumlah negara termasuk Indonesia masih mengandalkan minyak bumi, batu bara, dan gas alam untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan energi. Padahal stok bahan bakar fosil sebagai sumber energi saat ini terus berkurang. Kini ada pihak swasta mencoba melakukan riset untuk beralih ke sumber energi terbarukan yakni tanaman Kaliandra. Bupati Majalengka H Sutrisno SE MSi menyambut baik investor yang ingin mendirikan usaha energi alternatif terbarukan yang ramah lingkungan. Selain itu harus ada keterlibatan masyarakat sekitar. Jadi ada simbiosis mutualisme, baik sebagai mitra kerja maupun masyarakat yang bisa menerima manfaat dari sumber energi tersebut. “Wilayah Majalengka yang luas memiliki potensi sumber daya alam yang dibutuhkan untuk diolah menjadi sumber energi terbarukan. Ratusan hektare tanaman kaliandra tersebar di berbagai kecamatan dan belum tergarap serta diolah dengan baik,” kata Sutrisno ketika menerima kunjungan manejemen PT Griya Wahana Jaya di ruang kerjanya kemarin (21/4). Menurut Sutrisno, pemanfaatan sumber daya alam seperti kayu kaliandra jangan hanya mengambil yang sudah ada. Tetapi harus juga dibarengi dengan penanaman yang berkelanjutan. Hal itu untuk menjaga kelestarian sumber daya alam yang ada. “Kita memiliki lahan tidur, lahan kritis dan lahan lainnya yang belum dimanfaatkan. Silakan tanami lahan itu dengan kaliandra, yang menurut informasi tanaman ini bisa tumbuh baik di berbagai jenis tanah dan kontur lahan yang datar maupun memiliki kemiringan,” ujarnya. Sementara itu manejemen Griya Wahana Jaya Yanto S Utomo menuturkan, dirinya telah terlebih dahulu melakukan survei. Ternyata wilayah Majalengka terutama bagian selatan banyak tumbuh subur tanaman kaliandra. Sehingga pihaknya berencana mendirikan pengolahan tanaman kaliandra menjadi wood pellet, setelah proses perizinan selesai. “Konsep sederhana mengenai carbon neutral, mitigasi perubahan iklim, dan pemberdayaan sosial masyarakat. Kebun energi (Biomass Energy Estate) adalah sebuah hamparan lahan yang ditanami jenis-jenis tanaman tertentu, yang nantinya akan dipanen sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar biomasa. Sebetulnya cukup banyak jenis yang cocok digunakan sebagai tanaman kebun energy, seperti kaliandra didasarkan pada alasan yang sangat masuk akal. Kaliandra adalah jenis tanaman perdu yang gampang dan cepat tumbuh di lahan miskin hara, miskin air, namun bisa menyuburkan tanah melalui fiksasi Nitrogen dalam tanah,” terangnya. Yanto melanjutkan, kayu kaliandra juga menghasilkan kalori yang tinggi ketika dibakar (4,7 kkal), sehingga banyak masyarakat menggunakannya untuk kayu bakar. Daun kaliandra juga banyak dipakai sebagai pakan ternak yang potensial. Bunga kaliandra memberi daya pikat buat lebah madu, sehingga membuka peluang untuk bisnis madu dari nektar bunga kaliandra. “Target dari penanaman kebun energi sebetulnya adalah lahan yang kosong dan tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya. Namun kita juga mengarah ke anggota kelompok tani yang mengembangkan model agroforestry, dimana kaliandra ditanam bersama-sama tanaman pertukangan atau pertanian. Disini pula Kelompok Tani dan kelembagaan lokal berperan aktif dalam mewujudkan kontrak social, terutama terkait lahan yang akan digunakan untuk kebun energi,” paparnya. Kemudian pada saat pemanenan kebun energi dan industri wood pellet sudah jalan yang ditandai dengan terjadinya proses transaksi ekonomi antara masyarakat (kelompok tani) dengan industri wood pellet. Diharapkan kegiatan ekonomi pabrik wood pellet dan supply-demand kayu kaliandra bisa berjalan baik dimana memungkinkan terjadinya proses scaling up di daerah-daerah yang lain. “Bahwa suatu kegiatan usaha berpengaruh dalam suatu wilayah akan memberi pengaruh yang menguntungkan bagi bisnis-bisnis lain dan konsumen-konsumen lainnya. Ini berarti bahwa keberadaan sebuah unit bisnis di suatu wilayah dapat menciptakan bisnis baru dan permintaan baru. Dalam usaha wood pellet dapat menimbulkan berbagai bentuk bisnis baru buat masyarakat, baik yang terlibat langsung dalam kebun energi maupun masyarakat di luar kelompok tani,” ungkapnya. Yanto mencontohkan, usaha perlebahan yang berkembang karena ada kebun energi kaliandra, penjualan sekam padi dan serbuk gergajian karena ada kebutuhan bahan bakar dryer bahan baku wood pellet, usaha kemasan air minum dengan semakin banyaknya mata air bersih yang ditemukan, usaha pembuatan kompor biomasa wood pellet yang diperjual belikan di tingkat lokal, serta kemungkinan tumbuhnya usaha toko dan warung makan ketika aktivitas kebun energi dan pabrik menjadi ramai. “Bahkan kita tengah menggandeng lulusan SMK di Majalengka untuk merakit mesin wood pellet yang sementara ini masih diimpor dari Tiongkok. Singkatnya kita mengharapkan kepada bupati hal ini menjadi suatu gerakan bersama di Majalengka, dalam hal pemanfaatan lahan tidak produktif untuk ditanami kaliandra. Secara keekonomian akan langsung terasa oleh masyarakat pada satu tahun pasca penanaman,” pungkasnya. (gus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: