Stok Air Waduk Tinggal Seminggu
*Petani Diimbau Gunakan Sumur Pantek dan Pompanisasi GANTAR– Debit air Waduk Cipancuh di Desa Situraja, Kecamatan Gantar terus menyusut dan masuk dalam kategori rawan atau sudah di ambang kering. Diperkirakan, stok air di waduk seluas 700 hektar tersebut hanya bertahan sampai sekitar tujuh hari kedepan. Selanjutnya, kondisi Waduk Cipancuh bakal kering kerontang. Hitungan tersebut berdasarkan volume air waduk saat ini yang tersisa satu juta kubik dibagi dengan jumlah 6.314 hektare luas areal sawah yang mesti diari. Suplai air untuk ribuan hektare areal sawah yang tersebar di empat kecamatan yakni Gantar, Haurgeulis, Kroya dan Anjatan itu memang berasal dari Waduk Cipancuh. Rinciannya, Kecamatan Gantar 1.186 hektare, Haurgeulis 4.110 hektare, Kroya 319 hektare dan Anjatan 699 hektare. “Setelah pintu kelep pintu dasar dibuka, paling seminggu lagi habis,” ungkap Pengamat Waduk Cipancuh, H Kanto kepada Radar, Minggu (31/5). Terhitung hingga Jumat (29/5), lanjut dia, sebagian dasar Waduk Cipancuh sebelah selatan sudah terlihat kering. Saking keringnya, waduk buatan Belanda dengan kedalaman delapan meter ini dimanfaatkan sejumlah warga sebagai sarana olahraga dadakan. Mereka menjadikan dasar waduk yang mengering sebagai lapangan sepak bola dan sirkuit motor cross. “Kalau sore ramai anak-anak latihan balap motor trail,” lanjut dia. Menjelang habisnya air Waduk Cipancuh, pihaknya menebar surat imbauan kepada para kuwu dan jajaran pertanian untuk melakukan langkah antisipasi kepada para petani agar tidak terjadi gagal panen. Seperti dengan menggunakan sumur pantek dan pompanisasi. Kanto yakin, untuk para petani di wilayah Kecamatan Gantar dan Haurgeulis terhentinya suplai air dari waduk Cipancuh tidak akan menuai masalah yang berarti. Pasalnya mereka sudah mempersiapkan diri dengan menyediakan sumur pantek dimasing-masing areal sawahnya. Berdasarkan catatan, di dua kecamatan itu terdapat sekitar 1.300 sumur pantek yang dibuat oleh petani guna memenuhi pasokan air sepanjang musim kemarau. Hal itu dibenarkan Afandi (43) salah seorang petani di Desa Situraja, Kecamatan Gantar. Sepengetahuannya, sebagian besar petani di desanya sudah menggunakan sumur pantek sejak puluhan tahun lalu. Hampir semua petani sudah memilikinya. Ada yang sudah lama namun ada pula yang baru membuat untuk menghadapi musim kemarau tahun ini. Hanya saja, karena jumlah petani yang mempergunakan sumur pantek semakin banyak, muncul persoalan lain. Yaitu produktivitas air tanah terus mengalami penurunan. “Solusinya harus bergiliran. Kalau semua nyedot, air yang keluar kecil sekali,” katanya. Mengetahui debit air Waduk Cipancuh bakal semakin kritis, bapak tiga orang anak ini mengaku tak risau. Dia optimis tetap bisa memanen padi. Sebab, ketika menghadapi musim kemarau, dia dan para petani setempat bisa mengandalkan sumur bor alias sumur pantek. Keberadaan sumur pantek ini memang menjadi satu-satunya alternatif untuk memenuhi kebutuhan air bagi petani di Kecamatan Gantar selama musim kemarau.“Ya setelah air waduk habis, sumur pantek kita andalkan,” ucapnya. (kho) WILAYAH YANG DIALIRI WADUK CIPANCUH - Kecamatan Gantar 1.186 hektare - Kecamatan Haurgeulis 4.110 hektare - Kecamatan Kroya 319 hektare - Kecamatan Anjatan 699 hektare
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: