HBM Kering, Sawah di 8 Desa Terancam Puso
LOSARANG– Ratusan hektare sawah di wilayah Kecamatan Losarang tak bisa digarap menyusul Bendungan Hollandsche Beton Maatschappij (HBM) yang merupakan satu-satunya sumber irigasi di wilayah tersebut kering kerontang. Tak hanya terlantar, sekitar 2.500 hektare tanaman padi yang baru saja ditanam dan biasanya mendapat suplai air dari bendung HBM juga terancam mati kering. Informasi yang dihimpun Radar, mengeringnya bendung di Blok Caplokan, Desa Krimun, Kecamatan Losarang ini terjadi sejak sebulan lalu. Kondisi dasar bendung yang sumber airnya berasal dari Sumur Watu, Terisi dan Sungai Cipanas tersebut mulai retak-retak. “Sudah sebulan ini kering kerontang,” kata petani Desa Krimun, Wirajaya, kepada Radar, Kamis (2/6). Karena kondisi itu, lanjut dia, tak kurang dari 300 hektare lahan persawahan di wilayah sekitar Bendungan HBM tidak bisa ditanami dan ditinggal begitu saja oleh pemiliknya. Sementara sekitar 2.500 hektare tanaman padi umur 30 hari setelah tanam (HST) di delapan desa juga terancam puso. Petani tidak bisa melakukan pemupukan lantaran areal sawahnya tidak digenangi air. Tidak hanya di Kecamatan Losarang, ancaman kekeringan juga terus meluas di wilayah Kabupaten Indramayu bagian barat (Inbar) lainnya seperti di Kecamatan Cikedung. Hal itu akibat terus menyusutnya debit air di Bendung Situ Bolang. Volume air di Situ Bolang seluas 114 hektare yang terletak di Desa Jatisura, Kecamatan Cikedung itu mengalami penyusutan tajam sejak beberapa minggu terakhir. “Sebulan terakhir, kondisinya sudah mulai mengering,” ucap Topik warga setempat . Selain akibat musim kemarau, lanjut dia, menyusutnya air situ disebabkan karena dimanfaatkan oleh para petani untuk mengairi sawah mereka. Padahal sejatinya, air Situ Bolang yang bersumber dari tadah hujan lebih difungsikan sebagai wahana wisata seperti memancing, area perkemahan dan rekreasi air. “Setahu saya fungsi utamanya itu, untuk sarana rekreasi.Tapi kalau saat musim kemarau seperti ini, petani memanfaatkan air situ untuk sawah agar tidak gagal panen,” jelas dia. Hal itu dibenarkan Camat Cikedung, Drs H Darim melalui Sekretaris Camat Edi Rasdiana. Sejak musim kemarau berlangsung, keberadaan air bendung Situ Bolang digunakan para petani untuk menyangga kebutuhan irigasi areal persawahan khususnya di Desa Jatisura dan sekitarnya. Alhasil, kondisi debit air Situ Bolang merosot tajam. Untuk mempertahankan tanaman padi di wilayah Kecamatan Cikedung tidak mati kekeringan, pihaknya bersama jajaran Muspika dan stake holder pertanian terus berupaya mendapatkan pasokan air khususnya dari sumber air Rentang dan Jatitujuh. Petani juga disarankan untuk melakukan pompanisasi dari sumber air yang masih tersedia. (kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: