Menhub Evaluasi Delay Garuda
Penumpang Telantar di Bandara Soetta, Minta Kompensasi dan Uang Kembali JAKARTA - Insiden kebakaran di Terminal 2E Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) Minggu pagi (5/7) masih memukul operasi Garuda Indonesia. Sampai tengah malam tadi (6/7) masih banyak penerbangan Garuda dengan delay superlama. Hal tersebut membuat banyak penumpang Garuda naik pitam karena tak diberi tahu soal penundaan itu. Keluhan penumpang tersebut mendorong Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan melakukan evaluasi terhadap manajemen delay dalam keadaan darurat. Saat ini pihaknya telah mengirimkan tim audit ke pihak Garuda Indonesia dan Angkasa Pura II. \"Kita harus cek apakah ada SOP (standard operating procedure) dalam keadaan krisis. Kalau ada dan hasilnya tidak efektif seperti kemarin, ya harus diperbaiki,\" terangnya. Jonan memberikan waktu satu bulan agar kedua pihak datang dengan SOP yang lebih baik. Menurut dia, SOP itu harus sesuai dengan standar ISO sehingga bisa dipertanggungjawabkan. \"Kalau tidak, ya kena sanksi ekonomi. Misalnya, penambahan izin rute Garuda ditolak dan PSC (passenger service charge) bandara diturunkan,\" tegasnya. Menurut pantauan Jawa Pos (Radar Cirebon Group), puluhan calon penumpang masih terlihat antre di beberapa titik pelayanan Garuda Indonesia di terminal 2. Check in counter hingga lokasi customer service masih dipadati penumpang yang meminta kejelasan atau ingin menarik dana tiketnya (refund). Memang jumlahnya sudah berkurang dari antrean kemarin siang. Tapi, tak sedikit di antara mereka yang menunggu dengan muka masam dan berbicara dengan nada sedikit keras. Sebagian lainnya terlihat duduk pasrah dan tiduran. Bram (20) mahasiswa Universitas Indonesia yang berencana pulang kampung ke Padang dengan penerbangan GA 168, adalah salah seorang yang kecewa atas pelayanan Garuda. Namun, dia pun tak menyangka bahwa ternyata penerbangan itu tertunda hingga pagi esoknya. \"Saya kaget ternyata Garuda ada delay panjang begini. Ketika ditanya alasannya, mereka cuma bilang penerbangan full,\" ujarnya. Meski kesal, Bram mengaku hanya bisa pasrah menunggu penerbangan hari ini. Dia pun mencoba memperbaiki mood dengan bercanda bersama teman-teman. \"Kami mau nginap di sini (lobi bandara, Red) saja. Memang disediakan akomodasi, tapi takutnya telat,\" kata dia. Nasib Bram rupanya lebih baik daripada Ari (40) penumpang GA 178 tujuan Pekanbaru. Pria yang menolak mengungkapkan pekerjaannya itu mengaku rugi besar gara-gara delay Garuda. Dia menyatakan pergi ke Pekanbaru untuk melakukan pekerjaan dan kembali esoknya. Namun, akibat delay tersebut, pekerjaan itu pun gagal dilakukan. Ari sebenarnya sudah ragu mau berangkat ke bandara karena kabar kebakaran Minggu lalu. Namun, pagi itu dia mendapatkan SMS pemberitahuan yang menyuruhnya tidak terlambat datang. \"Saya disuruh datang satu jam sebelum waktu boarding. Sewaktu saya tanya satpam parkir inap pun, katanya sudah lancar,\" jelasnya. Ari mengaku sudah datang pukul 14.00 WIB agar tak terlambat dalam waktu boarding sekitar pukul 16.00. Namun, petaka datang saat dia sudah berada di gate keberangkatan. Dia harus menunggu hingga kesabaran habis karena jadwal yang terlambat lebih dari empat jam. \"Untung, orang-orang yang menumpang minta penerbangan sama semua minta kompensasi. Jadi, kami semua mendapatkan Rp300 ribu,\" ucapnya. Soal berangkat ke Pekanbaru, Ari mengaku sudah menyerah. Dia memilih melakukan refund untuk mendapatkan uang Rp1,6 juta buat tiket pergi pulang. Dia pun menyesalkan respons petugas Garuda yang kurang tanggap. Banyak penumpang yang dibiarkan saja jika tak menuntut. \"Untuk refund, kami harus tanya sana-sini untuk proses. Makan malam saja kami harus protes, baru akhirnya diantarkan ke lounge. Yang kasihan yang diam dan pasrah itu. Karena mereka tak membuat pengumuman soal kompensasi,\" terangnya. Namun, Vice President Corporate Communication Garuda Indonesia Ikhsan Rosan menampik anggapan bahwa delay itu merupakan rentetan delay sejak Minggu lalu. Menurut dia, hal tersebut hanya akibat masalah teknis yang terjadi di beberapa penerbangan. Hal itu diakui sudah lumrah terjadi. \"OTP (on time performance) Garuda tercatat 85 persen. Dengan total penerbangan 500 sampai 700 per hari, sudah pasti ada beberapa yang delay dan batal. Hanya, masyarakat mengaitkannya dengan peristiwa kemarin,\" papar dia. Ikhsan tak menampik bahwa memang ada beberapa penerbangan yang tertunda lama. Berdasar catatan terakhirnya, ada sebelas jadwal yang tercatat delay. Kebanyakan adalah penerbangan domestik seperti tujuan Surabaya atau Palembang. Namun, dia menegaskan bahwa hal itu tidak berarti Garuda kewalahan menghadapi dampak kebakaran di terminal 2E. \"Kami terus berusaha mengakomodasi penumpang. Kemarin kami sudah mengeluarkan dana refund sebanyak Rp300 juta. Juga mengakomodasi penginapan bagi 600 penumpang,\" ungkapnya. (bil/c9/kim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: