Kini Rafi Blak-blakan soal PDAM
Singgung Jajaran Direksi sampai Kebocoran Air KEJAKSAN- M Rafi SE sudah tidak lagi menjadi anggota Dewan Pengawas (DP) PDAM Kota Cirebon. Beberapa waktu lalu, Walikota Nasrudin Azis selaku owner PDAM tak lagi memperpanjang masa kerja dewan pengawas. Posisi Rafi dan beberapa orang lainnya sudah digantikan dengan wajah-wajah baru. Kemarin, Rafi angkat suara terkait berbagai persoalan di PDAM. Pemkot Cirebon, kata dia, saat ini cenderung memperpanjang status quo atau keadaan yang tetap di PDAM. Padahal, sambungnya, PDAM merupakan salah satu perusahaan daerah (PD) yang bergerak untuk kepentingan publik. Ketika pengelola atau jajaran direksi tidak ada visi perbaikan, maka perlu diganti atau reorganisasi. Adapun pergantian dimaksud, lanjutnya, diisi dengan orang yang memahami PDAM secara utuh dan visioner. “Jabatan direksi itu bukan jabatan karir. Lebih mengarah pada kepentingan politik walikota,” tukas pria yang dua periode menjabat anggota DP PDAM itu. Artinya, kata Rafi, keputusan walikota dalam rangka perbaikan harus diutamakan. Bukan sekadar asal menempatkan orang yang tidak kompeten. Jika ini terjadi, dampak keputusan tersebut akan menurunkan kepercayaan publik kepada kinerja PDAM itu sendiri. Pada beberapa daerah, kepala daerah telah melakukan perbaikan dalam menempatkan seorang direksi. Hal ini terjadi di PDAM Pekalongan, Tasikmalaya, Malang dan lainnya. Alasannya, lanjut Rafi, karena kepala daerah ingin perubahan dan mengetahui ada mata rantai yang harus diputus dalam hal pelaksanaan tata kelola PDAM. Bukan sebaliknya, melanggengkan status quo tanpa profesionalisme kinerja. “PDAM Kota Cirebon tidak mau menerapkan itu. Apa kondisi seperti ini perlu dipertahankan,” tanyanya. Terkait kebocoran air, Rafi memastikan orang dalam internal PDAM lebih mengetahui akan hal itu. Atas kebocoran itu, berdampak pada rendahnya debit air serta tekanan. Namun, dia mempertanyakan atas kondisi seperti yang tidak kunjung ada perbaikan. Sebaliknya, justru kebocoran semakin meningkat dan saat ini terus terjadi. Bahkan, kata Rafi, banyak proyek yang mubazir dikerjakan tetapi pemanfaatannya tidak maksimal. “Sistem saat ini sudah kuno. Perlu ada revitalisasi,” kecamnya. PDAM lain sudah maju dan transparan, namun, PDAM Kota Cirebon cenderung mundur dan takut untuk terbuka. Calon dirtek, lanjutnya, harus memahami tantangan dan berani mengubah sistem pengolahan air yang sudah rusak karena kesalahan masa lalu. Seperti, tekanan air di jalur transmisi Plangon-Kepongpongan harus segera ditangani. Terpisah, Direktur Utama PDAM Kota Cirebon Sopyan Satari SE MM mengatakan, terkait pemilihan dirtek PDAM, dia menyerahkan sepenuhnya kepada walikota. Adapun kinerja PDAM selama ini, telah menunjukan peningkatan. Berbagai perbaikan yang dilakukan untuk satu tujuan utama. Yakni memberikan yang terbaik bagi pelanggan. Di mana, aliran air dapat berjalan 24 jam di seluruh lokasi. Selama ini, hal itu masih belum seluruhnya terjadi. “Memang, masih ada yang belum mengalir 24 jam. Kami akan terus berbenah,” ucapnya kepada Radar, kemarin. Sejak Hendra Yogiyasa ST MT pensiun dari tugasnya sebagai dirtek, pekerjaan yang berhubungan dengan teknis operasional tetap berjalan. Sebab, ujar Sopyan Satari atau akrab disapa Opang itu, tanpa dirtek program yang ada telah berjalan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Secara garis besar, lanjutnya, kekosongan kursi dirtek tidak terlalu berpengaruh karena semua bekerja berdasarkan sistem. Meskipun demikian, keberadaan pejabat di kursi dirtek tetap harus ada. Opang berharap, kursi dirtek diberikan kepada internal PDAM itu sendiri. Alasannya, mereka telah memahami seluk beluk dan kinerja di tubuh perusahaan air minum tersebut. Sementara, jika mengambil dari eksternal perlu ada penyesuaian, pengenalan dan masa orientasi. Walaupun yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk itu. “Menurut saya sebaiknya dari internal PDAM,” tukasnya. Memasuki musim kemarau seperti saat ini, secara alami berpengaruh terhadap aliran air dari pegunungan. Untuk itu, Opang bersama jajarannya berupaya optimal melakukan pembersihan sumur-sumur pengumpul. Sehingga air bisa lancar dan tidak mengganggu suplai distribusi. “Kalau debit air tidak terpengaruh musim kemarau,” ucapnya. Sebaliknya, kata Opang, musim kemarau ini PDAM berusaha mendapatkan air lebih banyak dengan cara menjaga instalasi agar optimal, tidak rusak dan tanpa sumbatan. (ysf)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: