Foto Model Kostum Genteng dengan Baluran Lumpur
Melihat Kreativitas Pemuda Jatiwangi Tren busana setiap tahun berbeda. Mulai dari motif, model, hingga warna. Tapi apa jadinya kalau para model menggunakan busana dari baluran lumpur dan genteng? Memang bisa? Mike Dwi Setiawati MENONTON para model berjalan di atas catwalk dengan busana rancangan desainer terkenal sudah biasa. Ada yang berbeda dari konsep para pemuda ini. Ahmad Thian Vultan dan Ahmad Sujai menggali ide dari hasil kekayaan lokal Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, yakni genteng. Dari situ, mereka akhirnya membuat kostum dari serpihan genteng dan baluran lumpur. Mereka mengemas acara ini dalam acara foto model bertema tanah air dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Indonesia. Tak hanya ide dari Thian dan Sujai, konsep ini juga didapatkan dan diolah bersama baik panitia dan modelnya. Model yang terlibat dalam acara ini adalah Della Dwi Ramazzanti, Devi Noviasari, Pevitha Djohaman, Kiki Noviani, Dhea Andiana, dan Alinda Utami. Tubuh para model tentu saja kotor oleh tanah dan sejumlah aksesori berbahan baku tanah liat, seperti mahkota kepala dan rompi menempel di tubuh indah para model muda itu. Tak hanya itu, beberapa model di antaranya bahkan terlihat berpose di tengah-tengah tanah liat yang basah dan kotor. Namun, tidak sedikitpun rasa jijik atau canggung dari wajah model-model itu. Apa yang dilakukan oleh para model tersebut sebagai bentuk kampanye bahwa genteng dan tanah liat adalah bahan bakunya bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal, termasuk untuk berkarya seni. Devi Noviasari, salah satu model yang terlibat menilai bahwa event ini menarik dan unik. Menurutnya, konsep dari acara ini adalah yang pertama kalinya di dunia. \"Tentunya belum sempurna ya, harus siap untuk terus diperbaiki. Dan event ini salah satu kecintaan akan kekayaan lokal Jatiwangi, sekaligus saling berjuang untuk membangun kreativitas pemuda-pemudi,\" ujarnya. Melihat sudut dari sebuah mentalitas pemuda-pemudi sekarang, salah satunya dengan dunia foto model baik lokal maupun nasional yang selalu berkutat di dalam ruangan atau itu-itu saja. Seperti di mal, gedung tua, atau yang lain. Event ini selain berkostum serpihan genteng dilaksanakan di sebuah pabrik genteng yakni Rai Karya. Kondisi pabrik genteng Jatiwangi sedikit dilupakan oleh pemuda-pemudi. Padahal, kata Kiki Noviani, model lainnya, genteng sudah menghidupi ribuan warga Jatiwangi. \"Mungkin karena gengsi karena pabrik genteng itu kotor karena bersangkut paut dengan tanah. Tapi menurutku tidak, karena pabrik genteng tentunya eksotis untuk melakukan sebuah pergaulan positif karena di dalamnya banyak sekali yang dapat dieksplorasi,\" tuturnya. Kemudian model lainnya, Della Dwi Ramadhanti mengaku sangat bahagia, meskipun bahan ornamen atau tempat yang ia duduki adalah terbuat dari genteng. Ia berharap semoga event ini tidak hanya berlangsung satu kali dan semakin baik. \"Daerah kita adalah daerah yang kaya dan bisa saling menginspirasi,\" katanya. Sementara itu, Thian selaku penggagas konsep tersebut menjelaskan, event ini sebagai bukti bahwa tanah liat dan genteng memiliki nilai seni yang cukup tinggi. \"Dengan nilai seni yang tinggi, diharapkan dapat meningkatkan nilai dari tanah dan genteng itu sendiri. Ternyata tanah dan genteng Jatiwangi sangat mungkin untuk dieksplor menjadi karya seni,\" pungkasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: