Lawan Belanda karena Dipaksa Bayar Pajak yang Tinggi

Lawan Belanda karena Dipaksa Bayar Pajak yang Tinggi

Upaya Wawan Hernawan Memperkenalkan Sejarah Cirebon (2) Sosok Ki Bagus Rangin dikenal sebagai awal pencetus metode perang gerilya. Hingga akhirnya meletuslah perang Kedondong yang terjadi antara tahun 1802-1818. Lebih awal dan lebih lama dari perang Diponegoro yang terjadi pada tahun 1825-1830. JAMAL SUTEJA, Cirebon PERANG Kedondong terjadi atas ketidakpuasan rakyat Cirebon karena dipaksa memberikan pajak yang tinggi oleh pemerintah kolonial Belanda. Di sisi lain, proses penggarapan tanah yang dilakukan masyarakat dibayar dengan harga yang tak sesuai. Perang ini disebut sebagai salah satu perlawanan yang dahsyat. Cerita inilah yang diangkat Wawan Hernawan dalam komiknya. Tokohnya tentu Ki Bagus Rangin. \"Perang Kedondong yang dahsyat ini belum terangkat di sejarah. Padahal ini salah satu yang dahsyat di Pulau Jawa,\" ujar Wawan, kemarin. Disebut dahysat karena masa perang cukup lama dari tahun 1802 hingga 1818 atau 16 tahun. Perang itu diteruskan turun temurun dari anak ke cucu, yakni Ki  Bagus Jabin dan Ki Bagus Serit. Kedua, karena perang ini digerakkan oleh santri. Makanya tidak heran ada yang menyebutnya sebagai perang santri. \"Di Desa Kedondong sendiri perang Kedondong lebih dikenal dengan geger Kedondong,\" tukas Wawan. Ki Bagus Rangin, tokoh utama dalam perang tersebut juga merupakan seorang kiai yang memimpin sebuah pesantren. Dikatakan, lamanya perang Kedondong itu karena lebih banyak dilakukan secara bergerilya. Perang gerilya Diponegoro itu juga dilakukan mengikuti perang Kedondong. Hal itu lantaran penasihat perang Diponegoro yang bernama kiai maja merupakan murid dari Ki Bagus Rangin. Perang secara kolosal terjadi puncaknya pada tahun 1818. Dinamakan perang Kedondong lantaran memang terjadi di Desa Kedondong, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon. \"Bisa jadi Kedondong ini karena banyak pohon Kedondong di sana,\" terka Wawan. Dengan adanya Komikisun dengan tokoh Ki Bagu Rangin, Wawan ingin mengajak masyarakat untuk belajar sejarah. Selain juga bisa menghargai jiwa patriotik dan heroik dari para pahlawan yang telah berjuang melawan penjajahan. \"Kalau bercerita tutur masyarakat kita sangat lemah, dengan adanya visual berupa komik ini bisa lebih menarik dan lebih mudah dipahami,\" kata Wawan. Menurutnya, Komikisun merupakan strategi pendidikan yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Pemerintah seharusnya bisa mengapresiasi agar bisa menanamkan lagi jiwa patriotik pada masyarakat. Apalagi kepahlawanan Ki Bagus Rangin masih kurang diapresiasi dan dikenal oleh masyarakat. Padahal Ki Bagus Rangin sendiri sudah dibuatkan patung di Satria Mandala Museum Sejarah Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Sebagai putera daerah, tentu saja ia heran kenapa sosok Ki Bagus Rangin tidak diapresiasi sebagai pahlawan. Maka dari itu ia memunculkan ketokohan Ki Bagus Rangin dalam sebuah komik. Sementara sejarawan Akbarudin Sucipto menjelaskan adanya perang Kedondong di Cirebon menginspirasi perang Diponegoro di Jogjakarta. Ki Bagus Rangin merupakan tokoh yang melegenda di banyak tempat. Karena perang Kedondong ini juga tidak hanya dilakukan di Cirebon, tapi di Majalengka dan Kuningan. \"Bahkan di Bandung itu ada nama jalan yang menggunakan nama Ki Bagus Rangin,\" jelasnya. Hal ini semakin jelas menandakan Cirebon memiliki pengaruh panjang dalam perjalanan Republik Indonesia. Apabila di lihat dari fase-fase dari zaman kolonial Belanda, Jepang, hingga masa Proklamasi dan mempertahankan kemerdekaan. (bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: