Kok Tanya Krisis 97, Lahir Tahun Berapa?
Gubernur BI Kaget karena Dapat Pertanyaan Siswa SMP soal Rupiah JAKARTA- Menjawab pertanyaan soal krisis ekonomi kepada Presiden, DPR, dan media adalah pekerjaan sehari-hari Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowadojo. Namun, bagaimana jika yang bertanya itu adalah anak-anak SMP yang baru berumur antara 12-14 tahun? Meskipun sempat mengaku kaget, ceceran pertanyaan dari anak-anak remaja dengan topik yang tidak ringan itu berhasil dijawab dengan baik oleh Agus. Mantan menteri keuangan itu layak bangga karena penampilan okenya itu dilakukan di SMP Pangudi Luhur Jakarta Selatan yang notabene merupakan almamater Agus saat dia sekolah SMP 40 tahun lampau. Kemarin Agus hadir dalam program “BI Mengajar: Cinta dan Kerja BI Untuk Bangsa”. Di situ ada sesi tanya jawab. Di sesi inilah Agus dikejutkan oleh pertanyaan yang diajukan oleh salah satu siswa bernama Bryan. “Pak, kan sekarang dolar naik, rupiah jadi turun. Apa langkah dari BI supaya tidak menurun terus?\" tanya siswa kelas 8 tersebut dengan lantang dan disambut tepuk tangan segenap yang hadir. Agus pun tidak langsung menjawab pertanyaan Bryan. Dia mencoba memberi background dengan bercerita soal masa-masa saat ia bersekolah. Baru setelah itu kembali ke inti pertanyaan. “Pertanyaannya bagus sekali. Saya alumni SMP dan SMA Pangudi Luhur. Banyak orang pandai di sini. Jadi, adik-adik harus punya karakter, integritas, jujur, disiplin, dan kreatif. Supaya dolar dan rupiah harmonis,” jelasnya. Bryan yang mendengar jawaban Agus terlihat manggut-manggut. “Jadi adik-adik yang kita mesti jaga adalah kita jangan terlalu tergantung pada impor. Kita harus bisa buat bahan mentah jadi barang jadi baru diekspor,” tambah Agus . Setelah dibuka Bryan, seorang siswi lain bernama Radinka ikut melontarkan pertanyaan yang tak kalah pelik namun disampaikan dengan nada polos. “Apakah hanya dengan meningkatkan ekspor lalu Rupiah menguat?\" tanya Radinka. Setelah mengulas senyum, Agus menjawab dengan nada kebapakan. \"Radinka, bagus sekali pertanyaanmu. Indonesia tidak hanya harus meningkatkan ekspor tetapi juga mengurangi impor yang tidak perlu. Kita harus mulai belajar membikin baju sendiri, sepatu sendiri, dan dipakai masyarakat sendiri,\" jawab Agus yang disambut senyum oleh Radinka. Kevin, satu siswa lain turut memberikan Agus satu lagi pertanyaan yang berkaitan dengan pelemahan rupiah. “Mengapa pelemahan bisa bikin perusahaan bangkrut, Pak?” tanya Kevin. Agus mengatakan, pelemahan rupiah ini memberikan risiko tersendiri bagi sejumlah dunia usaha. “Perusahaan butuh pinjaman. Sementara pinjamannya pakai valuta asing. Penerimaannya kan pakai rupiah. Kalau rupiah melemah, permintaannya sedikit. Makanya, lama-lama usahanya bisa bangkrut,” jawabnya. Pelajar lain bernama Ando bertanya bagaimana cara BI mengatasi kondisi krismon tahun 1997. Tak langsung menjawab, Agus pun mencoba mengorek biodata pelajar bernama Ando. “Ando, kalau ditanya krisis 1997, Ando lahir tahun berapa? Lahir 2003 ya? Untung belum lahir. Karena sangat menyakitkan krisisnya,” ujar Agus. Agus kemudian memberi gambaran, saat krisis 1997 tidak hanya krisis ekonomi, tetapi sosial sampai pemerintahan jatuh. “Itu jadi pengalaman berharga,” katanya. Lalu apa peran Bank Indonesia? Peran BI, tidak hanya di Indonesia saja. Bank Indonesia bekerjasama dengan bank internasional seperti IMF, Asian Development Bank, untuk menjaga moneter dunia. “Pada 1997 pertumbuhan ekonomi kita minus 17 persen, sekarang masih kita tumbuh 5,7 persen,” urainya. Di akhir acara, Agus melontarkan kekagumannya kepada siswa-siswi yang sempat mencecarnya dengan banyak pertanyaan. ”Tajam sekali pertanyaan anak-anak tadi. Saya senang sekali,” katanya sambil menyalami siswa-siswa Pangudi Luhur. (dee/kim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: