6 Pabrik Chips Tinggal Bangkai
Tutup Sejak 2008, Anggaran Rp3,5 M Lenyap Cuma-cuma CILIMUS - Dana program Kompetisi Akselerasi Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM) bidang daya beli senilai Rp3,5 miliar, untuk alokasi bangunan pabrik chips ubi jalar beserta mesinnya, tidak berdaya. Tidak satupun dari 6 pabrik chips ubi jalar yang dibangun dari dana bantuan Pemerintah Provinsi Jabar itu, berjalan sesuai target. Mimpi Pemerintah Kabupaten Kuningan untuk mendongkrak kesejahteraan petani ubi jalar pun hanya sebatas bunga tidur. Keenam pabrik chips ubi jalar semula dikelola oleh kelompok Mekarsari Kecamatan Cipicung, Kelompok Mitra Tani Kecamatan Pancalang, Kelompok Subur Makmur Kecamatan Cilimus, Kelompok Karya Nugraha Kecamatan Jalaksana, Kelompok Buana Sari Kecamatan Cigandamekar, dan Kelompok Kramatmulya. Masing-masing pabrik dibangun dengan dana PPK IPM senilai Rp200 juta. Ditambah mesin pembuat chips ubi jalar Rp2.342.121.000 untuk 6 paket. Kini, keenam pabrik chips tak ubahnya seperti bangkai. Tiga tahun dibengkalaikan tanpa inovasi. Selain kumuh, di sekitar bangunan pabrik chips sudah ditumbuhi rumput tinggi. Misalnya, di sekitar pabrik chips Kelompok Subur Makmur. Tingginya rerumputan di sekitar bangunan pabrik chips tersebut, malah sudah dijadikan lahan oleh para peternak untuk menghidupi ternaknya. “Sudah tutup lama pak. Ya dari sejak saya mengelola sawah di sini tahun 2008, pabrik chips ini sudah tutup,” ujar Juhana (50), petani di sekitar lokasi Pabrik Chips Ubi Jalar Subur Makmur, Desa Bandorasa Wetan, Kecamatan Cilimus saat ditanya Radar, Jum’at (3/2). Juhana mengaku tidak tahu latar belakang tutupnya pabrik chips tersebut. Dia sendiri sangat menyayangkan keadaan ini. Jika dikelola dengan baik, kata dia, pasti akan sangat membantu kesejahteraan petani ubi jalar seperti dirinya. “Kalau begini sih, buang-buang uang saja pak,” selorohnya, diamini para pemotong rumput untuk makanan ternaknya di lokasi itu. Sekretaris Gema Mathlaul Anwar, Abdul Muhyi, prihatin dengan kondisi 6 pabrik chip ubi jalar itu. Semestinya Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) sebagai leading sector pembinaan bertindak kreatif agar 6 pabrik chips tersebut bisa berdaya. “Semua yang terkait, terutama pengelola PPK IPM dan Disperindag hanya bersemangat ketika dana itu masih ada. Ketika sudah diterapkan, ternyata gagal untuk mewujudkan harapan besar petani,” katanya. Sampai tahun 2012 ini, berarti 6 pabrik chips sudah dibengkalaikan selama 4 tahun tanpa pemberdayaan apapun. Dia bertanya, apakah aparat pemerintahan sudah miskin gagasan. Tidak ada kreativitas, apalagi inovasi. “Bagaimana masyarakat mau maju, program bagus dengan penunjang dana besar juga akan percuma jika tidak ditunjang oleh SDM berkualitas,” tandasnya. (tat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: