SBY: Anas Jangan Diam

SBY: Anas Jangan Diam

Tidak Dinonaktifkan dari Ketua Umum PD BOGOR - Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya “turun gunung” menjernihkan persoalan partainya. Untuk pertama kalinya sejak Nazaruddin ditetapkan menjadi tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), SBY menggelar konferensi pers secara khusus mengenai Partai Demokrat. Sekitar pukul 17.00, kemarin (5/2), SBY mengundang wartawan ke kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Dalam paparannya selama 28 menit itu, SBY menjawab sejumlah kontroversi yang tengah menghantam Partai Demokrat terkait kasus suap wisma atlet. Salah satu penegasan SBY mungkin sedikit melegakan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Belakangan ini, memang banyak desakan untuk menonaktifkan Anas. Terutama setelah nama Anas disebut berulang kali oleh Nazaruddin ikut menerima ‘jatah’ uang suap wisma atlet. SBY memastikan Anas tidak akan dinonaktifkan sebelum ada keputusan KPK yang menetapkannya sebagai tersangka. “Saya katakan tidak ada penonaktifan saudara Anas Urbaningrum sebagai ketua umum Partai Demokrat. Mengapa? (Karena, red) proses hukum di KPK masih berlangsung. Kita pegang asas praduga tak bersalah,” kata SBY. SBY juga mengaku masih menghormati pembelaan Anas. Dalam berbagai kesempatan, Anas memang menyebut dirinya tidak bersalah dan tidak terlibat dalam semua dugaan korupsi yang ditangani KPK. Begitu juga soal tudingan money politics dalam Kongres Partai Demokrat di Bandung, April 2010. “Saya pegang teguh kata-kata dan pernyataan itu, kecuali kalau KPK menentukan lain nantinya,” kata SBY, dengan ekspresi serius. Kepercayaan SBY terhadap Anas terkesan masih sangat besar. Bahkan, SBY menegaskan sikapnya agar Anas tetap menjalankan tugasnya sebagai ketua umum dengan penuh tanggung jawab. “Melakukan komunikasi politik untuk menjernihkan suasana, melindungi nama baik partai dan kader-kadernya,” pinta SBY kepada Anas. SBY juga menekankan pentingnya seluruh elit dan kader untuk menjaga keutuhan. Ini tak terlepas dari isu pelengseran Anas Urbaningrum melalui tekanan publik yang muaranya adalah Kongres Luar Biasa (KLB). SBY menegaskan partai memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART), serta kode kehormatan yang harus sama-sama dijunjung tinggi. “Saya mendengar ada gerakan-gerakan politik internal, itu tidak perlu. Bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah proses hukum terhadap sejumlah kader yang diduga melakukan pelanggaran hukum segera selesai dengan tuntas,” tegas SBY. Sebelum berbicara kepada media, SBY menerima rombongan pendiri dan deklarator Partai Demokrat yang terdiri dari sembilan orang. Sewaktu konferensi pers berlangsung, mereka semua ikut mendampingi. Hadir antara lain Vence Rumangkang, Sutan Batoegana (anggota DPR), Irzan Tandjung (mantan sekjen pertama), Tata Muztakim (mantan Ketua DPD Jabar), Deni Sutan (mantan Ketua DPD Banten), Markus Selano (mantan Ketua DPD Jatim), Azis Husain (mantan Ketua DPD DKI Jakarta), Reza Ali (mantan Ketua DPD Sulsel), dan Rizald Max Rompas. ‘’Beliau-beliau, terus terang menyatakan keprihatinan atas masalah yang dihadapi Partai Demokrat. Terutama atas ulah atau perilaku sejumlah kader,’’ kata SBY. Dia menegaskan dugaan korupsi yang dilakukan sejumlah kader bukanlah garis kebijakan partai. “Saya sangat yakin,” ujarnya. SBY mengakui mungkin saja ada kader partainya yang bersalah. Tapi, itu juga pernah terjadi di partai lain. “Jangankan Partai Demokrat yang baru berusia sepuluh tahun, partai-partai politik yang berusia puluhan tahun juga ada kesalahan kader-kadernya,” kata SBY membela diri. Dia lantas menanggapi menurunnya tingkat elektabilitas Partai Demokrat yang dirilis lembaga survei baru-baru ini. SBY tidak menyanggahnya. Dia memaklumi kalau penurunan itu mungkin terjadi akibat serangan politik, situasi menjelang pemilu 2014, dan pemberitaan media. Terutama dengan terbawanya nama Anas Urbaningrum dalam kasus suap wisma atlet. “Saudara Anas Urbaningrum, apakah dinyatakan bersalah atau tidak? Apakah yang bersangkutan terlibat atau tidak? Inilah yang dari hari ke hari terus diramaikan. Akhirnya, menimbulkan efek samping menurunnya dukungan publik terhadap Partai Demokrat,” ujar SBY. Terkait itu, SBY kembali meminta Anas Urbaningrum dan DPP, jajaran Dewan Pembina (Wanbin), Dewan Kehormatan (DK), dan seluruh pimpinan Partai Demokrat di daerah untuk mengklarifikasinya. “Jangan pasif! Jangan tiarap. Jelaskan atas dasar fakta, atas dasar apa yang berlangsung di KPK. Dengan demikian, akan adil penilian publik terhadap PD,” katanya. SBY memang tidak secara langsung menanggapi penetapan status tersangka terhadap Angelina Sondakh. Dia hanya mengisyaratkan kalau anggota Komisi X DPR itu akan segera dicopot dari posisi Wasekjen DPP Partai Demokrat. “Terhadap kader-kader yang tersangka pasti diberhentikan dari kepengurusan DPP. Proses ini tengah berlangsung,” katanya. SBY ingin proses hukum yang dijalankan KPK terhadap sejumlah kader bermasalah benar-benar dituntaskan. “Proses hukumlah yang akan menentukan seseorang itu bersalah atau tidak,”. SBY juga optimistis, KPK tidak akan menjadi instrumen yang ‘menyandera’ citra Partai Demokrat. Misalnya, dengan mengolor-olor penuntasan kasus suap wisma atlet. “Saya mendengar ada semacam proses mengulur waktu, biarkan tidak segera diputuskan, biar sampai 2014, Partai Demokrat jadi bulan-bulanan. Saya tidak percaya. Karena tidak mungkin KPK dengan kredibilitasnya bisa dipengaruhi untuk melakukan hal-hal itu,”. Sementara itu, setelah sempat menghilang sejak ditetapkan sebagai tersangka pada Jumat (3/2) lalu, kemarin Angie baru menampakkan batang hidungnya. Sekitar pukul 10.00, dia bersama dengan tiga anaknya Alya - Zahwa Massaid, dan Keanu Jabbar Massaid yang ditemani Muji Massaid, Angie melakukan Ziarah ke makam Adjie di taman pemakam umum Jeruk Purut Jakarta. Ya, hari ini tepat setahun hari meninggalnya Adjie. Saat ditemui wartawan yang menunggu di kompleks makam, perempuan yang mengenakan kaos lengan panjang dipadu dengan blue jeans lengkap dengan kerudung hitamnya itu hanya tersenyum. Senyumnya terus mengembang seolah dia tak terpengaruh dengan status barunya. Dia juga sama sekali tidak mau berkomentar terkait status barunya. Terpisah, menjelang siang, rumah Angie yang berada di kawasan Taman Cilandak Jakarta Selatan semakin menampakkan kesibukannya. Di rumah desain minimalis dengan dominasi warna putih itulah akan berlangsung peringatan satu tahun meninggalnya Angie. “Rencananya mulainya jam 16.00,” kata seorang penjaga gerbang rumah Angie yang mengenakan kaos hitam bergambar foto Adjie. Dia lantas memastikan bahwa sang majikan akan ada di rumah untuk ikut memperingatinya. Sekitar pukul 14.00, beberapa mobil yang membawa catering mulai berdatangan. Menurut salah satu pengantar makanan, jumlah makanan yang diantarkan sekitar 200 porsi. Rencananya tahlilan itu hanya akan dihadiri orang-orang terdekat Angie. Namun yang unik, beberapa jam sebelum acara dimulai, datang rombongan ibu-ibu berjumlah sekitar 30 orang yang mengaku berasal dari kawasan Petukangan. “Kan kami lihat di TV, katanya hari ini ada tahlilan di sini,” kata Endah Nurhayati. Menurut mereka, apa salahnya jika sesama saudara seiman datang untuk ikut mendoakan mendiang Adjie. Namun niat baik mereka ternyata bertepuk sebelah tangan. Oleh para penjaga rumah, rombangan tersebut tidak diizinkan untuk masuk. Alasannya acara hanya diikuti orang-orang terdekat. Secara terpisah, kabar Angie menjadi tersangka nampaknya sudah diketahui yang bersangkutan sebelum Ketua KPK Abraham Samad mengumumkan pada Jumat (3/2) lalu. Ketua Departemen Bidang Kominfo DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul menyatakan, pada tengah malam sebelum penetapan tersangka, Angie memberi kabar berita itu kepada dirinya melalui komunikasi BlackBerry Messenger (BBM). “Dia bilang, Bang izin curhat, saya sedih ada tokoh PD yang bilang masalah partai selesai kalau saya jadi tersangka,” ujar Ruhut sebelum mengikuti diskusi di sekretariat PB PMII, Jakarta, kemarin (5/2). Menurut Ruhut, Angie menunjukkan ekspresi kesedihan dalam BBM-nya. Angie menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak terlibat dalam kasus wisma atlet yang kini menjerat dirinya. “Dia bilang, saya nggak ada kaitan dengan ini Bang. Saya bilang kita harus hormati KPK,” ujarnya. Nampaknya, kabar itu yang membuat Angie menghilang sampai saat ini. Termasuk absennya Angie dari rapat internal Fraksi Partai Demokrat yang wajib dihadiri seluruh anggota pada Jumat pagi. Lantas, ke mana Angie saat ini? Ruhut menyatakan, dirinya pascacurhat itu belum pernah bertemu Angie. Namun, Ruhut mendapat kabar kalau Angie pada Minggu pagi sudah melakukan ziarah ke makam mendiang suaminya, Adjie Massaid. “Dia nyekar, kurang lebih jam 10 tadi (kemarin, red). Sama anak, sama keluarga. Dia mau istirahat dulu,” tandasnya. (pri/bay/kuh/dyn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: