Pemkab Cirebon Gagal Tangani Kekeringan  

Pemkab Cirebon Gagal Tangani Kekeringan  

ARJAWINANGUN –Mantan Kuwu Desa Geyongan, Tasripun (50) tampak kehabisan kata-kata setelah menceritakan penderitaan petani yang terkena musibah kekeringan. Ia tidak habis pikir dengan pola kepemimpinan Bupati Cirebon, Drs H Sunjaya Purwadisastra MM MSi yang menganggap bencana kekeringan ini sebagai peristiwa biasa yang setiap tahun terjadi. Padahal, bencana kekeringan dampaknya sama saja dengan bencana banjir terhadap dunia pertanian, yakni puso dan petani merugi karena gagal panen. “Tapi, perhatiannya beda. Kalau banjir, bupati sampai basah-basahan. Tapi, kalau kekeringan malah cuek,” katanya kepada sejumlah wartawan, kemarin (19/10). Bahkan, ketika petani teriak gagal panen karena kekurangan air, dengan gagahnya bupati melakukan panen raya dan menyampaikan jika kekeringan yang terjadi di Kabupaten Cirebon tidak berpengaruh terhadap produksi gabah. “Sungguh sikap yang bikin hati kami sesak. Panen raya itu apa? Yang tertawa segelintir orang, yang menangis ratusan,” tegasnya. Harusnya, dengan kondisi saat ini, bupati mempunyai kebijakan yang strategis untuk menolong petani yang gagal panen. Karena, tidak sedikit petani yang rugi, apalagi mereka yang lahannya dapat sewa dan luasnya pun tidak begitu signifikan. “Akhirnya, utang merajalela dan kaum tani kembali sengsara,” ungkapnya. Jika hal ini terus dibiarkan, dia merasa khawatir jika bupati sudah kehilangan rasa kepeduliannya terhadap masyarakat Kabupaten Cirebon. Jika rasa itu sudah hilang, ada rakyat yang kelaparan pun akan dibiarkan karena dianggap bukan sesuatu yang luar biasa. “Katanya wong dewek, tapi ngurus bencana kekeringan saja tidak mampu. Mana janjimu?” terangnya. Dia pun mengancam akan melangsukan aksi mogok makan, jika tidak ada upaya sama sekali dari pemerintah dalam mengatasi bencana kekeringan ini. “Saya siap tidak makan sebagai protes kepada bupati yang sudah lupa kepada masyarakatnya sendiri,” tegasnya lagi.Tahun ini Kabupaten Cirebon sudah tidak mendapat guyuran hujan sejak bulan Mei lalu. Akibatnya, dunia pertanian yang menjadi andalan masyarakat dalam mengais rezeki terkena dampaknya. Ratusan hektare sawah di sejumlah kecamatan, seperti Gunungjati, Suranenggala, Kapetakan, Panguragan, Gegesik, Kaliwedi, Astanajapura, Arjawinangun, Mundu, Gebang, Pangenan, Karangwareng dan lainnya menjadi kering. “Padi yang sudah terlanjur ditanam pada masa tanam ke-II ini jadi puso dan gagal panen,” pungkasnya. (jun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: