Sentra Batik Masih Terkendala
Perlu Peran Pemerintah Membangun Pengolahan Limbah PANYINGKIRAN - Adanya keinginan Kabupaten Majalengka memiliki sentra batik sepertinya masih sulit untuk diwujudkan. Pasalnya, selain minat masyarakat untuk belajar membatik masih kurang, juga proses pengolahan limbah batik yang tidak mudah dan perlu biaya yang tidak sedikit. Demikian diungkapkan maestro batik Majalengka Heri Suhersono. Dikatakan Heri, untuk bisa menjadi kawasan batik dibutuhkan waktu yang cukup lama. “Kendala besar yang dihadapi pengusaha dan perajin batik itu adalah upaya pembuatan pengolahan limbah batik,” tandas Heri saat berbincang di Galeri Batik Herty Elit di Desa Karya mukti, Kecamatan Panyingkiran, belum lama ini. Dijelaskan dia, dalam proses membatik itu ada limbah yang membahayakan kesehatan dan bisa menimbulkan pencemaran. Karena itu, pihaknya tidak berani untuk membuka sentra pembuatan batik untuk saat ini di kompleks galerinya di Desa Karyamukti tersebut. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bisa menjadikan kawasan pembuatan batik tulis. Dia menegaskan proses membatik dengan proses sablon motif batik itu berbeda, karena membatik itu melalui proses lilin sementara cap atau sablon motif batik tidak dan proses sablon motif batik itu memang tidak membahayakan dan mencemari lingkungan. “Makanya pihaknya sangat hati-hati ketika akan membuka lokasi kawasan batik karena masalahnya penanganan limbahnya yang harus dipertimbangkan,” kata Heri seraya mengakui kalau batik khas Majalengka yang sudah dibuatnya bisa dibuat di Cirebon atau Pekalongan. Ditamabahkan dia, perlu ada peran dan bantuan pemerintah dalam upaya untuk membangun sentra pembuatan batik khas Majalengka, karena dibutuhkan biaya yang tidak sedikit terutama untuk membangun pengolahan limbah batik tersebut. “Bila kawasan pembuatan batik tidak memiliki pengolahan limbah, maka akan menimbulkan pencemaran dan merusak lingkungan,” tandas suami Uti Sayuti SPd ini. (ara)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: