Mebel Sekolah dari Rotan

Mebel Sekolah dari Rotan

\"\"Pengusaha Rotan Bertemu untuk Bangkit CIREBON - Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) mengadakan acara revitalisasi industri mebel rotan nasional menuju Indonesia mandiri, tadi malam (14/2). Pertemuan yang digelar di Hotel Santika Cirebon itu untuk membahas dan mendukung kebijakan Kemendagri No 35, 36, dan 37 tahun 2011 tentang ditutupnya keran ekspor bahan baku mentah rotan. Hadir pada acara tersebut Ketua Umum AMKRI M Hatta Sinatra, perwakilan dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Aryan Wargadalam, Bupati Cirebon Drs H Dedi Supardi MM serta para pengusaha rotan kabupaten dan Kota Cirebon. M Hatta Sinatra menjelaskan, industri rotan akan bertumbuh dan bangkit kembali berdasarkan SK Kemendagri yakni soal pelarangan ekspor bahan baku rotan. “Rotan sekarang akan bangkit sejak adanya SK Kemendagri yang menyatakan bahan baku ekspor akan ditutup. Ini adalah awal yang baik bagi kita selaku pengusaha rotan dan mebel. Dan sudah ada indikasi bahwa di China saat ini sedang kesulitan bahan baku rotan, untuk itu kesempatan ini jangan sampai disia-siakan. Industri dalam negeri rotan siap memproduksi rotan di instansi pemerintah, sekolah-sekolah, dan wiraswasta. Saya ingin meja dan kursi sekolah terbuat dari bahan rotan,” ujarnya yang diamini pula oleh para pengusaha rotan lain yang hadir. Sementara itu, Bupati Cirebon Dedi Supardi menyatakan akan menyumbangkan uang Rp100 juta untuk kejayaan rotan Cirebon. “Saya hidup dari rotan, saya jadi bupati dua kali dari rotan. Untuk itu, secara pribadi saya akan membantu Rp100 juta untuk gabungan kelompok kejayaan rotan, karena sampai kapan pun saya akan memperjuangkan perajin dan pengusaha rotan. Dan rotan harus selalu eksis di Cirebon. Insya Allah, jika saya menjadi Gubernut Jawa Barat, saya akan mengusulkan langsung kepada presiden agar untuk sarana meja dan kursi sekolah harus terbuat dari rotan, setidaknya untuk sekolah-sekolah se-Jawa Barat,” tuturnya sambil menambahkan Pemkab Cirebon akan membantu Rp500 juta untuk promosi rotan di Eropa. Salah satu pengusaha rotan Tegalwangi, Halim mengaku saat SK Kemendagri belum dicabut, dirinya hanya memproduksi 10 kontainer per bulan dari 3 pabrik. “Dulu saat berjaya, saya bisa mengirim 80 kontainer dari 3 pabrik, sekarang boro-boro, karena sekarang hanya bisa memproduksi 10 kontainer saja. Kami atas nama pengusaha dan perajin rotan, tentu sangat senang adanya SK Kemendagri tentang penyetopan ekspor bahan baku rotan. Dan memang katanya untuk Cirebon sendiri memerlukan bahan baku mentah 6000 ton per bulan,” ujarnya. (via)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: