Harga Anjlok, Petani Tahan Jual Garam
Disinyalir karena Masuknya Garam Impor PANGENAN - Para petani garam khususnya di Desa Astanamukti gelisah karena harga garam yang sangat anjlok, hanyak Rp200/kg . Petani pun terpaksa menahan menjual garam. Anjloknya harga garam disinyalir karena berlimpahnya garam impor dari Australia yang disimpan di gudang wilayah Desa Astanamukti. Petani garam di Desa Astanamukti, Tarjan kepada Radar mengatakan garam yang dihargai hanya Rp200/kg sangat merugikan petani, karena tidak cukup untuk memenuhi biaya produksi garam. Agar biaya produksi tertutupi, harga garam dari petani minimal Rp400/kg. Agar tidak terlalu merugi banyak, dirinya dan petani lain terpaksa menahan puluhan ton garamnya untuk dijual. “Makanya karena harganya benar-benar anjlok, saya tahan dulu garam-garam saya untuk tidak dijual. Saya masih ada 50 ton yang belum dijual, karena kalau saya jual pasti saya rugi,” ujar Tarjan. Tarjan menilai anjloknya harga garam petani setempat karena adanya gudang garam impor dari Australia. Sejak adanya gudang itu tiga tahun yang lalu, harga garam selalu rendah terus. Dulu sebelum adanya gudang garam impor ini harga garam bisa sampai Rp500 malah bisa sampai Rp600. “Tapi sekarang untuk modal saja kadang nggak dapat kaya gini,” ucapnya. Dirinya dan petani garam lainnya pernah melakukan aksi penolakan, namun upayanya sia-sia. “Nolak sih pernah tapi ya sama saja nggak ada hasilnya. Garam impor masih tetap saja. Suara kami petani garam juga nggak pernah didengar sama pemerintah,” ujar Tarjan. Petani garam lainnya, Kadma kepada Radar mengatakan terpaksa menahan garam miliknya untuk tidak dijual terlebih dahulu. “Sama, saya juga masih ada 30 ton yang belum dijual. Karena itu harga garamnya anjlok pisan, ya gara-gara ada gudang garam impor itu. Sekarang juga saya nggak garap garam karena memang sekarang sudah musim hujan,” ujar Kadma.(den)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: