Tak Ingin Ada Perpecahan di Dunia Persilatan Cirebon

Tak Ingin Ada Perpecahan di Dunia Persilatan Cirebon

Ketua PN Berharap Para Pesilatnya Tidak Mundur CIREBON – Ketua Umum Perguruan Pencak Silat Padjadjaran Nasional (PN) Kota Cirebon, Raden Rachmat Nurmas Brataningrat angkat bicara soal kisruh dunia persilatan. Kegaduhan yang terjadi setelah dirinya terpilih sebagai ketua umum PN Kota Cirebon, 6 Maret lalu, terus bergulir seperti bola salju. PN terpecah, mantan ketua umum dan seorang pelatih senior bertekad untuk mendirikan perguruan baru. Rachmat menegaskan, sebagai ketua umum terpilih PN Kota Cirebon, dirinya tidak menghendaki perpecahan. Apalagi sampai menimbulkan kegaduhan hingga melibatkan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kota Cirebon. “Pergantian pengurus dalam sebuah organisasi adalah dinamika yang biasa terjadi,” katanya via telepon, kemarin (30/3). Apa penyebab perpecahan itu? Rachmat sendiri tak dapat menyimpulkannya secara pasti. Namun kenyataannya, H Agus Muharam, mantan ketua PN Kota Cirebon bersama Fadoli, pelatih senior PN, mengambil keputusan mundur dari perguruan. Keduanya bekerja sama untuk mendirikan perguruan pencak silat Pusaka Arya Kemuning Seluruh Indonesia (PAKSI) yang belum direstui IPSI. IPSI Kota Cirebon berpendapat, berdirinya PAKSI dapat memicu konflik berkepanjangan. Sebab, hampir 100 persen pesilat yang akan direkrut oleh PAKSI adalah pesilat yang sebelumnya berstatus anggota PN Kota Cirebon. “Saya khawatir, berdirinya PAKSI malah menimbulkan persoalan baru yang kontraproduktif dengan program IPSI,” kata Ketua Umum IPSI Kota Cirebon, Bambang Prawoto. Fadoli membenarkan, 75 persen pesilat yang berada di bawah asuhannya mengambil sikap mundur dari PN. Namun, dia juga menegaskan, tak pernah ada anjuran kepada para pesilat untuk mengikuti jejaknya. “Saya tidak pernah mengajak para pesilat untuk ramai-ramain mundur dari PN. Para pesilat sudah cukup dewasa untuk memilih jalannya sendiri,” katanya. Di sisi lain, PN belum mengambil sikap tegas atas mundurnya sebagian besar pesilat. Raden Rachmat mengatakan, pihaknya masih terus berupaya melakukan pendekatan agar para pesilat mempertimbangkan niatnya mundur dari perguruan. “Dengan Mas Fadoli pun, kami terus membangun komunikasi. Kami berharap beliau juga bertahan di PN. Karena kami mengandalkan kemampuannya untuk mencetak atlet-atlet andal,” katanya. Sementara itu, H Agus Muharam berpendapat, kekhawatiran IPSI terhadap PAKSI yang tengah dirintisnya terlalu berlebihan. “IPSI tidak perlu mengkhawatirkan hubungan kami dengan PN. PAKSI dirintis setelah kami mundur secara resmi dari PN. PN harus mengurus rumah tangganya sendiri, begitu juga kami,” ujarnya. Agus menegaskan, keputusan para pesilat mundur dari PN tanpa paksaan. “Pesilat ada yang memilih bertahan dan ada yang memilih mundur. Pesilat yang memilih mundur dari perguruan pun wajar, itu karena mereka mengambil sikap setia kepada pelatih yang membesarkannya,” ucapnya. (ttr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: