MotoGP, Setelah Rossi, Kini Giliran Vinales

MotoGP, Setelah Rossi, Kini Giliran Vinales

JEREZ – Bos Suzuki MotoGP, Davide Brivio pernah meyakinkan Valentino Rossi untuk pindah dari Honda ke Yamaha pada 2004. Saat itu dia menjabat manajer tim Yamaha. Kini, dia menghadapi tugas yang sama beratnya: meyakinkan Maverick Vinales tetap di Suzuki. Sebenarnya, kasus Vinales bisa jadi lebih berat. Brivio, 12 tahun yang silam, harus meyakinkan Rossi untuk pindah dari tim nomor satu di MotoGP (Honda) ke skuad nomor dua terbaik (Yamaha). Sekarang Vinales tengah dirayu oleh tim yang berstatus juara bertahan. Sementara Suzuki baru saja kembali ke MotoGP musim lalu dan harus berjuang sangat keras jika ingin bersanding dengan Yamaha atau Honda. \'\'Tugas itu bermula sejak musim semi (tahun lalu), saat kami memaparkan program pengembangan motor kami kepada dia (Vinales),\'\' terang Brivio dalam wawancara dengan Motorsport. Suzuki sudah mengantisipasi bahwa juara dunia GP3 2013 tersebut akan menentukan masa depannya setelah 3-4 balapan musim ini. \'\'Jadi kami mendahuluinya,\'\' imbuh pria asal Italia tersebut. Kepada Vinales, Suzuki menawarkan sasis GSX-RR 1000 yang kini tercatat sebagai yang terbaik di grid. Power mesin juga meningkat tajam dibandingkan tahun lalu. Dengan paket elektronik standar Suzuki lebih bersaing dengan Honda dan Yamaha. \'\'Semua sudah kami tawarkan, tapi mungkin sudah terlambat untuk meyakinkannya,\'\' aku Brivio. Lama mengenal dapur Yamaha, Brivio tahu benar apa risiko menjadi rekan tim pembalap sekaliber Valentino Rossi. Bahkan Jorge Lorenzo, yang berstatus juara dunia, merasa dianaktirikan hingga memutuskan hengkang ke Ducati. \'\'Aku tidak akan mengatakan situasi di Yamaha kepada Maverick. Dia harus mengetahuinya sendiri,\'\' ungkap Brivio. Suzuki menjamin, Vinales bisa menjadi pembalap nomor satu jika dia mau bertahan. Jika nantinya rider 21 tahun itu bisa meraih kemenangan, maka itu akan jadi prestasi besar. Karena Vinales memulai karirnya di Suzuki dari nol. \'\'Andai kami merekrut rider lain dan kami menang, itu juga sama-sama indahnya, tapi tetap berbeda. Dari sudut pandang romantis tidak sama,\'\' jelasnya. Jika itu terjadi, kata Brivio, namanya dijamin akan melegenda. Tapi kalau dia pindah ke Yamaha, kemenangan tidak akan terlalu spesial, karena orang memang berharap dia juara. \'\'Sejarah sudah penuh dengan contoh. Saat ini semua mata sedang tertuju pada Premier League dan Leicester. Jika yang menang Manchester United itu biasa, tapi Leicester memberikan arti lain pada olahraga itu,\'\' kata Brivio. Meski begitu, Brivio menyerahkan semuanya kepada Vinales. Dia memastikan bocah kelahiran Figueres, Spanyol, itu belum memutuskan. \'\'Kami belum menetapkan tenggat waktunya. Tapi kita ingin secepatnya. Mungkin antara (GP) Le Mans dan Mugello, karena Yamaha juga tidak ingin menunggu lebih lama,\'\' tandasnya. Kalau menyimak pernyataan bos Yamaha Lin Jarvis, Vinales hampir pasti bergabung dengan timnya. Lalu, siapa yang disiapkan Brivio untuk menggantikan dia? Belum ada sosok yang pas dengan Suzuki, kata Brivio. Meski demikian, sejumlah manajer pembalap sudah menjalin komunikasi dengan timnya dan menyatakan ketertarikan untuk menggantikan Vinales. (cak/na)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: